Semangat Tak Boleh Luntur, Kisah Penjaga PLTA Merawat Keandalan Listrik di Tungku Kuala Tanjung

Menjaga keamanan dan keandalan pasokan listrik dari dua PLTA legendaris di Sungai Asahan, yaitu Siguragura dan Tangga, ke seluruh area pabrik peleburan aluminium dan fasilitas pendukung di Kuala Tanjung bukanlah tugas yang mudah bagi para pekerja di PT Inalum.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 13 Nov 2023, 21:13 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2023, 21:12 WIB
PLTA Siguragura
Lambas Sianipar, staf Humas PT Inalum memberikan penjelasan terkait Bendungan Siguragura yang menjadi sumber air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Siguragura pada Senin (15/10/2023). (Foto: Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta - Suasana tiba-tiba menjadi dingin ketika angin bertiup pada Senin (15/10/2023) sore. Pukul 16.15 WIB, suhu udara di fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) milik PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Paritohan mencapai 18 derajat celcius.

“Wah, jam segini sudah dingin sekali,” celetuk salah satu rombongan finalis kompetisi Karya Jurnalistik MediaMIND 2023.

Lambas Sianipar (42) tersenyum simpul mendengar celetuk peserta lomba. "Hawa di sini memang dingin. Jarang matahari terlihat walau sedang kemarau begini," ujar pria yang menjabat staf Humas PT Inalum tersebut.

Fasilitas pembangkit Inalum terletak di daerah perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian sekitar 500 meter di bawah permukaan laut (mdpl). Dalam perjalanan sekitar 28 kilometer dari Danau Toba, kami dapat mencapai fasilitas PLTA Inalum di Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, dalam waktu sekitar 90 menit menggunakan kendaraan roda empat.

Selama perjalanan dari Porsea menuju Paritohan, kami melihat hutan yang menjadi bagian dari keanekaragaman hayati di sekitar fasilitas pembangkit. Selain itu, pemandangan di sekitar PLTA Paritohan juga terlihat bersih dan terawat dengan baik.

PLTA Paritohan merupakan pusat kegiatan Inalum, perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang peleburan aluminium. Meskipun pabriknya berada di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, daya listrik yang dihasilkan berada di Paritohan.

Terdapat dua PLTA yang memasok listrik ke pabrik peleburan aluminium milik Inalum, yaitu PLTA Siguragura dan PLTA Tangga yang terletak di Paritohan. Kedua PLTA ini memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalirkan air dari Danau Toba ke Selat Malaka.

"Inalum sendiri bisa menghasilkan total 603 Megawatt (MW) secara keseluruhan dari kedua PLTA ini. Dari 603 MW ini cukup untuk jadi sekitar 250 ribu ton (produksi aluminium) yang ada," ujar Lambas.

Menurut Lambas, kedua pembangkit tersebut sudah beroperasi selama sekitar 42 tahun. PLTA Siguragura memiliki kapasitas 286 MW, dengan empat turbin berkapasitas 71,5 MW yang diproduksi oleh Toshiba. Sementara itu, PLTA Tangga memiliki kapasitas 317 MW, dengan empat turbin berkapasitas 79,2 MW yang diproduksi oleh Hitachi dan generatornya oleh Mitsubishi.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik Inalum di Kuala Tanjung, kedua PLTA di Paritohan harus menghasilkan sekitar 14.471 kWh energi listrik, yang cukup untuk memproduksi satu ton aluminium.

Inalum mencatat, kedua PLTA tersebut berhasil menghasilkan total 4.041.774 MWh listrik, dengan tingkat pemakaian sebesar 4.027.118 MWh selama 2021.

Pada tahun berikutnya, listrik yang dihasilkan bisa lebih dari 4 juta MWh listrik yang digunakan untuk operasional Inalum, dan sisanya didistribusikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sekitar.

"Secara mutlak sumber listrik yang kita hasilkan dari PLTA ini digunakan sepenuhnya untuk peleburan kita yang ada di Kuala Tanjung," ujar Lambas.

Inalum menerapkan sistem pemeliharaan preventif untuk mencegah kerusakan. Lambas menjelaskan bahwa mereka melakukan pemeriksaan berkala dengan jadwal middle time, long time, dan ordinary inspection.

“Pergantian turbin dilakukan setiap 10 tahun pada jadwal long time,” kata dia.

Inalum juga mengandalkan debit air dari Danau Toba untuk kedua pembangkit listrik air di Paritohan. Mereka selalu memantau pasokan air untuk menghindari kekurangan air saat musim kemarau dan kelebihan air saat musim hujan. 

"Jadi, misalnya saat ini Danau Toba masih di ambang normal berdasarkan aturan pemerintah. Kita beroperasi di level 902,4 mdpl (minimum), sementara maksimalnya di level 905 mdpl," ujar Lambas.

Danau Toba sekarang ini level airnya berada di 903,4 mdpl. "Dia posisinya masih di tengah-tengah, jadi kita masih beroperasinya normal," ucap Lambas.

Untuk mencapai pabrik Inalum di Kuala Tanjung dari Paritohan, diperlukan perjalanan darat selama lebih dari lima jam. Jaringan transmisi 275 kV dengan 271 menara dibangun untuk mengaliri listrik di lintasan sepanjang 120 kilometer yang melewati empat kabupaten.

Memantau dari Air Muka Sampai ke Transmisi

Jaringan transmisi
Jaringan transmisi yang menghubungkan daya listrik dari PLTA Paritohan ke pabrik peleburuan aluminium PT Inalum di kawasan Sungai Asahan. (Foto: Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Inalum, yang bertanggung jawab atas pemanfaatan air Danau Toba, secara konsisten memantau tinggi muka air (TMA) danau sepanjang tahun untuk memastikan pasokan air yang memadai bagi PLTA di Paritohan. Dengan menjaga aliran air yang stabil dari Danau Toba, PLTA Paritohan dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk smelter aluminium di Kuala Tanjung.

"Kita melihat kondisi dari water level Danau Toba. Kalau level air Danau Toba memungkinkan levelnya maksimal, bisa kita manfaatkan. Tapi kalau memang kondisi level air Danau Toba tidak memungkinkan, kita tidak bisa memaksakan," kata Lambas.

Menjaga keamanan dan keandalan pasokan listrik dari dua PLTA legendaris di Sungai Asahan, yaitu Siguragura dan Tangga, ke seluruh area pabrik peleburan aluminium dan fasilitas pendukung di Kuala Tanjung bukanlah tugas yang mudah bagi para pekerja di bagian tenaga dan jaringan transmisi PT Inalum.

Suplai listrik yang berkelanjutan untuk produksi aluminium, yang merupakan satu-satunya di Indonesia, sepenuhnya bergantung pada mereka. Salah satu dari mereka adalah Dani (35). Ia dan rekannya, Nizar (43), bertanggung jawab dalam memelihara jalur transmisi yang dimiliki oleh Inalum.

Dani menceritakan pengalamannya dalam menjaga agar pasokan listrik tidak mengalami blackout atau pemadaman, yang merupakan hal yang sangat dihindari oleh perusahaan yang bergerak di bidang peleburan aluminium.

"Suplai ke pabrik ini kan sifatnya 24 jam, karena vital makanya kita jaga terus jangan sampai mati listriknya. Kalau ada gangguan, cari alternatif lain apakah berusaha mendapatkan suplai dari PLN atau siapkan genset," ujarnya.

Nizar, yang telah bekerja di Inalum selama 11 tahun, dengan tulus rela memanjat tiang transmisi untuk memeriksa komponen-komponen transmisi yang berada di ketinggian puluhan meter. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pemadaman yang dapat berlangsung dalam waktu yang lama.

"Kalau ada kejadian blackout dalam lima jam saja tidak bisa diatasi, kita siap angkat koper dari sini," ucapnya.

Selain melakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan pengamanan fisik jaringan transmisi, Nizar juga rutin melakukan patroli ke setiap menara transmisi sekali dalam seminggu. "Bisa jadi karena jaringan transmisi kena pohon, itu kan berbahaya juga," ucapnya.

Jalan terjal kerap dilalui Nizar. Sebab, jaringan transmisi Inalum terbentang melintasi hutan, ladang, ngarai, perkebunan, sungai, persawahan, dan pemukiman masyarakat.

Menurutnya, sosialisasi kepada masyarakat terus dilakukan untuk memberikan edukasi terhadap proses penataan tanaman keras di sepanjang jalur transmisi dan pengamanan menara.

"Kita harus menata tanaman keras yang tumbuh di lahan masyarakat yang berpotensi membahayakan jaringan transmisi. Sebab, bagaimanapun perusahaan hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar," ujar Nizar.

Terus Melestarikan Kawasan Danau Toba

Inalum Bersama Menteri BUMN Lakukan Penghijauan di Kawasan Danau Toba
Inalum bersama Menteri BUMN RI Erick Thohir dan beberapa BUMN serta Pemkab Toba melaksanakan penanaman pohon di daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba.

PT Inalum, perusahaan yang bertanggung jawab atas wilayah Danau Toba, telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung program pelestarian dan keberlanjutan wilayah tersebut.

Zainuddin Iqbal Sidabutar Silalahi, VP CSR/TJSL Wilayah Paritohan PT Inalum, menjelaskan perusahaan sangat memperhatikan aspek keberlanjutan Danau Toba.

Dalam upaya untuk menjaga kehidupan dan keberlanjutan wilayah strategis ini, PT Inalum berkomitmen untuk mendukung program-program pelestarian yang bertujuan untuk menjaga keindahan dan kelestarian Danau Toba.

"Sampai sejauh ini kita selalu melakukan konservasi hutan khususnya di daerah tangkapan air di Danau Toba. Kita lakukan konservasi ini secara terus menerus, bahkan Inalum ini sudah membuat sebuah seksi khusus yang hanya fokus untuk konservasi kehutanan," ujar Iqbal.

Iqbal mengungkapkan pentingnya menjaga ekosistem lingkungan Danau Toba agar dapat terus berkelanjutan. Menurutnya, wilayah ini memiliki peran penting sebagai sumber kesejahteraan bagi masyarakat sekitar Danau Toba dan sepanjang Sungai Asahan.

Selain itu, Iqbal juga menyebut bahwa Inalum bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menjaga pasokan air. Mereka melakukan pemantauan terhadap kondisi air Danau Toba sepanjang tahun, baik saat musim penghujan maupun kemarau, melalui Master Control Room (MCR) yang terletak di Paritohan. Di dalam ruangan tersebut, transmisi air dapat terlihat dengan jelas setiap detiknya.

"Kita bekerja sama dengan Inhutani, kelompok kehutanan, dan masyarakat di daerah tangkapan air Danau Toba. Selain itu, kita selalu bekerja sama dengan masyarakat sekitar baik melalui organisasi masyarakat ataupun kepada pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup," ujarnya.

Dalam rentang waktu 2015-2021, Inalum telah aktif dalam kegiatan konservasi dengan menanam sebanyak 732.265 pohon di area seluas 1.409,63 Ha di 7 Kabupaten sekitar Danau Toba. Kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak.

Pada 2022, Inalum melanjutkan upaya konservasi dengan menanam 308.148 pohon. Dari jumlah tersebut, sebanyak 130.000 pohon ditanam dalam program Konservasi Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba oleh Inalum sendiri, dengan luas sekitar 260 Ha. Sementara itu, program Jasa Pengelola Sumber Daya Alam bersama PJT1 juga turut menanam 178.148 pohon, dengan luas sekitar 445,37 Ha.

Selain fokus pada pelestarian lingkungan, Inalum juga berperan dalam pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di sekitar Danau Toba. Sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR), Inalum telah mengalokasikan lebih dari Rp190 miliar sejak 2014 hingga 2021 untuk pengembangan CSR di Sumatera Utara. Dari jumlah tersebut, lebih dari Rp86 miliar telah disalurkan kepada tujuh kabupaten di wilayah sekitar Danau Toba.

Pentingnya Arus Listrik Besar Agar Tungku Peleburan Tetap Menyala

Peleburan
Supervisor Potline 1 di PT Inalum Yudha Putra Utama tengah memerhatikan pot peleburan alumina. (Foto: Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Yudha Putra Utama (34) masih berada di dekat tungku peleburan nomor 121 di Potline-1 Pabrik Peleburan Alumina PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Kuala Tanjung, Kabupaten Asahan.

Dalam seragam tebal dan helm berpenutup fiber glass transparan, dia dengan percaya diri memperkenalkan diri. Meskipun suhu mencapai 1.000 derajat celcius, Yudha tampak tak terganggu dengan panas yang ada.

"Suhu di dalam pot peleburan ini bisa mencapai 1.000 derajat celcius dan suhu ruangannya berkisar 40 derajat celcius," kata Yudha.

Yudha adalah seorang Supervisor Potline 1 di PT Inalum, sebuah pabrik peleburan aluminium. Di pabrik ini, terdapat 510 unit tungku peleburan atau yang disebut pot yang terletak di tiga gedung.

Produksi aluminium cair di Inalum dimulai dengan bahan material pembuatan aluminium yaitu alumina yang berbentuk debu dan warnanya mirip semen. Proses pembuatan aluminium cair dilakukan di tungku pembakaran yang disebut pot dengan aliran listrik melalui anoda-katoda.

"Kemudian di dalam tungku dimasukkan material bath yang berbentuk cair dan dimasukkan alumina ke dalam cairan bath dan  proses menghasilkan aluminium cair," ujar Yudha.

Yudha mengungkapkan bahwa di stasiun tersebut sering dilakukan uji coba teknologi formula peleburan terbaru. Saat ini, mereka sedang menguji coba teknologi formula peleburan yang baru saja diimpor dari Uni Emirat Arab.

"Pot itu kita bilang namanya pot pilot test," ucapnya.

Proses pembuatan aluminium cair dari alumina membutuhkan arus listrik yang besar, mencapai 175-185 KA pada suhu normal 965 derajat celcius. Namun, pada kondisi tidak normal, suhu dapat mencapai ribuan derajat celcius.

"Setelah alumina diproses menjadi aluminium cair, dihisap lalu di angkut ke percetakan dan dicetak menjadi batangan aluminium yang disebut ingot," kata Yudha.

Sejak pertama kali bergabung dengan PT Inalum, Yudha telah mengingatkan dirinya sendiri tentang kondisi panas yang ada di sekitar lokasi kerja. Lulusan Teknik Kimia dari Universitas Sumatera Utara ini menyadari bahwa dalam menjalankan tugasnya, ia harus siap menghadapi risiko terbakar dan terkena serpihan bara.

"Dalam proses pembersihan, tungku harus tetap dalam keadaan menyala. Jadi, harus terus beroperasi 24 jam agar tidak terjadi kerusakan yang tidak diinginkan," ujarnya.

Adapun tungku harus tetap beroperasi kecuali jika mengalami kerusakan, sedang dalam status pemeliharaan, atau sedang mengganti komponen. Dalam keadaan normal, tungku dapat beroperasi tanpa henti selama lebih dari enam tahun.

Menjadi Tonggak Perusahaan

Inalum
Pabrik Peleburan Alumunium Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. (Foto: Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Dalam upaya untuk memenuhi komitmen yang bertanggung jawab dan berkelanjutan serta memberikan kontribusi positif kepada semua karyawan dan pemangku kepentingan, Inalum telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Langkah ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012.

"Keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan, kontraktor dan orang yang berada dalam lingkungan perusahaan adalah prioritas kami. Inalum melalui seluruh seksi/unit kerja dan kontraktor secara proaktif dan terus-menerus mengidentifikasi bahaya dan mengendalikan risiko sesuai dengan hirarki pengendalian risiko K3," kata Sekretaris Perusahaan PT Inalum, Mahyaruddin Ende.

Inalum berhasil meraih beberapa penghargaan dan sertifikasi terkait keselamatan dan kesehatan kerja serta keberlanjutan. Pada 2020, Inalum memperoleh Bendera Emas dengan skor 93,97% dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dalam implementasi SMK3.

Selain itu, Inalum juga memperoleh penghargaan International Safety Award 2020 dari British Safety Council. Pada Oktober 2022, Inalum berhasil memperoleh sertifikasi ISO 45001:2018 sebagai bentuk komitmen perusahaan terhadap pentingnya K3 dalam operasional perusahaan.

Tidak hanya itu, Inalum juga berhasil meraih Sertifikat Standar Kinerja Aluminium Stewardship Initiative atau ASI V3 (2022) dengan skup Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung. Sertifikasi ASI merupakan inisiatif standar keberlanjutan sukarela yang komprehensif untuk rantai nilai aluminium dan dikembangkan melalui proses konsultasi multi-stakeholder yang ekstensif.

"Sertifikasi ASI merupakan bukti Inalum adalah produsen yang ramah lingkungan. Jadi, selain menjaga reputasi perusahaan dan effort para pendahulu untuk mendaftarkan brand Inalum di LME, Inalum juga bisa mendapatkan manfaat finansial apabila ekspor ke negara yang concern dengan low-carbon product," ujar Mahyaruddin.

Sepak terjang para pekerja mulai dari pembangkit listrik di Paritohan hingga peleburan aluminium menjadi tonggak perusahaan yang dinasionalisasi dari Jepang mulai 2013 dan menjadi salah satu BUMN milik negeri tersebut.

Merujuk pada data, tercatat di sepanjang 2022, Inalum memperoleh pendapatan bersih sebesar 57 persen (yoy). Pertumbuhan positif ini didukung oleh meningkatnya harga komoditas.

Kinerja Anggota Grup MIND ID, BUMN Holding Industri Pertambangan tersebut juga sesuai dengan rencana pertumbuhan yang berkelanjutan dari perusahaan. Hal itu ditandai oleh pertumbuhan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) 2020-2022, dengan pendapatan tumbuh 38 persen, laba bersih 252 persen, EBITDA 81 persen, pertumbuhan aset 13 persen, dan pertumbuhan ekuitas 23 persen.

Secara Key Performance Index (KPI) dan Tingkat Kesehatan Perusahaan, Inalum juga berhasil meraih skor tinggi, yakni 100,86 untuk pencapaian KPI dan skor 95 persen untuk pencapaian Tingkat Kesehatan Perusahaan dengan predikat Sehat (AA).

"Untuk menghadapi 2023, Inalum masih terus berfokus pada pengembangan operasional di ekosistem hilirisasi aluminium nasional, baik dalam hal pengembangan lingkup rantai pasok aluminium maupun pengembangan green energy atau energi hijau. Inalum terus berkomitmen untuk menjadi pemimpin pasar pada sektor komoditas aluminium dan meningkatkan pangsa pasar," kata Mahyaruddin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya