Dua Anakan Tambah Populasi Elang Jawa di Taman Nasional Bromo Semeru

Dua anakan elang Jawa menetas secara alami di habitat aslinya di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

oleh Zainul Arifin diperbarui 21 Jul 2020, 18:05 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2020, 18:00 WIB
Elang Jawa
Elang Jawa (Aries/Istimewa)

Liputan6.com, Malang - Kabar baik dari dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Ada penambahan populasi elang jawa (Nisaetus bartelsi) setelah menetas dua anakan baru di habitat aslinya.

Individu baru elang jawa itu masing-masing seekor menetas di kawasan Pronojiwo pada akhir Februari, seekor lagi di kawasan Jabung pada akhir April 2020 ini. Populasi burung langka ini di dalam kawasan taman nasional pun semakin banyak.

Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas, Sarif Hidayat, mengatakan sampai hari ini populasi elang jawa di kawasan taman nasional yang berhasil terpantau petugas berjumlah 41 ekor.

"Seluruh populasi itu sudah termasuk dengan dua individu yang baru saja menetas," kata Sarif di Malang, Senin, 20 Juli 2020.

Bertambahnya populasi burung yang diidentikkan dengan mitos Garuda itu jadi penanda bahwa kawasan taman nasional masih jadi habitat yang bagus. Ketersediaan pakan tercukupi, sehingga bisa berkembang biak dengan baik.

Dari tahun ke tahun, populasi burung endemik Jawa ini terus bertambah. Catatan Liputan6, Balai Besar TNBTS pada 2012 silam menyebut terpantau 21 ekor. Jumlahnya terus bertambah dan kini sudah ada 41 ekor. Seekor betina hanya bertelur 1-2 butir dalam setahun.

Elang jawa masuk daftar merah terancam punah dalam Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN). Selain di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, beberapa hari lalu seekor elang jawa juga menetas di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Pantau Macan Tutul

Macan tutul di Nusakambangan tertangkap kamera pengintai pada Oktober 2017. (Foto: Liputan6.com/BKSDA Jateng/Muhamad Ridlo)
Macan tutul di Nusakambangan tertangkap kamera pengintai pada Oktober 2017. (Foto: Liputan6.com/BKSDA Jateng/Muhamad Ridlo)

BB TNBTS dua minggu lalu juga kembali memasang sejumlah camera trap atau kamera penjebak untuk menangkap Macan Tutul (Panthera pardus melas). Biasanya, kamera akan diambil lagi antara 35-40 hari untuk mengetahui hasilnya.

"Karena baru saja dipasang, kami belum bisa memastikan apakah ada penambahan baru macan tutul atau tidak," ujar Sarif.

Tapi bila berdasarkan data sebelumnya, ada 18 ekor macan tutul yang berhasil dideteksi kamera penjebak. Habitat kucing besar ini tersebar mulai dari Blok Ireng–Ireng dan Kali Cilik sampai Watu Pecah dan Gunung Kukusan di wilayah Poncokusumo, Malang.

Pada pertengahan 2019 lalu, kamera penjebak yang dipasang petugas bahkan berhasil menangkap momen saat macan sedang kawin. Pemasangan kamera guna memantau perkembangan hewan langka tersebut.

"Akan kami sampaikan bila ada hasil dari kamera yang baru saja dipasang oleh petugas," ujar Sarif.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya