Liputan6.com, Jakarta - Penciptaan sumber daya manusia berkualitas dan menguasai teknologi menjadi target Pemprov Sumut. Untuk mencapai target tersebut, fokus utamanya adalah pembangunan daerah. Aplikasi D-Litera dan Titik Baca Digital di Sumatera Utara (TIBA DI SUMUT) yang baru diluncurkan menjadi salah satu solusi untuk mencapai target tersebut.
"Kami mengharapkan kedua aplikasi dapat tersosialisasikan dengan baik dan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Sehingga mampu meningkatkan literasi dan kesejahteraan masyarakat Sumut," ucap Staf Ahli Gubernur Sumut Muhammad Armand Effendi Pohan, saat membuka rangkaian Gerakan Indonesia Membaca, Bincang-bincang Bersama Duta Baca Indonesia, Senin (6/5/2024).
Baca Juga
Namun, nada peringatan justru datang dari anggota DPRD Provinsi Sumut Hendra Cipta yang meminta pemda sebaiknya jangan berfokus pada pembangunan infrastruktur saja meski itu penting.
Advertisement
Pemda Sumut harus fokus juga dalam membangun sumber daya manusianya yang masih rendah. Salah satunya dengan menggenjot minat baca masyarakat Sumut.
"Kami melihat belum ada sinergi kolaborasi antara dinas pendidikan dan perpustakaan dalam upaya meningkatkan minat baca," ungkap Hendra.
Hendra menambahkan Sumut harus mengejar ketertinggalan minat baca. Di mulai dari keluarga, saat anak masih kecil harus dibiasakan membaca dan perlu diberikan fasilitas yang baik di sekolah.
Dwi Endah Purwanti Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumut Dwi Endah Purwanti mengakui pihaknya sangat serius meningkatkan minat baca. Kehadiran D-Litera dan TIBA DI SUMUT diyakini bisa menjawab keinginan generasi milenial Sumut.
"Ini merupakan aplikasi layanan perpustakaan lebih interaktif sesuai kebutuhan serta keinginan kaum yang memuat koleksi buku-buku digital," jelas Endah.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar, mengatakan peluncuran kedua aplikasi yang menyasar generasi milenial adalah bentu penguatan layanan perpustakaan digital, seperti apa yang telah dilakukan Perpustakaan Nasional sebelumnya melalui program Pojok Baca Digital (POCADI) dan mobil perpustakaan keliling.
"Ini adalah bukti keseriusan dan Perpusnas pasti mendukung penuh," tegas Adin.
Gerakan Indonesia Membaca
Pada 2024, Perpusnas menelurkan program besar Gerakan Indonesia Membaca sebagai bentuk inovasi penguatan literasi untuk mendukung cita-cita Indonesia Emas 2045.
“Kunci kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa jauh kita menguasai teknologi dan literasi. Peranan membaca harus jadi hal yang dikuatkan karena generasi yang hebat adalah generasi pembaca. Maka, jadikan membaca sebagai budaya hidup.” Adin Bondar.
Motivator literasi Atok Labu yang mengatakan bahwa budaya baca harus senafas dengan budaya menulis agar semua pemikiran bisa terdokumentasikan dan tidak hilang. Misalnya dengan mendokumentasian ke dalam bentuk video kreatif yang di post ke media sosial.
Pernyataan Atok Labu dikuatkan dengan anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Sumut, Sukma. Menurutnya, untuk menjadi penulis dengan karya bagus harus dengan banyak membaca. Ada lima tahapan dalam menulis, yaitu prewritting, drafting, revising, editing, dan pusblishing.
Duta Baca Indonesia Gol A Gong pun di akhir bincang-bincang mengatakan bahwa menulis merupakan keterampilan khusus yang harus diasah dan dimulai dengan membiasakan diri untuk membaca.
Advertisement