Menjelajah Waktu ke Kota Tua Tondano Minahasa tahun 1800 Lewat Film Animasi Arkeolog

Untuk membuat film animasi yang mampu membawa penonton seolah kembali ke Minahasa pada tahun 1800-an, Balai Arkeolog Sulut melakukan serangkaian riset serta melibatkan komunitas budaya di Minahasa.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 05 Mar 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2021, 06:00 WIB
Kepala Balai Arkeolog Sulut Wuri Handoko bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Sulut dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten MInahasa saat memaparkan proyek film animasi.
Kepala Balai Arkeolog Sulut Wuri Handoko bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Sulut dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten MInahasa saat memaparkan proyek film animasi.

Liputan6.com, Manado - Tondano yang menjadi ibu kota Kabupaten Minahasa, Sulut, tak hanya menjadi pusat pemerintahan sejak zaman Belanda, tetapi juga menjadi permukiman padat penduduk pada tahun 1800-an. Selain itu, kota tempat dimakamkannya pahlawan nasional Sam Ratulangi ini juga menjadi pusat kebudayaan dengan sejumlah peninggalan arkeologi.

Untuk menelusuri jejak-jejak bersejarah, termasuk peninggalan arkeologi di kota yang terletak di tepi Danau Tondano Minahasa ini, Balai Arkeologi Sulut kini tengah menggarap sebuah film animasi.

"Sebuah film animasi arkeologi ini tentang permukiman masa lampau Kota Tua Tondano di tahun 1800," ungkap Kepala Balai Arkeolog Sulut Wuri Handoko, Rabu (3/3/2021).

Wuri mengungkapkan, pihaknya memilih bentuk animasi dibanding film kolosal sejarah, pertimbangannya, adalah karena biaya. Dengan bentuk animasi juga menarik, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi di dunia digitalisasi.

"Kita merekonstruksi kembali kehidupan masa lampau melalui imajinasi dan interpretasi arkeologi, bagaimana kawasan Benteng Moraya di Tondano itu ada. Juga morfologi situsnya," ujar Wuri.

Untuk membuat film animasi yang mampu membawa penonton seolah kembali ke Minahasa di tahun 1800-an, Balai Arkeolog Sulut melakukan serangkaian riset serta melibatkan komunitas budaya di Minahasa. Riset bahkan sudah dikerjakan sejak bebarapa waktu silam.

"Kita juga membuat situs virtual, dalam program besar rumah peradaban yang menelan biaya sekitar 300 juta," ujarnya.

Peneliti Balai Arkeolog Sulut Irfanuddin Wahid Marzuki mengungkapkan, berdasarkan hasil riset yang dilakukan, pada tahun 1800-an Tondano merupakan permukiman padat di Minahasa, Sulut. Tondano juga merupakan salah satu kota kolonial baru yang dipopulerkan oleh Belanda tahun 1800.  

“Sebelum konsep new colonial indische diterapkan di Indonesia, Tondano sudah lebih dulu hadir," ujar Irfanuddin.

Dia mengungkapkan, permukiman warga Tondano itu sebelumnya di danau, sebelum pindah ke daratan. Termasuk lokasi di sekitar Benteng Moraya yang bersejarah.

"Data ilmiah tentang permukiman di Tondano Minahasa ini kita rekonstruksi dan sajikan ke generasi muda agar mudah diingat, melalui visualisasi dan data digitalisasi," dia menandaskan.

Simak juga video pilihan berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya