Layaknya Pawang, Begini Cara Unik Warga Gorontalo Memindahkan Hujan

Pawang hujan adalah sebutan untuk seseorang dalam masyarakat Indonesia yang dipercaya memiliki ilmu gaib dalam mengendalikan hujan atau cuaca.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 20 Nov 2022, 02:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2022, 02:00 WIB
ilustrasi hujan.
ilustrasi hujan. (Liputan6)

Liputan6.com, Gorontalo - Pawang hujan adalah sebutan untuk seseorang dalam masyarakat Indonesia yang dipercaya memiliki ilmu gaib dalam mengendalikan hujan atau cuaca.

Seperti yang dilakukan Rara Istiani Wulandari, pawang hujan yang terkenal saat MotoGP Mandalika 2022. Atas aksinya itu, kini dia terkenal dan menjadi pawang hujan terkenal asal indonesia.

Berbeda dengan Rara Istiani Wulandari, warga Gorontalo juga mempunyai cara unik dalam mengendalikan hujan. Ritualnya pun berbeda jauh dengan yang dilakukan Rara.

Jika Rara mengendalikan hujan dengan cara berteriak di tengah derasnya hujan sambil memegang singing bowl atau mangkuk emas. Warga Gorontalo menghentikan hujan hanya dari dalam rumah saja.

Caranya pun cukup mudah, jika akan turun hujan warga Gorontalo hanya merebus batu gosok atau yang biasa disebut batu asah pisau. Namun batu asah yang digunakan bukan yang dijual pada umumnya.

Batu asah yang digunakan harus menggunakan batu yang diambil dari alam atau batu asah tradisional. Selain itu, batu tersebut memang kerap digunakan untuk mengasah pisau dalam jangka waktu yang sudah lama.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Diwariskan Turun Menurun

Batu tersebut diletakan di sebuah panci atau wajan yang diisi air secukupnya. Setelah itu diletakan pada kompor atau tungku yang sedang menyala hingga mendidih.

"Batu asah itu direbus dalam jangka waktu yang lama. Makin lama, hujan yang akan turun juga akan bergeser ke tempat yang jauh," kata Ridwan Abdullah salah satu warga Gorontalo yang masih menggunakan ritual tersebut.

Menurutnya, jika ritual itu sudah dilakukan mereka sejak dulu sejak nenek moyang mereka dan diwariskan secara turun-temurun. Dalam ritual itu, bukan menghalangi hujan turun, tetapi memindahkan hujan ke tempat lain.

"Intinya ini bukan menghalangi kehendak tuhan, akan tetapi kepercayaan sejak dulu ritual ini mampu memindahkan hujan ke tempat lain," ungkapnya.

Ridwan bercerita, pengalamanya memindahkan hujan waktu acara pesta resepsi anaknya. Kala itu hujan mengguyur deras siang hingga sore hari, sementara pesta resepsi itu akan diadakan malam hari.

"Saya langsung lakukan ritual itu dengan merebus batu asah. Tidak hanya merebus, ada sedikit mantra yang harus dibacakan," tuturnya.

"Setelah saya lakukan ritual itu, dengan izin Tuhan hujan tiba-tiba berhenti diiringi langit yang tiba-tiba menjadi terang," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya