Badai PHK Melanda, LinkedIn Pangkas 716 Pekerja dan Hapus Aplikasi di China

LinkedIn akan memangkas 716 pekerjaan sebagai bagian dari perubahan yang lebih luas.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 09 Mei 2023, 12:25 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2023, 12:19 WIB
LinkedIn
Ilustrasi LinkedIn (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - LinkedIn, jaringan media sosial milik Microsoft Corp yang fokus pada kalangan profesional, akan memangkas 716 pekerjaan sebagai bagian dari perubahan yang lebih luas.

Dilansir dari Reuters pada Selasa (9/5/2023), LinkedIn juga berencana secara bertahap menutup bisnisnya yang tersisa di China.

Langkah untuk memangkas posisi di tim operasi, sales, dan support ditujukan untuk merampingkan operasi perusahaan di tengah pasar dan permintaan pelanggan yang lebih berfluktuasi, dan untuk melayani secara lebih efektif.

CEO LinkedIn Ryan Roslansky mengatakan bahwa pegawai yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat melamar untuk posisi baru di LinkedIn, tetapi hanya ada sekitar 200 posisi yang tersedia.

"Dengan pasar dan permintaan pelanggan yang lebih berfluktuasi, dan untuk melayani pasar yang sedang tumbuh dan berkembang secara lebih efektif, kami memperluas penggunaan vendor," kata Roslansky dalam keterangan tertulis.

LinkedIn, yang memiliki 20.000 karyawan, telah meningkatkan pendapatan setiap kuartal selama tahun lalu, tetapi perusahaan bergabung dengan perusahaan teknologi besar lainnya termasuk induknya dalam merumahkan pekerja di tengah prospek ekonomi global yang melemah.

LinkedIn juga mengatakan akan menghapus aplikasi pekerjaan yang ditawarkannya di China setelah memutuskan pada 2021 untuk menarik diri dari negara itu, dengan alasan lingkungan yang menantang.

Aplikasi yang disebut InCareers akan dihapus pada 9 Agustus 2023. LinkedIn akan mempertahankan kehadirannya di China untuk membantu perusahaan yang beroperasi di sana dan mempekerjakan serta melatih karyawan di luar negeri.

"Terlepas dari kemajuan awal kami, InCareer menghadapi persaingan yang ketat dan iklim ekonomi makro yang menantang, yang pada akhirnya membawa kami pada keputusan untuk menghentikan layanan," bunyi keterangan perusahaan kepada pengguna situs web.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya