Digitalisasi Melawan Zaman, Cerita Pustakawan Aris Nurohman Beradaptasi dengan Teknologi

Era kemajuan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan tidak menyurutkan semangat profesi pustakawan untuk terus berdaya di tengah masyarakat.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 31 Mei 2023, 06:34 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2023, 06:34 WIB
Pustakawan Beprestasi
Aris Nurohman. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Era kemajuan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan tidak menyurutkan semangat profesi pustakawan untuk terus melayani, dan terus beradaptasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan teknologi informasi dan komputer, perpustakaan harus bertransformasi dari model konvensional menjadi digital.

Hal itulah yang mendasari Kepala Perpustakaan Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (SAIZU) Purwokerto, Aris Nurohman (45) bersemangat mentransormasikan layanan perpustakaan konvensional di kampusnya menjadi digital. Layanan yang digagas, antara lain bookless library, elibrary UIN SAIZU, museum dan perpustakaan penginyongan, pengembangan aplikasi SLIMs online, dan berbagai bentuk layanan berbasis daring lainnya.

Layanan tersebut yaitu jasa klinik literasi, kolaborasi dengan pemustaka dalam penelitian, bimbingan literasi takhrij hadis, dan lainnya.

"Atas upaya yang saya lakukan tersebut puji sukur saya dapat banyak penghargaan, mulai dari juara 1 lomba IALA tingkat provinsi, Juara 1 berturut-turut pengelola unit di tingkat Institusi UIN SAIZU, mampu membawa perpustakaan terakreditasi A di tahun 2018, dan banyak diundang menjadi narasumber pelatihan dan event lomba literasi di beberapa lembaga," kata Aris kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Sebagai pustakawan madya, Aris telah berusaha menyumbangkan segenap daya dan upaya kemampuannna di bidang kepustakawanan yang dapat membantu pemustaka. Terlebih, ia yang bekerja di perpustakaan perguruan tinggi, melalui beberapa program kerjanya telah membantu para mahasiswa dari jenjang sarjana S1, S2 dan S3 serta para dosen dan masyarakat umum.

Ada beberapa program yang telah ia realisasikan sebagai bentuk upaya meningkatkan budaya literasi pemustaka, di antaranya program kemitraan dengan mahasiswa yang diberi nama 'Mitra Pustakawan', serta pemilihan duta baca dan duta perpustakaan serta pendirian komunitas literasi yang diberi nama 'Kertas Putih'.

"Sebagai pustakawan saya secara sukarela membuka klinik literasi bagi seluruh sivitas akademik terutama untuk membantu mahasiswa maupun dosen dalam kemampuan penelusuran dan pemanfaatan informasi melalui pelatihan dan workshop berkelompok maupun privat secara gratis," ujarnya.

Bagi Aris, institusi perpustakaan saat ini harus menonjolkan perannya dalam rangka peningkatan indeks literasi untuk kesejahteraan masyarakat. Identitas sebagai perpustakaan perguruan tinggi tidak menutup potensi perannya dalam fungsi inklusi sosial.

Adapun bentuk nyata dari peran tersebut telah dilakukan melalui program-program yang dilakukan di antaranya, pengayaan koleksi yang berisi informasi praktis dan keterampilan berbagai bidang usaha, penyelenggaraan seminar dan pelatihan keterampilan khusus bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Karir, dan penyelenggaraan lomba kreasi berupa bakat fotografi dan multimedia.

Kemudian, menyediakan fasilitas bekerjasama dengan swasta untuk melaksanakan seleksi lowongan kerja, memberikan fasilitas untuk tempat diskusi pengembangan bakat dan minat, memberikan fasilitas bagi yang sedang belajar usaha mandiri dengan program kantin kejujuran di kalangan mahassiwa di lobi perpustakaan.

Sebagai pustakawan, Aris juga tetap memiliki motivasi mengembangan diri secara berkelanjutan melalui berbagai cara dan media. Beberapa kegiatan pengembangan diri telah diikuti. Hasilnya, beberapa karyanya telah diciptakan mulai dari buku, proeceeding dan artikel dalam jurnal ilmiah.

"Dari beberapa karya tersebut, Alhamdulillah mendapat support berupa hibah penelitian dari DIPA institut 3 kali berturut-turut, serta mendapatkan kesempatan short cource ke Australia. Di tahun 2021 kemudian saya berhasil meraih juara pertama ajang pemilihan Pustakawan Akademik tingkat provinsi yang diselenggarakan oleh FPPTI Jawa Tengah," tuturnya.

Dalam rangka pengembangan perpustakaan yang menunjang tridharma perguruan tinggi UIN SAIZU Purwokerto, Aris juga telah menyelesaikan penyusunan Rencana Induk Pengembangan Institusi, Rencana Strategis, Standar Operasional Prosedur, Kebijakan Pengembangan Koleksi dan berbagai pedoman lain untuk Perpustakaan UIN Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto.

Dalam rangka ekspansi lebih luas, kerjasama nasional maupun internasional telah dijalankan, salah satunya kerja sama internasional dengan perpustakaan JISDA di Thailand. Pada 2023, kerja sama dengan ICC Iran dengan mendirikan Filsafat Corner.

"Capaian itu bagi saya bukan puncak karier sebagai pustakawan. Masih banyak program dan aksi lain yang harus dilakukan sehingga profesi ini benar-benar diakui sebagai profesi yang memiliki daya saing yang handal sehingga mampu menjaga eksistensi perpustakaan sekaligus muru’ah profesi," ujar Aris.

Aris yang menjadi salah satu Pustakawan Berprestasi Nasional 2023 pilihan Perpusnas juga mengatakan, hal penting lainnya adalah seberapa besar kebermanfaatan perpustakaan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Acuan poin ini yang harus digaungkan saat ini dan tercerap di setiap pikiran pustakawan.

"Perpustakaan dengan pustakawannya harus memunculkan kreativitas dan inovasi secara konkrit dan berdayaguna maksimal serta ontribusinya dalam inklusi sosial," kata dia.

 

Tiru Keteladanan Mastini

Aris Nurohman merupakan pustakawan yang mengabdi di Perpustakaan UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (SAIZU) Purwokerto sejak 2011. Sebagai pustakawan, Aris mengambil teladan sosok Mastini Harjo Prakoso, Kepala Perpustakaan Nasional RI pertama.

"Sebagaimana saya baca dari berbagai sumber, beliau menemukan tempat terindah dan ternyaman bekerja saat ditugaskan di perpustakaan. Begitu cintanya menjadi pustakawan yang melayani, bahkan sempat beliau mengabaikan status kepangkatan dan golongan," kata Aris.

Bagi Aris, sosok Mastini perlu dijadikan contoh tauladan sejati. Melalui cerita dan berita yang dia baca, ia mengapresiasi bahwa Ibu Mastini adalah pustakawan sejati yang mengajarkan tentang jiwa besar seorang pustakawan.

"Menjadi pustakawan adalah sebuah panggilan jiwa yang lahir dari dari dorongan hati untuk mencerdaskan umat manusia. Melalui profesi ini saya berharap semoga menjadi pribadi yang mengemban jabatan profesi guna menebar manfaat melayankan infromasi kepada orang lain," ujarnya.

Namun pustakawan juga harus memiliki sense yang tinggi tentang kesadaran selaku manusia dengan keterbatasan dan kekurangan masing-masing. Kesadaran ini yang kemudian mendorong Aris untuk banyak belajar dari banyak hal.

Keterlibatan Aris dalam berbagai organisasi perpustakaan dan organisasi profesi perpustakaan seperti APPTIS, FPPTI, dan IPI menjadi wadah dan media komunikasi, koordinasi, menampung aspirasi, penggerak, pendorong, dan pengembangan diri baik dalam jabatan profesi sekaligus pengembangan institusi.

Demikian halnya bagi Aris, keikutsertaan dalam ajang pemilihan Pustakawan Berprestasi pada 2023 ini merupakan media penguatan profesi melalui pengakuan resmi pemerintah, dalam hal ini oleh perpustakaan nasional.

"Sekaligus mengevaluasi diri tentang dunia luar sesama profesi pustakawan yang tentunya sangat kompetitif dalam berbagai hal dengan cirinya masing-masing yang semuanya bermuara pada satu tujuan dalam rangka memajukan perpustakaan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia," ujar magister lulusan Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universtias Indonesia itu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya