Liputan6.com, Blora - Di Desa Waru, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, ada destinasi wisata pegunungan unik yang perlu Anda kunjungi. Warga sekitar menyebutnya dengan Gunung Mundri. Destinasi wisata yang mulai hits di kalangan milenial ini menawarkan bentangan panorama alam yang luar biasa indah.
Tak heran jika memasuki akhir pekan, banyak wisatawan, baik dari kalangan remaja dan orang dewasa menyempatkan diri mengunjungi gunung ini sambil bermalam dan membuka tenda.
Advertisement
Baca Juga
Puncak tertinggi Gunung Mundri terkenal dengan sebutan Puncak Baret. Di puncak itu terdapat tugu TNI dan kerap menjadi lokasi yang biasa digunakan Pasukan TNI AD Blora (Alugoro 410) untuk latihan fisik.
Memiliki tinggi sekitar 400 meter di atas permukaan laut, Gunung Mundri kerap disebut gerbang utara Blora, karena lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan Pegunungan Kendeng Kabupaten Rembang.
Meski tidak terlalu tinggi, Gunung Mundri menyajikan trek yang cukup menantang bagi para pendaki. Dari sabana yang luas hingga trek cadas batu ada di sini.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
2 Jalur Pendakian
Ada dua jalur pendakian untuk sampi ke Puncak Baret Gunung Mundri. Jalur pertama rute Desa Kajar Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, dan jalur pendakian kedua adalah dengan mengambil rute Desa Waru, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora.
Jika mengambil jalur pendakian Blora, pengunjung bisa mengawali pendakian dari Tugu Pancasila Blora, lalu menuju arah utara sekitar 2 kilometer. Ketika sampai di pasar Desa Medang melalui Desa Ngadipurwo, pacu terus kendaraan Anda sampai di pertigaan Tugu Selo.
Sampai di pertigaan Tugu Selo, pilih jalur arah kiri yang akan mengantarkan Anda menuju Desa Waru, Kaki Gunung Mundri. Yaitu dari Polres Blora ke utara sekitar 10 kilometer dan sekitar 30 menit apabila ditempuh menggunakan sepeda motor.
Cukup dengan membayar parkir kendaraan Rp2 ribu, dan biaya bermalam Rp5 ribu, pendaki sudah bisa merasakan keindahan panorama alam Gunung Mundri yang memukau. Hanya butuh 1 jam treking untuk sampai ke Puncak Baret, di lokasi inilah biasanya pendaki membuka tenda.
Â
Advertisement
Trek Menantang
Sekitar 200 meter pertama pendakian, pengunjung akan merasakan sensasi berjalan di tengah sabana yang luas. Di lereng menuju Puncak Baret terdapat goa-goa alami dengan lorong horizontal dan vertikal. Bagi anda pencinta panjat tebing, menjelajahi lorong-lorong goa di lereng Puncak Baret akan menjadi pengalaman wisata tak terlupakan.
Sampai di Puncak Baret, pemandangan hutan jati tampak menghijau menyejukan mata menanti. Dari puncak pengunjung bisa menyaksikan keindahan dua wilayah, yaitu Blora dan Rembang.
Wahyu Puji (24), salah seorang kepada Liputan6.com mengatakan, meski masih di masa pandemi Covid-19, Puncak Baret Gunung Mundri tidak pernah sepi dari pengunjung.Â
"Saya mendaki gunung mundri tidak jalan, tapi lari sehingga sampai puncak baret hanya 20 menit saja," katanya.
Meski terbilang gunung yang landai, Wahyu menyarankan pendaki lain untuk tetap memperhatikan SOP pendakian yang safety dan membawa logistik yang mencukupi. Yang terpenting bawa makanan yang cukup, pakaian tebal, dan menggunakan kaca mata anti debu saat berada di Puncak Baret.
"Angin kencang di Puncak Baret menerbangkan banyak debu," katanya.
Sementara itu, Deni Eko Triono (21) pendaki lainnya mengaku kagum dengan pemandangan matahari terbit dan tenggelam di Gunung Mundri.
"Ini jadi salah satu momen yang diburu kebanyakan para pendaki," katanya.Â
(Amel Melia)