Liputan6.com, Yogyakarta - Gunung api purba Nglanggeran di Gunungkidul tidak hanya menyimpan keindahan alam. Gunung api purba Nglanggeran Gunungkidul menyimpan mitos dan cerita seram yang bisa membuat bulu kuduk merinding.
Berikut lima mitos dan cerita seram yang melingkupi gunung api purba Nglanggeran di Gunungkidul
Advertisement
Baca Juga
1. Tempat Hukuman
Menurut desas-desus yang beredar, dahulu kala gunung ini merupakan tempat untuk menghukum warga setempat. Sesuai dengan arti namanya, Nglanggeran yang berarti nglanggar atau melanggar.
Nama tersebut diambil karena warga yang berada di sekitar gunung api purba percaya bila ratusan tahun lalu warga setempat pernah merusak wayang seorang dalang. Karena murka, warga itu dikutuk menjadi sosok wayang dan dibuang ke gunung api purba Nglanggeran di Gunungkidul.
Saksikan video pilihan berikut ini:
7 Kepala Keluarga
2. Tujuh Kepala Keluarga
Berada di Tlogo Mardidho, Dusun Nglanggeran, Kecamatan Patuk atau tepat di puncak Gunung Nglanggeran, area ini hanya diisi oleh 7 kepala keluarga. Mitosnya, apabila pemukiman tersebut dihuni lebih dari 7 orang kepala keluarga, maka warga tersebut akan meninggal atau terserang penyakit yang berakibat pada kematian.
Oleh karena itu, bagi warga Mardidho yang sudah menikah wajib meninggalkan dusun tersebut.
3. Mbok Jamu Gendong
Mitos kedua yang melingkupi Gunung Api Purba Nglanggeran adalah mbok jamu gendong yang menjajakan jamunya kepada pendaki di gunung purba. Menurut mitos yang beredar sosok mbok jamu akan menampakkan diri sekitar pukul dua pagi.
Selain itu, apabila pendaki melihat sosok ini dari dekat, maka mbok jamu akan berwujud menyerupai wanita muda nan cantik yang memikul jamu di punggungnya. Namun, jika dilihat dari kejauhan sosok ini akan berubah menjadi wanita tua dengan raut wajah yang menyeramkan.
Advertisement
Mata Air Gaib
4. Mata Air Gaib
Menurut cerita yang beredar, mata air gaib terletak di puncak Gunung Nglanggeran dan biasa disebut dengan Telaga Wungu. Konon Telaga Wungu merupakan tempat permandian bagi bidadari, dengan segala peralatan yang dilapisi dengan emas.
Di samping Telaga Wungu, masyarakat juga percaya bahwa terdapat sebuah telaga yang bernama Telaga Pengguyangan yang digunakan untuk membasuh kuda bersayap milik para bidadari. Hal ini diperkuat dengan adanya jejak tapal kuda di bebatuan yang ada.
5. Mata Air Comberan
Mata air yang satu ini kabarnya tidak pernah surut meskipun pada musim kemarau. Usut punya usut masyarakat percaya bahwa mata air comberan tidak pernah surut karena berpusat pada Telaga Wungu.
Selain tidak pernah surut, di lokasi ini juga ditemukan tempat atau spot yang dulunya untuk pemujaan dan bertapa. Kendati demikian, saat ini ada beberapa pengunjung atau masyarakat lokal yang memakai spot tersebut. Namun bagi wisatawan wanita yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan untuk memasuki area ini.
Penulis: Yohana Nabilla