Liputan6.com, Gorontalo- Tujuh orang terduga teroris di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo yang dibekuk oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri ternyata sejak lama sudah menjadi target operasi.
Dalam penangkapan terduga teroris tersebut, polisi menyita sejumlah barang bukti berupa tiga buah senjata api, dua senjata rakitan dan satu buah pistol, serta sejumlah senjata lainnya seperti pisau.
Kapolres Pohuwato, AKBP Teddy Rayendra mengatakan ketujuh terduga teroris yang ditangkap itu sudah menjadi target operasi (TO) sejak lama oleh kepolisian.
Advertisement
Baca Juga
“Sudah ditargetkan sejak lama. Kemudian satu, dua bulan ini kita profile,” ungkap Teddy.
Sebelumnya, ketujuh terduga teroris ini ditangkap dan diamankan di dua kecamatan berbeda yakni Kecamatan Randangan dan Kecamatan Buntulia.
Sejauh ini, kepolisian belum membuka identitas ketujuh terduga teroris tersebut. Namun, setelah ditangkap, ketujuh terduga teroris ini kemudian dibawa menuju Jakarta melalui jalur penerbangan.
Kepala Desa Buntulia Jaya, Kecamatan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato Rahmawati Polumulo mengatakan bahwa empat di antara terduga teroris tersebut tinggal di desa yang dipimpinnya sudah sejak lama.
"Kalau tidak salah, mereka tinggal di desa saya kurang lebih sudah dua tahun ini. Selama ini mereka saya lihat rajin beribadah dan bekerja, serta ramah dengan penduduk desa" kata Rahmawati.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Diduga Jaringan MIT Santoso
Penangkapan tersebut menuai berbagai spekulasi dari masyarakat Gorontalo. Ada yang mengatakan bahwa keberadaan teroris di Gorontalo dinilai merupakan lengahnya petugas menjaga perbatasan masuk wilayah Gorontalo.
Mengingat wilayah barat Provinsi Gorontalo tepatnya di Kabupaten Pohuwato, itu berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
Mereka menduga, bahwa teroris tersebut merupakan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) jaringan Santoso alias Abu Wardah yang lolos dari wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah hingga masuk Gorontalo.
"Saya menilai ini salah satu kelengahan petugas, kita harus tetap waspada, sebab Pohuwato berbatasan dengan wilayah Kabupaten Poso yang selama ini menjadi wilayah operasi Tinombala," kata salah satu warga Gorontalo yang namanya tidak mau disebut.
Sementara Kabid Humas Polda Gorontalo Kombes Pol. Wahyu Tri Cahyono membantah spekulasi tersebut. Menurutnya, kalau petugas lengah, itu bisa dibilang keliru.
Sebab, menurut Wahyu, saat ini seluruh jajaran Polda Gorontalo terus melakukan kegiatan preventif berupa patroli preemtif pembinaan kesadaran tentang pentingnya keamanan lingkungan termasuk waspada dengan bahaya radikalisme maupun terorisme.
"Intinya semua pihak harus turut berperan dalam mencegah radikalisme dan terorisme. BNPT, FKPT bersama Polri terus melakukan upaya-upaya pencegahan dini," Wahyu menegaskan.
Advertisement