Liputan6.com, Banyumas - Banyak kisah orang-orang sukses yang bermula dari mimpi. Berbekal mimpi inilah, Pemerintah Kabupaten Banyumas berikhtiar belajar mengolah sampah menjadi rupiah hingga ke Bantargebang.
Sampah semat menjadi masalah serius di Banyumas. Serelah warga memboikot tempat pembuangan akhir di Kaliori, Banyumas sempat mengalami darurat sampah.
Sampah berceceran si tepian jalan. Aroma tak sedap menguar, mengusik pejalan kakai dan pengguna jalan lainnya.
Advertisement
Sejak saat itu, strategi pengolahan sampah diubah dalam bentuk unit-unit pengelola sampah yang tersebar di sejumlah wilayah. Unit-unit ini dinamai Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).
Baca Juga
Masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan sampah model ini melalui kelompok swadaya masyarakat. Harapannya, masalah sampah selesai di lingkup wilayah masing-masing melalui pemberdayaan masyarakat.
Saat ini Banyumas telah mendirikan 25 TPST yang mampu mengurangi pembuangan sampah ke TPA secara signifikan.
Pemkab Banyumas juga melakukan trobosan dengan menjalankan beberapa program penanganan sampah. Program itu antara lain aplikasi Jeknyong untuk pengambilan sampah organik, Salinmas untuk pemilahan dan pengambilan sampah organik yang bekerjasama dengan bank sampah setempat.
Meski bisa menekan volume sampah dari 144 truk menjadi 22 truk sampah tiap hari, namun masih ditemukan masalah, yaitu campuran sampah plastik dengan organik serta sampah plastik yang basah sehingga sulit diolah.
Untuk menjawab permasalahan ini, Bupati Banyumas, Achmad Husein, mengunjungi tempat pengelolaan sampah mandiri di wilayah Bantar Gebang Bekasi, Selasa (1/2/2022).
Husein yangvdatang bersama Direktur BUMD Banyumas Investama Jaya, Aditya Sigit Pratomo dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Junaidi, mempelajari ilmu dan teknologi pengelolaan sampah di Bantar Gebang.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Sumpah Beruang
Husein sengaja membawa sekitar 300 kilogram sampah Banyumas untuk diuji coba dalam mesin pengolahan sampah sederhana di tempat pengelolaan sampah mandiri tersebut.
"Hasilnya sangat mengejutkan," ujar Husein.
Campuran sampah plastik dengan organik serta sampah plastik yang basah langsung kering usai dimasukan ke dalam mesin pengelolaan sampah.
Setelah keluar dari mesin, sampah campur-campur itu berubah menjadi bahan baku yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat maupun daerah Banyumas.
"Saya praktikkan sendiri (mesin pengolahan sampah) berkali-kali dan benar, sampah yang saya bawa jadi kering," ujarnya.
Ini membuktikan mesin sederhana di tempat pengelolaan sampah Bantar Gebang berfungsi dengan baik, sehingga bisa diterapkan di Banyumas.
"Insya Allah, ilmu dan teknologi sederhana ini dapat mengakselerasi core program pengelolaan sampah yang sangat diminati masyatakat, yakni sulap sampah berubah uang alias Sumpah Beruang," ucapnya.
Saat ini, sedikitnya 24 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang beranggotakan ratusan warga Banyumas telah menggunakan hasil olahan sampah untuk dijadikan barang-barang yang bernilai ekonomis bagi masyarakat.
Dengan teknologi di Bantar Gebang, bukan hanya menyelesaikan persoalan sampah di Banyumas, namun mengubah sampah jadi rupiah dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
"Mudah-musahan, berbagai terobosan dan program yang dicanangkan Pemkab Banyumas dapat menggapai target zero waste pada akhir 2022 mendatang," tuturnya.
Advertisement