Punti Kayu Palembang, Taman Wisata Alam yang Meredup Saat Pandemi Covid-19

Punti Kayu Palembang, Taman Wisata Alam di Ibu Kota Sumsel yang meredup saat pandemi Covid-19.

oleh Nefri Inge diperbarui 21 Jun 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2021, 09:00 WIB
Punti Kayu Palembang, Taman Wisata Alam yang Meredup Saat Pandemi Covid-19
Deretan pohon pinus yang menjulang tinggi, memadati Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Ratusan pohon pinus yang menjulang tinggi dengan aroma kayu yang khas, menyambut para pengunjung di Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu Palembang, di Jalan Kolonel H Burlian Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Punti Kayu Palembang ini menjadi penyumbang oksigen alami terbesar di Palembang, di tengah tingginya polusi udara di Ibu Kota Sumsel.

Tak hanya menyuguhkan deretan pohon Pinus, namun ada banyak jenis flora, seperti akasia, mahoni, talog, pulai dan lainnya.

Sementara dari jenis fauna, Hutan Wisata Punti Kayu menjadi habitat bagi sekawanan kera ekor panjang, beruk, tupai, biawak dan musang. Bahkan ada serangga langka, yang belum dinamakan secara ilmiah.

Ada juga berbagai wahana yang bisa memanjakan para pengunjung. Seperti jembatan gantung, perahu bebek, perahu naga, kebun binatang, outbond training yang dilengkapi dengan kanopi bridge, flying fox, kolam renang dan lainnya.

Eco-tourism pun menjadi salah satu andalan pengelola Punti Kayu Palembang, dengan menyuguhkan kawasan asri, alami dan udara yang sejuk, yang bisa dinikmati para pengunjung.

Bahkan, para pengunjung bisa berinteraksi dengan berbagai jenis satwa tak dilindungi, hingga belajar menanam bibit pohon.

Namun sayangnya, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tepat berada di tengah Kota Palembang ini, harus meredup di saat Covid-19 mewabah.

Manager Punti Kayu Palembang, Raden Azka mengatakan, pandemi Covid-19 membuat seluruh aktivitas pengunjung terhenti.

Bahkan di awal Covid-19 mewabah, TWA di Palembang ini harus tutup selama lima bulan tanpa adanya pemasukan keuangan.

“Dampak pandemi Covid-19 sangat terasa di tahun 2020 lalu. Punti Kayu Palembang harus ditutup dari tanggal 20 Maret 2020 hingga bulan Agustus 2020 lalu. Tidak ada pemasukan, namun pengeluaran harus berjalan,” ucapnya kepada Liputan6.com, Minggu (20/6/2021).

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

Kera Berkeliaran

Punti Kayu Palembang, Taman Wisata Alam yang Meredup Saat Pandemi Covid-19
Kera ekor panjang yang banyak berkeliaran di Punti Kayu Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Untuk menghindari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) puluhan karyawannya, pengelola Punti Kayu Palembang terpaksa harus membagi shift kerja dan mengurangi honor karyawannya.

Para karyawan dibagi kerja, untuk menjaga keberlangsungan hidup satwa dan kebersihan di Punti Kayu Palembang. Kendati tidak ada pemasukan sama sekali, mereka tetap memberi makan satwa-satwa, dengan porsi standar.

Dampak lainnya dari pandemi Covid-19 di Punti Kayu Palembang, yaitu habitat kera ekor panjang yang akhirnya keluar dari kawasan tersebut.

“Biasanya kera-kera itu sering diberi makan oleh pengunjung. Tapi karena tidak ada pengunjung, mereka jadi mencari makan di luar Punti Kayu. Ada yang masuk ke dalam hutan di kawasan ini, ada juga yang ke rumah-rumah warga di sekitar Punti Kayu,” ucapnya.

Zona Merah Covid-19

Punti Kayu Palembang, Taman Wisata Alam yang Meredup Saat Pandemi Covid-19
Deretan pohon pinus yang menjulang tinggi, memadati Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Sementara itu, Kota Palembang Sumsel masih saja masuk dalam kawasan zona merah Covid-19. Sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Hal ini kian mempersulit managemen Punti Kayu Palembang. Sehingga sampai saat ini, mereka belum membuka wisata pengunjung secara resmi ke publik.

“Waktu lebaran, kita tutup dari tanggal 5 Mei 2021 hingga 18 Mei 2021. Namun ada perpanjangan penutupan, sampai batas waktu yang belum ditentukan,” ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya