Banjir Mengepung Grobogan, 7 Kecamatan Terendam

Sungai Lusi yang biasanya tenang tiba tiba meluap dan menggenang ribuan hektar area persawahan di sentra penghasil padi terbesar di Provinsi Jateng tersebut

oleh Felek Wahyu diperbarui 01 Feb 2021, 04:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 04:00 WIB
Banjir merendam permukiman dan sawah di Boyolali, Jateng. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)
Banjir merendam permukiman dan sawah di Boyolali, Jateng. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Boyolali - Ketenangan warga timur Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah tiba tiba terusik.  Sungai Lusi yang biasanya tenang tiba tiba meluap dan menggenangi ribuan hektare area persawahan di sentra penghasil padi terbesar di Provinsi Jateng tersebut.

Hujan deras yang mengguyur daerah aliran sungai (DAS)  Lusi, di timur Kabupaten Grobogan mengancam sektor pertanian. Hujan deras mengakibatkan sungai yang melintas dari Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan dan bermuara di Kabupaten Kudus meluap dan menyebabkan banjir di hamparan padi di sawah.

“Luas sawah terdampak banjir 1.195 hektar tersebar di tujuh kecamatan. Banjir dari Jumat, sampai Minggu masih menggenang. Jika tidak segera surut padi terancam puso,” kata Dr Sunanto, S.SP, MP, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Minggu (31/1/2021).

Potensi puso, terjadi karena saat ini padi sudah kondisi matang dan diperkirakan panen raya akan dimulai dua pekan hingga sebulan mendatang. Luapan Sungai Lusi, hingga saat ini masih menggenang dan menutup tanaman padi dengan ketinggian 80-120 centimeter. Karena tenggelam air banjir, padi bisa rusak.

“Ini sudah hari ke keempat genangan air juga belum surut. Jika tidak segera surut, tanaman yang sudah masuk 80 hst (hari setelah tanam) bisa gagal panen,” ujarnya.

Dampak paling besar dialami pertanian di desa Klampok, Godong. Sawah yang tergenang mencapai 156 hektar.  Tidak saja mengancam panen, namun dikhawatirkan jika genangan air di sawah masih tinggi, bisa berdampak pada mundurnya musim tanam (MT 2).

Kondisi ini bisa terjadi karena petani tidak bisa menabur benih padi. Sehingga bisa berakibat petani tidak bisa menanam padi. “Genangan banjir, dikhawatirkan bisa berimbas pada turunnya harga gabah dari petani,” ucapnya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Data Wilayah Terdampak Banjir di Boyolali

Banjir merendam permukiman dan sawah di Boyolali, Jateng. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)
Banjir merendam permukiman dan sawah di Boyolali, Jateng. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)

Kepala BPBD Kabupaten Grobogan, Endang Sulistyoningsih mengatakan, luapan Sungai Lusi menyebabkan sebanyak 527 rumah di sembilan desa di empat kecamatan tergenang banjir. Selain itu, air juga menggenangi satu sekolah yang saat ini sedang tidak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

“Kecamatan Tawangharjo 136 kepala keluarga (KK) terdampak. Dimana di Desa Jono 11 KK sempat tergenang rumahnya, namun hari Minggu sudah surut,” kata Endang, kepada wartawan, Minggu (31/1).

“Desa Mayahan 125 KK, terdampak. Sedang di Kecamatan Grobogan ada 82 KK dan 1 sekolah terdampak. Paling banyak di Kecamatan Purwodadi ada 304 KK terdampak “ ucapnya.

Di Kecamatan Purwodadi dampak banjir terbagi di empat Kelurahan yakni Kelurahan Purwodadi 159 KK, Kelurahan Kuripan 45 KK, Desa Karanganyar 50 KK dan Desa Kedungrejo 50 KK.

“Di Kecamatan Brati dampak banjir menggenang di lima rumah milik warga di Desa Menduran,” kata Endang.

Selain rumah warga, banjir juga mengancam ribuan hektar padi siap tanam dan menjebol tanggul sungai. Data BPBD Grobogan, banjir berdampak di Kecamatan Klambu 174 hektare milik kelompok tani di 4 desa. di Kecamatan Grobogan 20 hektare. Kecamatan Tawangharjo 32 hektare.

Di Kecamatan Brati 55 hektare, Kecamatan Purwodadi 219 hektare, Kecamatan Penawangan 148 hektare, dan di Kecamatan Godong 400 hektare.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya