Kolaborasi Cek Fakta Liputan6.com-LTNU Garut Kampanye Anti-Hoaks di Pesantren

Derasnya informasi yang beredar saat ini, baik melalui media mainstream, maupun media sosial (medsos), harus diimbangi dengan upaya bijak warga dalam memilah setiap informasi yang beredar.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 02 Sep 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2021, 11:00 WIB
Redaktur Pelaksana Daerah Liputan6.com Harun Mahbub Billah berharap, kegiatan cek fakta dan upaya menangkal hoaks kali ini, mampu mengajak kalangan pesantren, menghasilkan konten kreatif dan bermanfaat di masyarakat.
Redaktur Pelaksana Daerah Liputan6.com Harun Mahbub Billah berharap, kegiatan cek fakta dan upaya menangkal hoaks kali ini, mampu mengajak kalangan pesantren, menghasilkan konten kreatif dan bermanfaat di masyarakat.(Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Lembaga Ta’lif Wa Nashr (LTN) Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Garut, Jawa Barat gencar kampanye anti hoaks di kalangan pesantren di Garut.

Lembaga tulis menulis dan publikasi milik NU tersebut, sengaja menggadeng tim Cek Fakta Liputan6.com, untuk mengingatkan dan mengajak pentingnya ikhtiar tabayun atau konfirmasi, terhadap setiap informasi yang meragukan di tengah masyarakat.

Ketua LTNU Garut Jayadi Supriadin mengatakan, derasnya informasi yang beredar saat ini, baik melalui media mainstream, maupun media sosial (medsos), harus diimbangi dengan upaya bijak warga dalam memilah setiap informasi yang beredar.

"Kalau asal saja menelan habis informasi yang meragukan, maka tunggu perdebatan hingga menjadi polemik di masyarakat," ujarnya dalam seminar webiner 'Upaya Menangkal Hoaks di Pesantren', Rabu (1/9/2021).

Menurutnya, arus deras informasi kepada masyarakat saat ini sulit dihindari, tak ayal ragam berita hoaks alias bohong kerap menghiasi ruang informasi publik.

"Apalagi di Garut yang kondisi masyarakatnya cukup beragam dan dinamis, dibutuhkan kesadaran dan bijak dalam memahami informasi,” kata dia mengingatkan.

Hal senada disampaikan Sekretaris Komisi Informasi dan Publikasi MUI Garut KH Cecep Jayakarama, dalam pandangan agama dibutuhkan sikap tabayun atau konfirmasi dalam setiap informasi yang beredar di masyarakat.

"Dulu juga Sayidah Aisyah sempat termakan berita hoaks saat tertinggal rombongan baginda Rasul, beruntung persoalan itu dengan cepat diselesaikan setelah melakukan konfirmasi atau tabayun," ujarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Cibojong Cisurupan Garut tersebut berharap, hadirnya seminar ini merupakan upaya dan cara menangkal berita hoaks tersebut, serta mampu menyadarkan masyarakat agar lebih bijak dalam menyampaikan informasi.

"Banyak ayat dalam Al-Qur'an yang mengingatkan bagi kita pentingnya bertabayun," ujarnya.

Sementara itu, Redaktur Pelaksana Daerah Liputan6.com Harun Mahbub Billah berharap, kegiatan cek fakta dan upaya menangkal hoaks kali ini, mampu mengajak kalangan pesantren, menghasilkan konten kreatif dan bermanfaat di masyarakat.

"Pesantren itu banyak sekali mengajarkan akhlak, sehingga sudah seharusnya santri bisa memberikan tauladan yang baik bagi masyarakat, termasuk soal membuat dan menyebarkan informasi," ujar dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Cara Tangkal Berita Hoaks

Para santri Ponpes Nurul Huda Cibojong Garut, Jawa Barat tengah mengikuti seminar menangkal hoaks di kalangan pesantren kerjasama dengan kanal Cek Fakta Liputan6.com.
Para santri Ponpes Nurul Huda Cibojong Garut, Jawa Barat tengah mengikuti seminar menangkal hoaks di kalangan pesantren kerjasama dengan kanal Cek Fakta Liputan6.com. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Redaktur Pelaksana Cek Fakta Liputan6.com Edu Krisnadefa mengatakan, ada beberapa alasan orang menyebarkan berita hoaks alias bohong, yakni bentuk partisipasi, ingin mendapatkan pengakuan atau eksistensi, kemudian untuk alasan profit atau mencari keuntungan.

"Terakhir tentu kerap dijadikan sebagai ajang provokasi dan propaganda," dia mengingatkan.

Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2021 mencatat, saat ini user internet Indonesia mencapai lebih dari 200 juta jiwa, dengan penggunaan smartphone di atas 80 persen.

Dari jumlah itu, user Jawa Barat menduduki posisi terdepan dengan 35,1 juta, kemudian Jateng, 26,5 juta, Jatim, 23,4 juta, Sumut, 11,7 juta, Banten, 9,98 juta, Jakarta,8,9 juta

"Rata-rata penduduk Indonesia berusia 16-64 tahun berselancar di internet dalam sehari mencapai 7 jam 59 menit," kata dia.

Untuk menghindari penyebaran berita hoaks atau bohong, Edu menyampaikan beberapa kiat mengetahui informasi berita bohong, antara lain ketahui sebuah pesan yang diteruskan.

Kemudian periksa foto dan media secara seksama. "Gunakan Yandex atau Google Reverse Images untuk mengetahui keaslian sebuah foto yang beredar," kata dia.

Selain itu, perhatikan pesan yang tampak tak biasa, periksa prasangka anda, serta lakukan verifikasi dengan sumber lain.

Tidak hanya itu, untuk menghindari masuknya berita bohong ke smartphone anda, Edu menjabarkan beberapa tips untuk menjaga dan melindungi data digital pribadi.

Antara lain, jangan masuk situs sembarangan, bijak menggunakan wifi dan komputer umum, pikir ulang saat mengunggah sesuatu di medsos, serta tidak mengunduh sembarang aplikasi.

Sementara itu, Koordinator Komunitas Pegiat Cek Fakta Liputan6.com Karmin Winarta menambahkan, kanal cek fakta Liputan6.com masuk dalam keanggotaan International Fact-Checking Network (IFCN), yang menuntun setiap berita yang masuk melalui seleksi ketat.

Beberapa manfaat kanal Cek Fakta Liputan6.com yakni meningkatkan personal branding, meluaskan networking, belajar dari member, lebih cepat mengetahui fakta terbaru, memberantas hoaks.

"Kami memiliki kelas-kelas virtual mulai cek fakta, menulis, mojo, video hingga dilibatkan dalam kegiatan fact checking," papar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya