Makna Mendalam Kain Tenun Motif 'Subahnale' Asal Lombok, Begini Asal-usulnya

Salah satu motif tenun dengan makna mendalam adalah kain tenun motif subahnale asal Lombok.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Sep 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2022, 12:00 WIB
Perempuan yang Menghabiskan Waktunya untuk Menenun
Parniwati merinci, secara umum ada dua jenis kain tenun khas Lombok, yakni songket dan ikat.

Liputan6.com, Lombok - Kain tenun memiliki jenis motif yang beragam. Masing-masing motif tersebut memiliki keunikan dan keistimewaannya.

Salah satu motif tenun dengan makna mendalam adalah kain tenun motif subahnale asal Lombok. Nama motif tersebut erat kaitannya dengan kalimat Subhanallah.

Dalam proses pembuatannya, seorang penenun kain dengan motif ini akan terus mengucapkan kata Subhanallah. Pasalnya, motif tersebut cukup rumit.

Karena hal tersebutlah tercipta nama dari motif ini. Motif subahnale berupa susunan geometris segi enam seperti sarang lebah dengan isian bunga.

Motif ini merupakan salah satu motif kuno di Lombok. Sedangkan untuk warnanya, terdapat banyak variasi, tetapi yang banyak diminati adalah warma merah, hitam, dan ungu.

Cerita lain menyebutkan, seorang penenun kain ini biasanya adalah seorang wanita yang sudah menopause. Wanita yang sudah menopause dinilai sudah menyerahkan diri melepaskan dunia.

Kemudian, wanita tersebut harus menenun sambil berzikir. Lantunan zikir terus mengalun dari bibirnya.

Pada saat menyebut 'subhanallah', sang wanita pasti akan mengantuk. Saat mengantuk inilah, sesuatu terjadi, yakni di tengah tidurnya, tangan wanita itu akan terus menenun.

Proses tersebut seolah terdapat 'sesuatu' yang menggerakkan tangan penenun untuk terus menenun. Sewaktu bangun, wanita itu akan sadar bahwa tangannya tak berhenti menenun.

Masyarakat percaya bahwa tenun dengan motif ini memilih pembelinya. Sang penenun kain tenun motif subahnale akan melihat hati orang yang akan membelinya.

Meski pembelinya akan membeli dengan harga yang tinggi, tetapi jika penenunnya merasa bukan orang tersebut yang pantas memilikinya, maka kain tersebut tak akan dijual.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya