Liputan6.com, Majalengka - Bencana longsor tahunan membuat ratusan kepala keluarga di Blok Tarikolot Desa Sidamukti Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Jawa Barat meninggalkan permukiman.
Tercatat sebanyak 253 Kepala Keluarga (KK) di blok tersebut direlokasi ke Blok Buahlega oleh pemerintah setempat pada 2009 sampai 2010. Relokasi dilakukan pemerintah sejak bencana longsor besar menimpa permukiman di Blok Tarikolot Majalengka pada 2006 silam.
"Sejak longsor besar kami berinisiatif merelokasi ini program pemerintah desa dan Pemkab Majalengka," kata Kepala Desa Sidamukti, Kabupaten Majalengka, Karwan, Senin (1/2/2021).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Pantauan di lokasi, ratusan warga masih terlihat beraktivitas di lokasi tersebut. Meski sudah direlokasi, beberapa warga terpantau masih ada yang memilih bertahan.
Akibat relokasi tersebut, rumah lama yang ada di Blok Tarikolot Majalengka kini ditumbuhi pepohonan rindang sehingga tampak terlihat seperti sebuah dusun 'mati' yang ditinggal penduduk.Â
Meski demikian, beberapa warga diketahui masih bertahan di dusun tersebut karena masih harus menggarap lahan pertanian maupun perkebunan.Â
"Kalau sekarang ada delapan KK yang bertahan alasannya karena usia sampai masih aktif kelola lahan pertanian dan perkebunan mereka. Memang sekilas tampak seperti sebuah dusun 'mati' tapi kalau ditelusuri masih ada warga yang datang mengecek rumah hingga aset mereka seperti ternak ayam dan lain sebagainya," kata Karwan.
Saksikan video pilihan berikut ini
Relokasi
Karwan menyebutkan, ada 180 rumah yang rusak karena longsor. Tak sedikit pula rumah yang tertimbun reruntuhan akibat longsor.
Rata-rata kejadian longsor pada pukul 18.00 WIB sore. Namun, tak ada korban jiwa setiap kali terjadi longsor.
"Waktu bencana besar tahun 2016 masih ada 20 KK memilih tinggal tapi saat itu bencana besar akhirnya warga berhasil dibujuk untuk relokasi. Sekarang tersisa delapan KK tinggal itu juga kadang tidak menginap," kata dia.
Karwan menjelaskan, program relokasi dilaksanakan karena blok tersebut masuk zona merah bencana. Hal itu diperkuat dengan adanya data hasil penelitian badan geologi Kementerian ESDM.
"Data badan geologi setiap 20 tahun sekali ada pergerakan tanah atau longsor. Bahkan tiap detik tanah tersebut juga bergeser kecil. Ciri nya kalau musim hujan tidak ada air mengalir atau keluar ke tanah berarti khawatir akan terjadi longsor besar kalau keluar air mengalir berarti longsor kecil," ujar dia.
Pada perjalanannya, kata Karwan, relokasi yang menghabiskan dana Rp2,7 miliar tersebut dilakukan selama tiga bulan. Seluruh warga blok di Desa Sidamukti gotong royong membantu warga blok Tarikolot membangun 253 rumah di Blok Buahlega.
Advertisement