Metode Penyebaran Nyamuk dengan Wolbachia Diuji Coba di Jabar, Pj Gubernur Bey Jamin Keamanannya

Wolbachia merupakan bakteri yang bisa tumbuh di tubuh serangga kecuali nyamuk Aedes aegypti.

oleh Arie Nugraha diperbarui 24 Nov 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2023, 09:00 WIB
Memerangi DBD dengan Nyamuk Ber-Bakteri Wolbachia (Khlungcenter/Shutterstock)
Memerangi DBD dengan Nyamuk Ber-Bakteri Wolbachia (Khlungcenter/Shutterstock)

Liputan6.com, Bandung - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar), Bey Machmudin, menjamin keamanan metode penyebaran nyamuk Wolbachia yang dikembangkan Kementerian Kesehatan untuk mencegah kasus demam berdarah dengue (DBD).

Menurut Bey, diharapkan metode tersebut ampuh dalam memberantas DBD usai Kementerian Kesehatan melakukan uji klinis secara ilmiah sebelum diputuskan untuk menjalankan metode ini.

"Sebetulnya sudah melalui proses uji sebetulnya jadikan tujuannya baik. Tentunya kita jangan terlalu reaktif karena sudah diuji terlebih dahulu. Tentunya nanti ada keuntungannya dan kita percaya itu sudah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan setelah diujicobakan terlebih dahulu," ujar Bey, Bandung, Rabu, 22 November 2023.

Bey mengatakan agar tidak ada informasi keliru soal hal tersebut, sosialisasi metode penyebaran nyamuk wolbachia perlu diperluas terutama di daerah yang diujicobakan. Tujuannya masyarakat bisa dengan mudah menerima metode wolbachia untuk menangkal DBD.

Wolbachia merupakan bakteri yang bisa tumbuh di tubuh serangga kecuali nyamuk Aedes aegypti. Melalui serangkaian percobaan, peneliti dunia berhasil memasukkan bakteri wolbachia ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Bakteri wolbachia diketahui dapat mencegah replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk.

Sehingga, apabila nyamuk Aedes aegypti menghisap darah manusia mengandung virus dengue, maka dia akan resisten dan tidak akan menyebarkan ke dalam tubuh manusia yang lain.

Bakteri wolbachia bisa ditransfer melalui telur dan aman untuk manusia. Apabila nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan jantan tak ber-wolbachia, seluruh telurnya akan ber-wolbachia.

Jika nyamuk jantan berwolcahia kawin dengan betina tak berwolbachia, maka telurnya tak akan menetas. Jika jantan dan betina ber wolbachia kawin, maka keturunannya otomatis akan ber-wolbachia.

Diketahui, Kementerian Kesehatan menyebar nyamuk wolbachia di lima kota Indonesia, mulai dari Jakarta Barat, Semarang, Bontang, Kupang, hingga Kota Bandung, sebagai satu-satunya daerah di Jawa Barat. Belakangan, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan Kementerian Kesehatan agar berhati - hati dengan penggunaan metode wolbachia untuk mencegah DBD, karena berpotensi membentuk mutasi baru.

Jawa Barat masih menghadapi ancaman DBD dan menjadi tantangan bagi pemerintah provinsi serta pemerintah kabupaten dan kota untuk ditanggulangi.

Dinkes mencatat dari Januari - Juni 2023 ada 7.512 kasus DBD di Jabar, 49 diantaranya meninggal dunia. Kota Bandung penyumbang kasus DBD terbanyak di Jabar dengan 1.021 kasus, sedangkan yang paling sedikit Kota Banjar 20 kasus.

 

 

Metode Wolbachia Harus Terus Dipantau

Dicuplik dari kanal News Liputan6.com, Ketua Umum Badko HMI Jabodetabek-Banten, Adhiya Muzakki mengatakan, perlu untuk dipelajari dan kaji lebih mendalam soal inovasi pengendalian kasus demam berdarah dengue nasional, salah satunya melalui teknologi Wolbachia, agar nantinya tak membahayakan masyarakat di Indonesia.

"Penggunaan Wolbachia sebagai metode pengendalian vektor penyakit masih relatif baru, sehingga dampak jangka panjang terhadap kesehatan manusia perlu terus dipantau. Ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan interaksi antara Wolbachia dan manusia," kata dia dalam keterangannya, Selasa (21/11/2023).

Menurut Adhiya, agar masyarakat tak khawatir, perlu disampaikan terbuka ke masyarakat dan dialog dengan berbagai pihak.

"Saya memandang penting untuk melibatkan dan memperoleh persetujuan dari masyarakat caranya adalah dengan melibatkan dialog terbuka dan transparan tentang risiko dan manfaat potensial dari teknologi ini," pungkasnya.

Kontroversi Metode Wolbachia

Kontroversi seputar nyamuk Wolbachia mewarnai jagad media sosial. Ajakan penolakan terhadap pelepasan nyamuk Wolbachia mencuat pada pertengahan November 2023.

Bahkan, kekhawatiran akan dampak yang ditimbulkan nyamuk ber-Wolbachia itu berimbas pada ditundanya pelepasan nyamuk di Denpasar, Bali yang rencananya akan dilakukan pada 13 November 2023.

Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya sepakat menunda penyebaran nyamuk Wolbachia karena masih ada pro dan kontra dari masyarakat Bali.

"Kalau masih ada masyarakat yang tidak menerima, berarti kita tunda dulu," ujar Mahendra di Denpasar, Senin (13/11/2023), dilansir Antara.

Menurutnya, metode penyebaran nyamuk Wolbachia untuk menekan kasus DBD masih perlu sosialisasi dari pemrakarsa sehingga semua masyarakat bisa menerima.

 

Diterapkan di Semarang

Sebelumnya, Semarang menjadi kota pertama yang mengaplikasikan inovasi teknologi Wolbachia dalam mengatasi demam berdarah dengue (DBD).

"Semarang sebenarnya berada di posisi tengah pada kasus DBD terbanyak dari ke lima kota tersebut. Namun, Semarang ini paling maju dan paling berani Walikota dan timnya. Walaupun di tengah-tengah tapi lebih progresif, jadi Semarang ini menjadi kota pertama untuk implentasi projek ini," kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin di Semarang pada 30 Mei 2023.

Setelah Semarang, implementasi teknologi Wolbachia disusul oleh Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang dalam Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue.

Program pencegahan DBD lewat metode ini dilakukan oleh Kemenkes dengan mmbagikan ember berisi telur nyamuk yang sudah ada bakteri Wolbachia ke warga setempat.

Telur-telur nyamuk Wolbachia itu didistribusikan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang diternakan oleh program studi Entomologi, Fakultas Biologi.

Pemeliharaan telur nyamuk dilakukan oleh warga selama dua minggu hingga menetas. Selain telur nyamuk, warga juga akan dibagikan pakannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya