Liputan6.com, Jakarta - Candi Plaosan, sebuah kompleks candi Hindu-Buddha yang terletak di Klaten Jawa Tengah, memiliki daya tarik sejarah dan arsitektur yang mengagumkan.
Dirangkum dari berbagai sumber, Candi Plaosan dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno.
Dengan lebih dari 174 candi kecil dan besar, Candi Plaosan memiliki ciri khas arsitektur Jawa Tengah yang kental. Dua candi utama, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Bangunan ini sangat memukau dengan relief dan ornamen yang indah.
Advertisement
Baca Juga
Relief-relief tersebut menggambarkan adegan kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa lalu, serta kisah-kisah dari Ramayana dan Mahabharata. Salah satu keunikan Candi Plaosan adalah perpaduan gaya arsitektur Buddha dan Hindu yang harmonis.
Hal ini tercermin dalam bentuk candi, arca-arca, dan relief yang menceritakan tentang kedua agama tersebut. Keindahan simbol-simbol dan ukiran pada batu-batu candi menggambarkan keterkaitan spiritual dan kultural pada zamannya.
Ketika mengunjungi Candi Plaosan, pengunjung dapat merasakan atmosfer religius dan sejarah yang kental. Keanggunan struktur bangunan, terutama Candi Plaosan Lor yang lebih besar, memukau mata dan menyuguhkan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pecinta seni dan sejarah.
Keragaman Budaya Masa Lalu
Namun, sayangnya, Candi Plaosan mengalami kerusakan seiring berjalannya waktu dan faktor alam. Berbagai upaya pelestarian dan restorasi telah dilakukan untuk menjaga keagungan candi ini tetap terjaga.
Pengunjung diharapkan dapat menjaga kebersihan dan menghormati keberadaan Candi Plaosan sebagai warisan budaya berharga. Secara keseluruhan, Candi Plaosan merupakan destinasi wisata sejarah yang menakjubkan.
Candi ini menggambarkan keindahan arsitektur dan keberagaman budaya pada masa lalu. Dengan pesona alam sekitar yang menenangkan, Candi Plaosan menjadi tempat yang ideal bagi para pelancong yang ingin merasakan kedamaian dan memahami sejarah Indonesia melalui peninggalan bersejarah ini.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement