Liputan6.com, Jakarta - Laporan terbaru dari LinkedIn mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam adopsi kecerdasan buatan (AI).
Meskipun 94% eksekutif di Asia Pasifik menjadikan AI sebagai prioritas strategis pada tahun 2025, tenaga kerja Indonesia dinilai belum memiliki keterampilan AI yang mumpuni.
Menurut Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead at LinkedIn, kesenjangan keterampilan yang tinggi di Indonesia perlu diatasi dengan pendekatan dua arah. Perusahaan harus mengutamakan keterampilan dalam perekrutan, sementara para profesional harus terus meningkatkan kemampuan mereka.
Advertisement
"AI akan terus menjadi nilai tambah dari sebuah keterampilan karena AI semakin relevan untuk setiap profesi di masa depan dan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua pekerjaan," ujar Kalsy.
Laporan Work Change Report dari LinkedIn juga menunjukkan bahwa perusahaan yang mampu mengikuti perubahan, terutama dalam adopsi AI, akan memiliki keunggulan kompetitif.
Perusahaan yang telah menerapkan AI generatif dalam dua tahun terakhir melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 10% atau lebih.
Namun, tanpa investasi dalam pengembangan keterampilan AI, Indonesia berpotensi tertinggal dalam memanfaatkan potensi teknologi ini. Data LinkedIn menunjukkan bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan di Indonesia diperkirakan akan berubah 70% pada tahun 2030.
Kesenjangan keterampilan ini diperparah oleh fakta bahwa 1 dari 2 perekrut di Indonesia menyatakan kurang dari separuh lamaran kerja yang diterima memenuhi kualifikasi.
Jenis Keterampilan yang Sulit Ditemukan di Indonesia
Selain itu, 63% perekrut menilai adanya ketidaksesuaian antara keterampilan pencari kerja dengan kebutuhan perusahaan.
Keterampilan yang paling sulit ditemukan di antara kandidat Indonesia adalah keterampilan AI (45%), keterampilan teknis/IT (40%), serta soft skills seperti komunikasi dan pemecahan masalah (32%).
Di sisi lain, 67% perekrut dan pemimpin perusahaan di Indonesia berencana meningkatkan perekrutan pada tahun 2025. Oleh karena itu, perusahaan dan tenaga kerja perlu mengadopsi pendekatan yang mengutamakan keterampilan untuk menghadapi tantangan ini.
Advertisement
Fitur Baru LinkedIn
Untuk membantu perusahaan dalam merekrut dan para profesional dalam mendapatkan pekerjaan, LinkedIn meluncurkan fitur-fitur baru sebagai berikut:
74% profesional HR di Indonesia percaya bahwa alat berbasis AI dapat mempercepat dan mempermudah proses perekrutan.
Hiring Assistant terbaru dari LinkedIn dirancang untuk mengurangi tugas-tugas yang menyita waktu, seperti memposting lowongan dan melakukan pencarian berulang untuk posisi yang sama.
Dengan begitu, perekrut dapat lebih fokus pada tugas-tugas strategis dan manusiawi yang benar-benar penting—seperti berinteraksi langsung dengan kandidat.
Dengan AI yang dipadukan dengan insight unik dari LinkedIn, kami membantu perekrut menemukan kandidat berdasarkan keterampilan mereka, bukan hanya berdasarkan faktor tradisional seperti riwayat pekerjaan atau pendidikan.
Tahun lalu, LinkedIn meluncurkan AI-powered Coaching di LinkedIn Learning yang memberikan pembelajaran yang dipersonalisasi secara real time untuk membantu para profesional membangun keterampilan dalam skala besar.
Kini, LinkedIn meluncurkan fitur pelatihan baru berteknologi AI yang membantu peserta mempraktikkan keterampilan humanis melalui skenario interaktif menggunakan teks atau suara.
Misalnya, peserta bisa melatih cara mereka memberikan ulasan kinerja atau memberikan feedback kepada rekan kerja. Setelah setiap sesi, peserta menerima feedback yang dapat ditindaklanjuti dan dipersonalisasi untuk menutup kesenjangan keterampilan yang teridentifikasi selama sesi praktik.
Hal ini sangat bermanfaat karena 56% perekrut profesional di Indonesia mengaku kesulitan mengakses sumber daya pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka, yang menekankan nilai dari fitur-fitur yang didukung oleh AI di LinkedIn.
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Advertisement
