Liputan6.com, Kendari - Badai beserta hujan lebat, melanda Kota Kendari, Minggu (5/3/2023) sekitar pukul 17.30 Wita. Dampaknya, menyebabkan 435 unit rumah warga mengalami kerusakan setelah angin kencang menerjang 11 kecamatan selama sekitar 20 menit lebih.
Selain itu, Pemkot Kota Kendari melaporkan ada sebanyak 282 pohon tumbang akibat badai. Jumlah ini, tersebar pada 65 kelurahan.
Data lainnya, sebanyak 58 unit bangunan dan fasilitas publik ikut mengalami kerusakan berat dan ringan. Sebanyak 4 unit bangunan swasta, ikut mengalami kerusakan.
Advertisement
Wilayah Kecamatan Mandonga yang berada di tengah kota, paling terdampak akibat badai di Kota Kendari. Total, ada sebanyak 73 unit rumah dan belasan fasilitas publik rusak. Disusul Kecamatan Puuwatu sebanyak 68 unit, Kecamatan Kadia 47 unit, Kambu 5 unit, Kecamatan Baruga, dan Kendari 2 unit.
Baca Juga
Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu menyatakan, Pemkot sudah mengambil langkah operasional. Melalui SK Wali Kota Kendari nomor 184 tahun 2023/6 Maret/2023, Kendari ditetapkan statusnya sebagai tanggap darurat bencana.
"Pertimbangannya, cakupan wilayah bencana, korban meninggal serta surat edaran BMKG Kendari terkait potensi bencana serupa yang masih bisa terjadi selama beberapa waktu kedepan," kata Asmawa Tosepu, Rabu (8/3/2023).
Kata dia, Pemkot sudah membuat posko tanggap bencana. Sejak Minggu (5/3/2023) hingga Rabu (8/3/2023). Pemkot juga sudah memverifikasi korban bencana. Selain itu, juga mendata korban yang benar-benar perliu mendapatkan pertolongan kemudian menyalurkan bantuan.
"Bantuan sudah kami serahkan kepada warga yang benar-benar harus mendapatkan, bekerjasama dengan kementerian sosial serta stake holder terkait," katanya.
Diketahui, badai di kota Kendari, dua orang tewas akibat tertimpa pohon tumbang dan tersambar petir. Satu orang lainnya, ikut tewas berada di kabupataen Konawe, tertimpa pohon saat sedang mengendarai sepeda motor. Belasan warga lainnya, mengalami luka-luka.Â
Pemda Punya BTT Rp30 Miliar
Saat ini, Pemkot Kendari memiliki persediaan Biaya Tak Terduga (BTT) sebesar Rp30 miliar. Hal ini diungkapkan Asmawa Tosepu.
"Namun, tidak semuanya akan digunakan untuk kebutuhan penanganan bencana. Kami akan lihat dulu," ujarnya.
Saat ini, penanganan pascabencana hidrometerologi di Kota Kendari, seluruh pihak terkait sudah ikut serta membantu. Termasuk unsur TNI dan Polri. Selain itu, Pemkot juga mendapat bantuan dari sejumlah pengusaha angkutan di Kota Kendari.
Kata Wali Kota, Pemkot kekurangan sarana transportasi. Namun, sejumlah pengusaha mengulurkan bantuan untuk memindahkan material bencana yang banyak berserakan pada sejumlah titik.
Advertisement
Kata BMKG, Potensi Badai Masih Ada
Prakirawan cuaca BMKG Sulawesi Tenggara, Zumiana menyatakan, berdasarkan analisis citra satelit dan pemantauan atmosfir, ada perlambatan angin di atas wilayah Sulawesi Tenggara. Saat bencana terjadi, terjadi perlembatan pergerakan angin dan berkumpulnya masa udara di permukaan.
"Kemudian, labilitas udara dan pemanasan skala lokal cukup tinggi di atas Kendari," katanya.
Dia menyatakan, saat ini sedang musim peralihan dari musim hujan ke kemarau. Sehingga, kemungkinan badai serupa bisa terjadi lagi dalam beberapa waktu ke depan.
"Biasanya, rentang waktu terjadi sejak siang sampai sore menjelang malam," jelasnya.
Pihak BMKG Kendari mengimbau masyarakat agar berhati-hati terhadap potensi bencana hidrometorologi yang disertai angin kencang dan serta petir.
"Tanda-tanda awal yang bisa dipahami masyarakat akan terjadi badai dalam musim peralihan bisa dilihat sejak pagi," ujarnya.
Dia menjelaskan, tanda-tanda akan terjadi badai saat masa musim peralihan, bisa diamati secara visual. Yakni, cuaca saat pagi sekitar jam 10.00, bisa terasa panas sekali. Memasuki siang, angin mulai bertiup cukup kencang dan disertai awan tebal yang menyertai.
Saksikan juga video pilihan berikut ini: