Liputan6.com, Gorontalo - Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dijalankan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) di Kabupaten Bone Bolango berubah menjadi duka mendalam.
Tiga mahasiswa dari Jurusan Teknik Geologi, Fakultas MIPA UNG, meninggal dunia usai terseret arus deras Sungai Dunggilata, Kecamatan Bulawa, Selasa (15/4/2025) sore.
Advertisement
Baca Juga
Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 16.00 Wita, ketika sepuluh mahasiswa peserta MBKM hendak kembali ke posko usai melakukan pemetaan geologi di kawasan pegunungan desa tersebut.
Advertisement
Dalam perjalanan pulang, mereka harus menyeberangi sungai yang tiba-tiba meluap akibat hujan di hulu.
Arus deras secara tiba-tiba menyeret sejumlah mahasiswa, mengakibatkan kepanikan dan upaya penyelamatan spontan dari rekan-rekan mereka.
Kepala Kantor SAR Gorontalo, Heriyanto, dalam keterangannya menjelaskan bahwa derasnya arus sungai membuat para mahasiswa terjebak di dua sisi sungai.
Tiga di antaranya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Sementara satu korban sempat dinyatakan hilang sebelum akhirnya ditemukan dini hari dalam kondisi meninggal dunia.
“Laporan masuk kekami sekitar pukul 16.30 Wita. Tim gabungan langsung bergerak dan mengevakuasi dua korban meninggal dunia ke rumah sakit. Satu korban sempat hilang, namun berhasil ditemukan dalam pencarian lanjutan pada pukul 00.39 Wita,” kata Heriyanto, Rabu (16/4/2025).
Korban meninggal dunia masing-masing berasal dari Ratatotok dan Inobonto, Sulawesi Utara, serta Buntulia, Pohuwato. Ketiganya dikenal sebagai mahasiswa aktif yang sedang menjalankan tugas akademik lapangan untuk proyek pemetaan geologi, bagian dari kegiatan MBKM yang difasilitasi UNG.
Di antara mahasiswa lainnya, satu dilaporkan mengalami luka berat dan kini menjalani perawatan intensif di RSUD Tombulilato.
Lima mahasiswa lain sempat terjebak di seberang sungai karena arus masih terlalu deras untuk diseberangi. Tim SAR harus menggunakan peralatan khusus untuk menjangkau lokasi mereka, mengingat medan yang sulit dan kondisi cuaca yang tidak bersahabat.
Kepala BPBD Bone Bolango, Achril Babyonggo, menyatakan bahwa proses evakuasi memang berlangsung hingga malam hari, melibatkan Basarnas, relawan dan warga setempat. Ia mengapresiasi kerja cepat tim SAR dan sinergi yang terjalin antarlembaga.
“Hingga saat ini seluruh korban sudah berhasil dievakuasi. Tiga meninggal dunia, satu luka berat, dan enam lainnya selamat. Kami terus lakukan pendampingan psikologis dan medis bagi mahasiswa yang terdampak,” katanya.
Pihak Universitas Negeri Gorontalo melalui jurusan terkait juga telah berada di lokasi untuk memastikan keselamatan seluruh peserta serta memberikan dukungan kepada keluarga korban.
Peristiwa ini membuka kembali diskusi terkait mitigasi bencana dalam kegiatan akademik luar ruang. Koordinasi antarinstansi, kesiapan jalur evakuasi, serta pemantauan kondisi alam sebelum aktivitas di alam terbuka menjadi catatan penting.
Di tengah kesedihan, masyarakat Gorontalo menunjukkan solidaritas yang tinggi. Sejumlah warga membantu proses pencarian dan evakuasi, serta menyediakan logistik darurat bagi tim penyelamat.
Pihak kampus direncanakan akan menggelar doa bersama dan pendampingan lanjutan bagi seluruh peserta MBKM yang selamat.