Waspada Ledakan Kasus Covid-19 di Malang Saat Libur Panjang

Kasus Covid-19 di Malang yang mulai melandai dikhawatirkan kembali melonjak saat wisatawan berdatangan.

oleh Zainul Arifin diperbarui 22 Okt 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2020, 18:00 WIB
Infografis Hindari Penularan Covid-19, Ayo Jaga Jarak! (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Hindari Penularan Covid-19, Ayo Jaga Jarak! (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Malang - Libur panjang akhir Oktober mendatang mengundang dilema. Di satu sisi industri pariwisata Malang butuh sebanyak-banyaknya kunjungan wisatawan, sementara di sisi lain kunjungan banyak wisatawan dikhawatirkan bisa menimbulkan ledakan kasus baru Covid-19 di Malang.

Data kasus Covid-19 di Malang dalam satu bulan terakhir cenderung melandai. Zona merah pun sudah berganti jadi zona oranye. Namun warna itu bisa kembali seperti semula bila situasi dan kepatuhan warga kembali tak terkontrol.

Wali Kota Malang, Sutiaji, Selasa (20/10/2020) mengatakan, saat rapat koordinasi bersama, Pemprov Jawa Timur menyampaikan kekhawatiran ada ledakan kasus baru Covid-19 di Malang Raya dan Banyuwangi.

Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang) dan Banyuwangi merupakan destinasi favorit pelancong. Diperkirakan saat masa cuti bersama pada 28 Oktober - 1 November banyak akan banyak menerima kedatangan wisatawan.

Masyarakat pun diimbau tetap waspada demi mencegah penyebaran Covid-19. Agar sepulang berpelesir tidak meninggalkan atau membawa virus corona baru.

"Jangan terlena karena sudah zona oranye. Di daerah lain ada yang sudah oranye jadi merah lagi," ujar Sutiaji.

Ia menyebut ada masukan agar pengelola hotel menyediakan makanan. Agar tamu tetap mengkonsumsi makanan di dalam tanpa perlu kontak keluar. Ini sebagai salah satu cara meminimalisir upaya penyebaran. Meski itu belum menjamin sepenuhnya.

Pengelola hotel dan tempat wisata pun harus patuh protokol. Kuota pengunjung tetap harus sesuai aturan yakni 50 persen dari kapasitas. Mengurangi potensi interaksi antar pengunjung dalam jarak terlalu dekat. Demi menekan penyebaran Covid-19 di Malang Raya.

"Masyarakat harus waspada, Kota Malang tak mau ada oleh-oleh virus corona," ujar Sutiaji.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Covid-19 di Malang

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Data Covid-19 di Malang sampai 20 Oktober 2020 yakni 1.946 orang positif. Dengan 193 orang meninggal dunia, 1.712 sembuh dan 41 orang masih dirawat. Serta ada 2.740 orang suspek dengan 83 orang di antaranya meninggal dunia.

Sutiaji menyebut tingkat kesembuhan pasien mencapai 87 persen. Jumlah pasien sembuh itu harus terus ditingkatkan. Sengkan fataly rate atau tingkat kematiannya mencapai lebih dari 8 persen. Ini juga jadi persoalan serius.

"Fataly rate sebenarnya tinggi. Ada usulan ke kementerian ada pemilahan pasien meninggal sakit karena Covid-19 atau dominan karena penyakit penyertanya," ujar Sutiaji.

Menurutnya, harus ada klasifikasi ulang. Bahwa pasien meninggal dunia murni karena terkonfirmasi positif Covid-19 atau lebih dominan karena komorbid meski juga dinyatakan terpapar penyakit itu.

"Di Malang misalnya hari ini ada dua pasien meninggal dunia. Seorang tak ada penyakit penyerta dan seorang lagi karena selain positif Covid-19 dia juga suda sakit lama," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya