Liputan6.com, Jakarta - Masjid Jami' Al-Hurriyah dikenal juga sebagai Masjid Batu Merah. Nama yang disematkannya terkait dengan lokasi di Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, provinsi Maluku.
Masjid ini didirikan pada 1575 Masehi oleh Ibrahim Safari Hatala. Luas masjid pertama kali yaitu hanya 10 x 15 Meter. Arsitekturnya sangat sederhana, seolah rumah yang diberi cungkup sebagai kubahnya.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip dari laman Dunia Masjid, Jumat, 7 Maret 2025, bangunannya pun berbentuk kerucut beralaskan atap seng seperti piramida teriris. Atapnya sendiri terbuat dari daun rumbai dengan lantai pasir putih.
Advertisement
Masih banyak hal mengenai Masjid Batu Merah selain lokasi maupun arsitekturnya. Berikut enam fakta menarik Masjid Batu Merah yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Lantainya Diambil dari Pasir Laut
Pada awalnya, Masjid Batu Merah ini didirikan hanya beratapkan rumbia bertiang kayu, dengan lantai pasir putih yang diambil dari tepi pantai Laut Maluku. Memang masjid ini berada di daerah Maluku. Hatala adalah marga bagi penduduk sekitar desa tersebut yang semula penduduk pendatang dari pulau-pulau lain dan hidup hanya sebagai nelayan.
Ketika pemerintahan di desa telah beralih kepada Hasan Hatala yang juga orang kaya, kemudian setelah memegang tampuk pemerintahan bernama atau bergelar Pati Raja Hatala, pada tahun 1605 M masjid beratapkan rumbia ini dipugar, bangunannya menjadi permanen dan beratapkan seng di awal pendiriannya.
2. Pemugaran Masjid karena Tak Mampu Menampung Jemaah
Pada 1605 Masehi bangunan masjid di pugar menjadi bangunan permanen oleh Hasan Hatala dengan gelar Hatti Raja Hatala. Pemugaran kedua pada tahun 1805 M oleh raja Abdurrahman Hatala.
Lalu tahun 1924 bangunan masjid dipugar kembali di bawah pemerintahan Raja Abdul Wahid Nurlette (ulama terkenal pada zamannya) dengan tidak menghilangkan bentuk aslinya. Tahun 1973--1974 dilakukan pemugaran kembali oleh raja Ahmad Nurlette. Tahun 1988 pemugaran dilakukan dengan mengganti dan memperindah tembok yang mengelilingi masjid dengan pilar-pilar semen kecil.
3. Tempat Buya Hamka Mengaji
Pada masa inilah ulama besar Indonesia Buya Hamka yang menjadi ketua MUI pertama di Indonesia dan Bey Arifin Ulama kondang dari Jawa Timur pernah belajar bersama-sama dengan ulama-ulama di Masjid Batu Merah pada masa kebangkitan nasional.
Apa yang mendorong kedua ulama besar itu belajar ke Masjid Batumerah pada masa prakebangkitan nasional, tidak diketahui secara pasti. Namun, Prof. Dr. Hamka setelah menjadi ulama besar, tidak pernah melupakan tempatnya mengaji ini. Hamka yang juga dikenal sebagai sastrawan ini pernah berkunjung ke Batu Merah pada 1939 dan pada 1968.
Advertisement
4. Dipugar Tanpa Mengubah Bentuk Asli
Memang pemerintahan di kawasan itu tidak selamanya dipegang marga Ha tala, tetapi marga lain yang kawin dengan putri marga Hatala, seperti marga Nurlete. Raja Ahmad Nurlete mengadakan pemugaran pula pada 1973 dan baru selesai pada tahun 1974, tanpa mengubah bentuk aslinya.
Namun, untuk memperindah pagar tembok yang mengelilingi masjid itu, diganti dengan pagar pilar-pilar semen kecil oleh Raja Latif Hatala pada tahun 1988.Walaupun masjid ini jauh, namun ulamanya mempunyai kelebihan ilmu dari tempat yang lain, membuat Buya Hamka dan Bey Arifin me¬nuntut ilmu di desa yang dilingkungi ombak laut yang menggunung.
5. Nama Masjid Batu Merah Lebih Terkenal
Meski nama aslinya adalah Masjid Jami' Al-Hurriyah, namun masyarakat kerap menyebutnya Masjid Masjid Batu Merah. Hal ini menandai juga lokasi keberadaan masjid di Desa Batu Merah, Kec. Sirimau, Ambon, Maluku, sebagai pusat perkembangan awal Islam di pulau itu.
6. Luasnya Kini 150 Meter
Ukuran bangunan utama Masjid Batu Merah hanya 10 x 15 m persegi di awal keberadaannya. Bahkan disebutkan seolah rumah yang diberi cungkup sebagai kubahnya.
Itu pun berbentuk kerucut beralaskan atap seng seperti piramida teriris. Kini dengan arsitektur sangat sederhana yang tak banyak diubah, luasnya sudah mencapai 150 m2.
Dengan sejarah masjid yang menjadi saksi sejarah penyebaran agama Islam di Ambon sejak abad ke-15, banyak tokoh nasional menyambangi masjid ini. Termasuk Anies Baswedan ketika mencalonkan diri sebagai Presiden RI pada 2024 lalu.
Ia bersilaturahmi dengan pemuka masjid setempat dan berdialog dengan masyarakat Ambon di masjid ini. Kunjungan Anies ke masjid ini diketahui dari akun Instagram @indonesiaforever2024.
Saat itu Anies salat subuh berjamaah di masjid yang menurutnya menyimpan sejarah panjang. Dengan sejarah itu, Anies menyebut jemaah salat subuh di Masjid Batu Merah juga selalu penuh dan bahkan melebihi jemaah saat Jumat.
Advertisement
