Liputan6.com, Nias - Anak-anak di Nias, terutama yang tinggal di Desa Idanogawo, Nias Timur, memiliki sebuah permainan batu yang disebut famaikara. Permainan yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ini digolongkan sebagai permainan yang bersifat edukatif.
Bukan hanya edukatif, permainan anak ini juga sebagai alat sosialisasi untuk saling mengenal satu sama lain. Melalui permainan ini pula, anak-anak akan membiasakan diri dengan kehidupan di masyarakat.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id,nama famaikara dapat diuraikan sebagai 'fa', mai', dan 'kara' yang artinya sama dengan 'ber', 'main', dan 'batu. Sesuai namanya, permainan ini memang menggunakan batu dalam melaksanakannya.
Advertisement
Secara alami, anak-anak akan ditumbuhkan kebiasaan-kebiasaan membidik dan melempar secara tepat untuk mengenai sasaran. Hal tersebut dapat dijadikan modal agar dapat membidik, menombak, dan memarang dengan senjata secara tepat ke arah sasaran.
Baca Juga
Pasalnya, bagi masyarakat setempat, kemampuan-kemampuan tersebut sangat diperlukan di dalam pekerjaan saat dewasa. Konon, famaikara sudah ada sejak lama, bahkan umurnya sudah cukup tua.
Peserta permainan ini hanya terdiri dari dua orang. Namun, jika ada anak yang ingin bergabung, maka ia dianjurkan untuk mencari pasangan lain dan membuat kelompok bermain sendiri pula.
Sementara itu, umumnya permainan ini hanya dilakukan oleh anak laki-laki. Untuk memainkannya, peserta hanya perlu membawa batu yang berbentuk agak bulat dan pipih mirip lingkaran. Ukurannya pun tak ditentukan, hanya saja tidak dianjurkan untuk menggunakan batu dengan ukuran terlalu besar.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak