Melihat Bakat Pemain Profesional, Tak Perlu ke Kampung Mogi das Cruzes Brazil di Tulehu Juga Ada

Memang tak seterkenal kampung sepak bola lainnya seperti Cretedi Brazil, Catalao Rio Negro, hingga kampung urban di Rio de Jenario.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Feb 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2023, 17:00 WIB
Pantai Natsepa Ambon
Pantai Natsepa Ambon (Liputan6.com/Ika Defianti)

Liputan6.com, Ambon - Sore itu puluhan bocah asyik bermain sepak bola di Stadion Tarembal Matawaru yang berada di Negeri Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Berkostum lengkap layaknya pemain profesional tak lupa sepatu bola, para talenta muda itu terlihat serius memperebutkan si kulit bundar, bermain sepak bola, salah satu olahraga paling populer di seluruh dunia. Mereka tampak semangat mempraktikkan arahan pelatih.

Kampung Tulehu yang berjarak 28 kilometer dari Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku. Daerah ini dikenal sebagai daerah yang banyak melahirkan pesepak bola berbakat hingga ke tingkat nasional.

Tulehu berada di gugus pulau Maluku berada di wilayah pesisir. Tulehu berada di timur kaki Gunung Salahutu (1.039 mdpl), jazirah timur Pulau Ambon. Luas wilayah adimistratifnya 2,3 kilometer persegi dan berpenduduk 22.107 jiwa pada 2020. Di Tulehu ada pelabuhan penyeberangan ke tiga kabupaten di Pulau Seram (Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur).

Kampung Tulehu dinobatkan sebagai kampung sepak bola pada 2012 oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga serta PSSI. Bagi warga Tulehu sepak bola adalah amat mewarnai kehidupan mereka. Tak heran saat ada bayi yang baru lahir, para orang tua di sana menginjakkan kaki anaknya ke rumput lapangan sepak bola sebagai simbol agar besar kelak menjadi pemain sepak bola hebat.

Sejumlah pemain tim nasional Indonesia lahir dari Tulehu, seperti Ramdani Lestaluhu (Persija Jakarta), Alfin Tuasalamony (Madura United), Rizky Pellu (PSM Makassar), dan Abduh Lestaluhu dan Hendra Bayauw (Tira Persikabo). Tidak hanya itu saja, beberapa legenda sepak bola Tanah Air seperti Dedi Umarella dan Imran Nahumarury juga berasal dari sana.

Tulehu memang tak seterkenal kampung sepak bola lainnya seperti Cretedi Brazil, Catalao Rio Negro, hingga kampung urban di Rio de Jenario, dilansir Antara.

Namun demikian, dalam 50 tahun terakhir kampung atau negeri Tulehu konsisten menyumbang pesepak bola kualitas. Memang belum bisa menyamai Mogi das Cruzes di Brazil atau Madeira di Portugal, tapi Indonesia patut bangga dengan sebutan kampung sepak bola Tulehu ini. Dari 81.616 desa/kampung di 515 kabupaten pada 34 provinsi di Indonesia, hanya Tulehu yang mendapat julukan Kampung Sepak Bola.

Di Tulehu sendiri ada tujuh Sekolah Sepak Bola (SSB) yang hingga kini eksis melahirkan pemain skala lokal maupun nasional. SSB tersebut adalah Tulehu FC, SSB Matawaru Tulehu, SSB Tulehu Putra, Siwalima FC, Akademi Sepak bola Tulehu, Matawaru Putra, SSB Sinar Tulehu.

Pejabat Negeri Tulehu, Hasan R. Lestaluhu, menyebut Negeri Tulehu dicanangkan sebagai Kampung Sepak Bola sejak 14 Februari 2012 oleh PSSI dan juga Kemenpora RI.

Menurut Hasan, untuk mendukung persepakbolaan di Tulehu ada bantuan Rp200 juta dari AIA, salah satu sponsor dari klub sepak bola asal Inggris, Tottenham Hotspur . Bantuan tersebut digunakan untuk mengelola Stadion Matawaru di Tulehu.

Kisah perkembangan sepak bola anak-anak Tulehu bahkan pernah diabadikan dalam sebuah film karya produser ternama Angga Dwimas Sasongko yang berjudul 'Cahaya dari timur' pada 2014.

Film itu dibuat selama empat tahun oleh tim produksi yang memang didominasi orang Ambon dan menuai sukses. Cahaya dari Timur: Beta Maluku bukan hanya menang FFI, tetapi juga berkesempatan berkeliling dunia. Bahkan, saat pemutaran film itu di Kota Ambon, seluruh bioskop tak pernah sepi meski hanya memutar film yang sama dalam sebulan penuh.

 

Menjaga Identitas Tulehu

Alex Del Piero
Ikon Juventus, Alessandro Del Piero (Foto / Reza Bachtiar)

Tepat pukul 15.00 WIT, anak-anak di Tulehu berbondong-bondong mendatangi lapangan sepak bola yang mereka biasa menyebutnya Tarembal Matawaru.

Legenda Persebaya Surabaya era 1990 dan 2000-an, Rachel Tuasalamony, tengah bersiap-siap di samping lapangan dengan seluruh peralatannya untuk melatih anak-anak tersebut.

Tujuan Rahel untuk melatih anak-anak Tulehu adalah membentuk anak-anak Tulehu menjadi pemain sepak bola profesional yang bisa dilirik klub-klub besar Indonesia . "Kami fokus melahirkan pemain berbakat dari kampung ini. Jangan sampai hilang identitas Tulehu yang melahirkan pesepak bola profesional," ucap Rahel.

Semangat bermain bola seakan melekat pada anak-anak Tulehu. Jauh sebelum mereka tumbuh besar, orang tua mereka ketika upacara aqiqah, di antara perlengkapannya menggunakan rumput lapangan sepak bola. Upacara seperti aqiqah seperti pada umumnya, namun air dan rumput yang dipakai berasal dari Wailatu serta Tarembal Matawaru.

Dengan begitu, para orang tua mereka berharap kelak anak-anaknya akan menjadi pesepak bola terkenal seperti pendahulunya. "Di Tulehu kalau bukan jadi pemain bola, ikut seleksi TNI/POLRI," kata salah satu punggawa Bali United dari Tulehu, Sidik Saimima.

Warga Tulehu seperti mendedikasikan hidupnya untuk sepak bola. Bukan hanya aqiqah pada bayi, namun kompleks pemakaman tak jauh dari Tarembal Matawaru itu sendiri, jaraknya hanya 10 meter dari lapangan.

Akhir pekan di Tulehu rasanya seperti sedang ada kompetisi sepak bola. Pasalnya, ratusan pemain bola dari seluruh Pulau Ambon berdatangan untuk "bersilaturahmi" sepak bola di Tarembal Matawaru.

Bahkan, pada saat Ramadhan, tradisi bermain bola yang diakhiri dengan adzan Maghrib pun seperti menjadi rutinitas di kampung yang bertetangga dengan Desa Waai itu. Puncaknya, pada saat momentum perayaan Idul Fitri.

Pagi usai menjalankan shalat Ied, mereka bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan seperti pada umumnya. Pada sore hari, seluruh pemain sepak bola asal Maluku yang merumput di Liga 1, Liga 2, maupun Liga 3 Indonesia, akan bermain satu lapangan dalam laga amal.

Nama-nama seperti Sidik Saimima, Alfin Tuasalamony, Ramdani Lestaluhu, Rivat Marasabessy, dan lain sebagainya berkumpul untuk merayakan Idul Fitri lewat sepak bola.

Laga bertajuk Idul Fitri games itu mengundang pecinta sepak bola dari seluruh penjuru Maluku untuk datang langsung dan menyaksikan punggawa sepak bola nasional di Tarembal Matawaru.

Warga setempat biasanya mematok tiket yang variatif, dan hasilnya akan digunakan untuk pembinaan sepak bola di kampung tersebut serta disumbangkan untuk Masjid Raya Tulehu.

Sementara itu, terkait dengan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang telah selesai dan menetapkan Erick Thohir sebagai Ketua Umum periode 2023-2027, masyarakat Tulehu menaruh harapan baru bagi persepakbolaan tanah air.

Ketua Asprov PSSI Maluku, Supyan Chang Lestaluhu mengatakan saat ini Indonesia memasuki era baru sepak bola. Erick Thohir yang merupakan mantan Presiden Klub Serie A Inter Milan itu akan menghadapi banyak tantangan dan pekerjaan besar sejak saat ia terpilih,

Tantangan tersebut termasuk di antaranya bagaimana mengembangkan dan memajukan sepak bola dari timur maupun menemukan 11 pemuda Indonesia yang bisa mengguncang dunia dari sepak bola.

"Ya, cahaya dari timur. Beta Maluku, harapan sepak bola dari kampung Tulehu. Harapannya, semoga beliau bisa kembali melibatkan anak-anak Maluku di timnas asuhan Shin Tae Yong," ujar seorang tokoh sepak bolaTulehu, Rahel Tuasalamony.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya