Kontes Robot Wajib Ciptakan Teknologi yang Bisa Pindahkan Pasien

Ada hal yang menarik dalam penyelenggaraan Kontes Robot Indonesia (KRI) Nasional 2020 yang digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 16-24 November.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Nov 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2020, 08:00 WIB
ilustrasi kontes robot
ilustrasi kontes robot

Liputan6.com, Bandung Ada hal yang menarik dalam penyelenggaraan Kontes Robot Indonesia (KRI) Nasional 2020 yang digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 16-24 November. Tim peserta robotika pada kontes ini ditugaskan untuk merancang sebuah robot yang berfungsi untuk alat bantu angkat pasien dengan seminimal mungkin kontak fisik antara perawat dengan pasien dan seminimal mungkin gerak pasien.

Ketua Dewan Juri KRI Nasional 2020 Benyamin Kusumoputro mengatakan, perancangan robot yang dapat membantu gerak pasien tersebut dikonteskan di salah satu dari lima divisi yang dilombakan.

"Jadi, ada dua kontes yang tidak melewati tahap wilayah, salah satunya Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI). Untuk tahun ini, peserta kontes tematik diminta untuk bagaimana mengembangkan sebuah robot yang bisa mengangkat dan memindahkan pasien sebaik mungkin tanpa campur tangan manusia," kata Benyamin dalam jumpa pers virtual, Rabu (18/11/2020).

Benyamin menjelaskan, dalam perancangan kontes tematik ini, pasien diasumsikan dalam kondisi tidur terlentang. Robot yang digerakkan secara nirkabel oleh perawat, bergerak mendekati tempat tidur lalu menjulurkan lengannya, merengkuh dan kemudian mengangkat pasien dari tempat tidur. Perawat juga tidak diperkenankan menggunakan alat bantu berupa tongkat atau sejenisnya untuk menggerakkan atau mengangkat pasien.

Menurut dia, kategori tematik yang mengangkat tema terkait penanganan pasien ini direspons positif oleh peserta. Hal itu terlihat dari jumlah peserta yang mencapai 25 tim.

"Walaupun masih sekadar ide untuk menjadi sebuah barang atau robot karena masih butuh beberapa perbaikan, tetapi mereka yang ikut ada 31 peserta dari 39 tim. Dan ternyata ada 25 tim yang masuk ke tahap nasional," ujarnya.

Kontes robot divisi KRTMI, lanjut Benyamin, diadakan setiap tahun. Pada tahun sebelumnya, divisi ini mengangkat tema teknologi pangan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Digelar Secara Daring

Kontes Robot
Ketua Dewan Juri KRI Nasional 2020 Benyamin Kusumoputro. (Foto: Humas ITB)

Selain KRTMI, terdapat lima divisi lain yang dilombakan. Di antaranya, Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda, dan Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI).

Sama halnya dengan KRTMI, KRAI 2020 juga digelar tanpa melewati seleksi wilayah psda KRI tahun ini. Mengacu pada Panduan ABU Robocon 2020 dengan tema “Robo Rugby 7s”. Peserta KRAI diwajibkan menyediakan robot pemain rugby, lapangan dan perangkat kontes, serta perangkat komunikasi daring (video dan audio).

Untuk diketahui, KRI adalah sebuah kompetisi robotika yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Puspresnas Kemendikbud). Peserta KRI adalah tim mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi dari seluruh penjuru Indonesia.

Sebelum dilombakan di tingkat nasional, pelaksanaan KRI 2020 dilakukan dalam dua tahap. Pertama, dimulai dengan tingkat wilayah. Wilayah satu yang meliputi perguruan tinggi wilayah barat telah dilaksanakan pada 6-8 Oktober 2020 lalu. Sedangkan, wilayah dua atau timur digelar sejak 9-11 Oktober 2020.

Total peserta KRI Nasional 2020 diikuti 150 tim peserta dari 67 perguruan tinggi.

Namun mengingat situasi saat ini di tengah pandemi Covid-19, pelaksanaan KRI dilakukan secara daring atau online. Peserta KRI menampilkan robotnya di perguruan tinggi masing-masing, yang ditayangkan secara daring melalui mekanisme video conference.

Sekretaris ITB Widjaja Martokusumo mengatakan, sejak diselenggarakan pertama kali pada 1993, KRI digelar secara daring kali ini memang berbeda dari biasanya. Oleh karena itu, para peserta harus beradaptasi dengan penggunaan teknologi sebab pertemuan tatap muka tidak seleluasa seperti sebelum pandemi Covid-19.

"Salah satu hal penting dalam kontes ini adalah menjaga semangat mahasiswa sebagai calon generasi penerus terutama mereka yang senang di bidang robotika. Meski pandemi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita, tetapi semangat berkarya itu tetap dipertahankan," ujarnya.

Di sisi lain, acara yang diselenggarakan secara daring ini juga memunculkan tantangan. Sebab, para kontestan menunjukkan kemampuan di tempat masing-masing kemudian disiarkan lewat video konferensi. Muncul kekhawatiran dalam kontes terjadi manipulasi atau kecurangan.

"Selain kita wajib menaati protokol kesehatan, kontes robot ini terkait fairness dan fairplay. Tapi dalam kontes ini saya melihat semua tim mengikuti dengan jujur tanpa melakukan kecurangan," ujarnya.

Benyamin menambahkan, terkait fairness dan fairplay, pihaknya lebih detail dalam menyaksikan tayangan video. Di mana juri menempatkan banyak kamera di area kontes. Dengan demikian kecurangan bisa dideteksi.

"Untungnya, selama pelaksanaan ini tidak ada yang melakukan kecurangan. Ini juga menandakan bahwa para peserta semua jujur dalam menciptakan karya," jelasnya.

Benyamin juga memastikan bahwa penilaian tetap dilakukan sebagaimana lomba sebelumnya. Hanya bagian pertandingannya saja yang diubah, dari head to head menjadi performance base. Di mana setiap tim melakukan pertandingan di tempat sendiri.

"Jadi bukan hanya melihat dari video semata. Mereka melakukan pertandingan pada site mereka jadi pertandingannya tetap real time dan kita nilai," ujarnya.

 

Ajang Pembibitan

Kontes Robot
Plt. Kepala Puspresnas Kemendikbud Asep Sukmayadi memberikan keterangan pers, Rabu (18/11/2020). (Foto: Humas ITB)

Sementara itu, Plt Kepala Puspresnas Kemendikbud Asep Sukmayadi mengatakan, KRI sesungguhnya adalah salah satu cara ajang untuk mengembangkan prestasi peserta didik yang menjadi tugas utama dari Pusprensas. Salah satunya melalui pengembangan prestasi sains, teknologi dan riset melalui kompetisi robot.

"Jadi, KRI ini merupakan bentuk pelayanan kita dalam rangka pengembangan prestasi. Saya kira tujuan utama kita membangun dan menyiapkan salah satu rencana strategis dengan membangun peserta didik pancasilais yang ditunjukkan karakter mandiri dan berkarakter maju," ujar Asep.

Salah satu yang ingin dilakukan dalam kontes ini, lanjut Asep, adalah menyiapkan bibit-bibit muda yang kelak bisa bersaing di ajang internasional.

"Kita ingin ada pembibitan karena kita punya agenda untuk menambah pundi dan prestasi di level internasional yang bisa disumbangkan bidang robotika. Mereka ini akan kita ikut sertakan di level internasional dalam kontes robot," ucap Asep.

Asep menambahkan, ditunjuknya ITB sebagai tuan rumah KRI tingkat nasional merupakan sebuah kepercayaan. Di mana ITB pernah menjadi tuan rumah pada 2012 lalu.

"Dalam kondisi sulit seperti ini, saya juga mau berterima kasih kepada ITB sehingga kita memantapkan diri kita bisa melaksanakan ini. Dan ternyata kita bisa beradaptasi dengan kondisi sekarang ini," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya