Liputan6.com, Parigi Moutong - Keluarga korban penembakan di Parigi Moutong mengaku mengalami trauma usai kejadian tragis yang dialami oleh anggota keluarganya.
Baca Juga
Advertisement
Pihak keluarga mengaku terpukul dengan kepergian Erfaldi (21) saat pembubaran aksi blokade jalan di Parigi Moutong. Terlebih, korban meninggal dunia dengan bekas kekerasan, yakni luka tembak.
Erfina Lahadado, kakak korban menceritakan sejak peristiwa itu kedua orangtuanya mengalami perubahan psikologi.
"Bapak dan ibu jadi susah tidur, paling lama 2 jam. Kalau bangun langsung histeris dan menangis mengingat kejadian yang dialami anaknya," Erfina bercerita di rumahnya, Rabu (16/2/2022).
Keluarga, kata Erfina, sudah membuat laporan kepada polisi di Polres Parigi Moutong sebagai upaya menuntut aparat mengungkap kasus tersebut dan menghukum pelaku penembakan saudara laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara itu.
"Kalau diingat kejadian itu kami sangat sakit hati. Harapan keluarga polisi mengungkap identitas pelaku dan menghukum sesuai prosedur," Erfina mengharapkan.
Sementara itu, hingga hari keempat kepergian Erfandi, belum ada lembaga independen yang mendampingi pemulihan psikologis pihak keluarga. Upaya itu baru dilakukan kepolisian dengan menurunkan tim psikologi yang menemui pihak keluarga di Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong pada Rabu (16/2/2022).