Liputan6.com, Pekanbaru - Masyarakat tiga desa di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, sejak pertengahan Agustus lalu resah. Banyak kerbau mati mendadak dalam hitungan hari yang jumlahnya mencapai ratusan.
Keadaan ini membuat populasi kerbau di kecamatan tersebut turun drastis. Dinas Peternakan Kabupaten Kampar sudah turun ke lokasi, disusul oleh petugas dari Dinas Peternakan Provinsi Riau.
Advertisement
Baca Juga
Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Peternakan Provinsi Riau, dr Faralinda Sari membenarkan banyaknya kerbau mati di kecamatan tersebut.
"Jumlahnya puluhan, bukan ratusan, itu setelah kami koordinasi dengan Diskes Kampar," kata Faralinda, Selasa siang, 6 September 2022.
Faralinda mengakui populasi kerbau di lokasi tersebut memang turun drastis. Namun, penyebab utamanya bukanlah kematian melainkan penjualan oleh pemilik karena takut kerbau mati.
"Ada provokasi dari penjual dari pada terkena penyakit," kata Faralinda.
Faralinda menjelaskan, puluhan kerbau mati itu karena menderita penyakit Septicaemia epizootica (SE). Dalam bahasa awamnya adalah sapi ngorok karena terinfeksi bakteri.
"Itu bakteri Pasteurella multocida, sebetulnya bisa disembuhkan kalau penanganannya cepat," jelas Faralinda.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sulit Ditangkap
Menurut Faralinda, banyaknya kerbau mati karena pemilik sulit menangkapnya. Pasalnya, kerbau itu tidak di kandang, melainkan lepas di padang rumput.
"Banyak mati di padang dan air karena pemiliknya sulit menangkap," ujar Faralinda.
Penyakit SE atau kerbau ngorok ini sangat cepat menyerang kesehatan ternak. Dalam hitungan hari, infeksi bisa menyebabkan kematian antara 1 hari hingga 4 atau paling lama 14 hari, tergantung imunitas kerbau.
Penyakit ini menyerang bagian tenggorokan. Serangan membuat saluran pernapasan tersumbat sehingga kerbau yang menderitanya terdengar seperti sedang ngorok.
"Penyakit ngorok, pernapasan tidak lancar, sapi juga bisa kena tapi saat ini hanya kerbau," jelas Faralinda.
Berdasarkan informasi dari Diskes Kampar, penyakit ngorok ini hanya terdapat di 3 desa tersebut. Kecamatan lain ataupun kabupaten lainnya di Kampar hingga kini belum ada laporan.
"Ini penyakit endemis, sudah lama ada di sana," ujar Faralinda.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement