Gempa Magnitudo 3,8 di Kuningan Jabar, Diduga Penyebab Sesar Baribis Segmen Ciremai

Gempa bumi telah terjadi di wilayah Kuningan Jawa Barat adapun gempa ini terjadi pada Kamis (22/12/2022) pukul 04:18:28 WIB. Menurut dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lokasi dari pusat gempa tersebut terjadi di darat sekitar 1 km selatan Kota Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Kekuatan dari guncangannya sekitar magnitudo M3,8 pada kedalaman 5 km.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 22 Des 2022, 14:42 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 14:32 WIB
Gempa Kuningan
Gempa dangkal Magnitudo 3,8 menggetarkan wilayah Kabupaten Kuningan, Jabar, Kamis (22/12/2022). (Liputan6.com/ BMKG)

Liputan6.com, Bandung - Gempa bumi telah terjadi di wilayah Kuningan Jawa Barat adapun gempa ini terjadi pada Kamis (22/12/2022) pukul 04:18:28 WIB. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lokasi dari pusat gempa tersebut terjadi di darat sekitar 1 km selatan Kota Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Kekuatan dari guncangannya sekitar magnitudo M3,8 pada kedalaman 5 km.

Sebelumnya, akun media sosial BMKG sempat menginformasikan gempa tersebut berkekuatan M4,3 kemudian mencatat ada perubahan kekuatan gempa menjadi magnitudo 3,8 dan gempa yang dirasakan hanya di wilayah sekitar Kuningan.

Penyebab dari gempa tersebut diakibatkan karena adanya aktivitas dari sesar aktif yaitu sesar Baribis pada segmen Ciremai. Hal tersebut berdasarkan dari posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya.

“Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh sesar aktif yaitu sesar Baribis pada segmen Ciremai,” mengutip atas nama Hendra Gunawan kepala PVMBG Badan Geologi.

Menurut BMKG, morfologi dari wilayah tersebut umumnya merupakan daratan hingga daratan bergelombang serta perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal. Wilayah dari sekitar lokasi gempa bumi tersebut juga tersusun oleh endapan kuarter berupa aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda.

Adapun sebagian telah mengalami pelapukan, endapan kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan tersebut umumnya mempunyai sifat yang lunak, lepas, dan belum kompak, serta memperkuat efek guncangan serta rawan gempa bumi.

Selain dari pada hal tersebut, adapun morfologi dari wilayah tersebut merupakan perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun dari batuan yang telah mengalami pelapukan. Sehingga mempunyai potensi terjadinya pergerakan tanah yang bisa dipicu karena guncangan gempa bumi kuat serta curah hujan yang tinggi.

Dampak Gempa M3,8 di Kuningan

Saat ini, informasi mengenai dampak yang terjadi akibat dari gempa di Kuningan tersebut untuk saat ini dilaporkan terdapat satu rumah penduduk yang mengalami kerusakan di daerah Cijemit, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan.

Adapun dampak gempa yang dirasakan di Kuningan mempunyai skala III MMI (Modified Mercalli Intensity), selanjutnya untuk wilayah di Cirebon dan Majalengka mempunyai skala II-III MMI. Kejadian gempa bumi ini juga tidak mengakibatkan tsunami sebab lokasi dari pusat gempa buminya yang berada di darat.

Menurut dari data Badan Geologi juga dijelaskan, bilamana sebaran pemukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi tersebut terletak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah.

BMKG juga merilis beberapa rekomendasi seperti berikut:

1. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

2. Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman.

3. Bangunan di Kabupaten Kuningan harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu, harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.

4. Oleh karena wilayah Kabupaten Kuningan tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural.

5. Kejadian gempa bumi ini tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya