Riwayat Situs Arkeologi di Poso Tergerus Proyek Energi

Proyek PLTA Poso disebut berpotensi merusak situs arkeologi kuno di sekitar Danau Poso. Pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo yang juga membawahi wilayah Sulteng bahkan pernah memberi peringatan kepada perusahaan lantaran merusak cagar budaya.

oleh Heri Susanto diperbarui 21 Sep 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2022, 07:00 WIB
Gua kuburan prasejarah di sekitar Danau Poso
Peninggalan prasejarah berupa peti jenazah kuno di Gua Tangkaboba, sebelah barat Sungai Poso. (Foto: Ray).

Liputan6.com, Poso Proyek PLTA Poso disebut berpotensi merusak situs arkeologi kuno di sekitar Danau Poso. Pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo yang juga membawahi wilayah Sulteng bahkan pernah memberi peringatan kepada perusahaan lantaran merusak cagar budaya.

Menurut pihak BPCB Gorontalo salah satu situs penting yang berisiko rusak karena aktivitas megaproyek tersebut adalah gua-gua yang merupakan kuburan kuno yang ada di tebing-tebing sekitar Danau Poso.

Bahkan, perusahaan yang mengeksploitasi Danau Poso untuk mendapat sumber energi itu pernah diberhentikan sementara aktivitasnya lantaran mengancam keberadaan situs tersebut.

"Salah satunya Gua Toyali. Waktu itu kebetulan saya yang langsung turun menghentikan sementara pekerjaan proyek di sana tahun 2019 dan minta penggeseran jalan proyek agar tidak memberi dampak negatif ke gua itu," Kepala Unit Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya BPCB Gorontalo, Romi Hidayat mengatakan, Senin (19/9/2022).

Situs Gua Toyali rusak ketika perusahaan energi melakukan pengerukan tebing di tepi sungai Danau Poso, di Kelurahan Tendeadongi tahun 2019 untuk membuat jalan perusahaan. Jalan itu adalah bagian dari proyek pembuatan bendungan danau untuk mendapatkan energi listrik. Padahal, BPCB sudah mewanti-wanti pengerukan hanya boleh dengan jarak 25 meter dari situs.

Akibatnya, ditemukan kerusakan pada tulang-tulang dan gerabah yang terdapat pada gua kuburan prasejarah tersebut. Situs itu sendiri sudah masuk Daftar Registrasi Cagar Budaya Nasional dan terverifikasi tahun 2017. Pendataan oleh BPCB Gorontalo sudah dilakukan lewat kegiatan Inventarisasi Gua Kubur Prasejarah tahun 2016.

"Pelestarian sangat penting di antaranya karena ada nilai budaya dan sebagai objek penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna untuk kehidupan masa kini," Romi menegaskan.

Simak video pilihan berikut ini:

Merusak Nilai Sejarah Budaya Masyarakat Danau Poso

Pengerukan Danau Poso oleh Poso Energy
Pengerukan dasar Danau Poso untuk proyek PLTA PT Poso Energy. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Situs kubur prasejarah di Gua Toyali itu hanya satu di antara belasan gua-gua serupa di sekitar Danau Poso. Iksam Djorimi, salah satu arkeolog yang meneliti situs-situs tersebut mengungkapkan sejauh ini ditemukan 19 situs serupa di danau terbesar ke-3 itu termasuk di sekitar aliran sungainya.

Gua-gua yang ada di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) punya ancaman kerusakan terbesar dari aktivitas perusahaan itu.

"Muara danau ke arah sungai Danau Poso itu tinggi potensi kerusakannya. Di tebing-tebing yang mengapit sungai itu banyak situs penting. Sementara ada aktivitas perusahaan juga di sana," Iksam mengungkapkan, Senin (19/9/2022).

Di gua-gua kuburan prasejarah itu peninggalan arkeologi yang ada di antaranya tulang-tulang manusia, peti kuno wadah jenazah, serta benda peninggalan lainnya.

Iksam mengungkap penguburan di gua tersebut merupakan budaya prasejarah yang ada hingga zaman sejarah. Situs itu bernilai penting karena bisa menjelaskan tradisi dan budaya di sekitar Danau Poso saat ini, juga budaya-budaya lain di Indonesia. Di Poso sendiri khususnya sekitar danau tradisi penguburan di gua diyakini mulai berakhir saat agama Kristen masuk, antara abad 19 dan 20.

Sementara itu, tokoh masyarakat mengkhawatirkan hilangnya identitas dan ciri khas masyarakat Danau Poso khususnya Pamona jika tinggalan budaya tersebut hilang.

"Kami khawatir jika itu hilang, maka generasi berikutnya tidak akan tahu betapa kaya dan pentingnya nilai sejarah daerah ini, karena tidak ada lagi peninggalan yang mereka bisa lihat dan pelajari," Pendeta Yombu Wuri menandaskan.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya