Manfaatkan Teknologi, Revitalisasi Embung Selopamioro Bantul Antisipasi Kekeringan

Embung Selopamioro menjadi tempat bagi petani untuk mendapatkan solusi atas kekeringan yang melanda wilayahnya. Embung ini dapat meningkatkan produksi bawang merah di Bantul.

oleh Yanuar H diperbarui 19 Des 2022, 22:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2022, 22:00 WIB
Membangun Asa Petani Gunungkidul lewat Cadangan Air Embung Tadah Hujan Grigak
Embung Grigak di Gunungkidul, Yogyakarta. (dok. Coca-Cola Foundation Indonesia)

Liputan6.com, Yogyakarta Untuk mengantisipasi kekeringan di lahan pertanian Embung Selopamioro di Bantul akan direvitalisasi. Langkah ini melalui pemasangan geomembrane dan pembuatan desain jaringan long storage Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan Balai Besar Wilayah (BBWS) Sungai Serayu Opak dan Kelompok Tani Lestari Mulyo Dusun Nawungan I, Selopamioro, Imogiri, Bantul. 

Ketua tim pengusul, Jamhari, mengatakan Desa Selopamioro, memiliki potensi pertanian dengan produk unggulan  bawang merah yang produktivitasnya mencapai 10 hingga 23 ton per hektare. 

"Hasil produktivitas bawang merah ini cukup baik, dan bisa menyejahterakan petani. Namun, permasalahan sumber daya air yang dihadapi oleh petani juga cukup serius. Akan terjadi penurunan produktivitas yang signifikan manakala permasalahan air ini tidak segera diatasi," ujarnya.

Nur Ainun HJ Pulungan selaku tim peneliti menjelaskan karakteristik wilayah Desa Selopamioro, khususnya Dusun Nawungan sangat rentan terhadap kekeringan baik meteorologis juga kekeringan agronomis. Inilah yang menjadi kendala bagi perkembangan lahan pertanian di Nawungan ini.

Ia bersama tim dan mahasiswa yang mengikuti program MBKM, terlibat dalam pemotretan foto udara lahan pertanian Kelompok Tani Lestari Mulyo, interpretasi lokasi embung Selopamioro melalui foto udara, survei embung, pengukuran dimensi embung, hingga pemasangan geomembrane yang juga memberdayakan anggota kelompok tani.

"Apa yang kita lakukan mendapatkan respon yang sangat positif, terlihat dari besarnya antusiasme anggota kelompok tani dalam membersamai tahapan-tahapan kegiatan ini," paparnya.  

Ainun meminta petani harus membiasakan memanfaatkan air hujan untuk ditampung dalam embungnya, supaya mengurangi penggunaan air tanah demi keberlanjutan sumber daya air. Sebab, penggunaan air tanah terus menerus dapat mengancam keberlanjutan sumber daya air pada masa depan.

"Kita mengajak bersama-sama menjaga kelestarian sumber daya air melalui pemanfaatan embung yang telah direvitalisasi," jelasnya.

Shakti Rahadiansyah dari BBWS Serayu-Opak juga menjelaskan bahwa embung Selopamioro yang masih didasari oleh tanah dan batuan memang cenderung mengalami rembesan sehingga perlu direvitalisasi dengan memberi lapisan impermeable pada sisi-sisi embung seperti pemasangan geomembran. 

"Semua itu dilakukan agar dapat menampung air lebih banyak dan jumlah air yang dapat tertampung sesuai dengan volume ukuran dari embung tersebut, seperti yang diharapkan oleh petani," katanya. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya