Mengenal Panic Attack, Gejala hingga Cara Mengatasinya

Terkadang, seseorang yang mengalami serangan panik mungkin merasa seperti sedang mengalami serangan jantung atau akan mati

oleh Panji Prayitno diperbarui 27 Mei 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2024, 12:00 WIB
Mengenal Panic Attack, Gejala Hingga Cara Mengatasinya
Ilustrasi Serangan Panik (Foto oleh SHVETS production dari Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Panic attack atau serangan panik adalah episode ketakutan atau kecemasan intens yang muncul secara tiba-tiba dan tanpa peringatan. Meskipun biasanya berlangsung selama beberapa menit, dampaknya bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang.

Dirangkum dari berbagai sumber, sindrome serangan panik dapat menyerang siapa saja, baik tua maupun muda, dan seringkali terjadi pada orang yang tampaknya sehat secara fisik dan mental.

Gejala utama dari panic attack meliputi perasaan takut yang mendalam, palpitasi atau detak jantung yang sangat cepat, berkeringat, gemetar, sesak napas, rasa tercekik, nyeri dada, mual, pusing, merasa tidak stabil, atau sensasi mati rasa.

Terkadang, seseorang yang mengalami serangan panik mungkin merasa seperti sedang mengalami serangan jantung atau akan mati. Perasaan kehilangan kendali dan takut akan sesuatu yang buruk terjadi juga umum dirasakan.

Gejala-gejala ini bisa begitu intens sehingga seringkali orang yang mengalaminya mencari pertolongan medis darurat. Penyebab panic attack tidak sepenuhnya dipahami, tetapi sejumlah faktor diketahui berperan.

Faktor genetik, riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan, stres tinggi, dan perubahan besar dalam kehidupan bisa menjadi pemicu. Selain itu, ketidakseimbangan kimia di otak dan penggunaan zat tertentu seperti kafein atau obat-obatan juga dapat memicu serangan panik.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan gangguan panik mungkin memiliki respons "fight-or-flight" yang terlalu aktif, sehingga tubuh bereaksi seolah-olah dalam bahaya meskipun tidak ada ancaman nyata. Penanganan serangan panik biasanya melibatkan kombinasi terapi psikologis dan obat-obatan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Dukungan Sosial

Terapi kognitif-perilaku (CBT) adalah salah satu metode yang paling efektif. Terapi ini membantu individu mengenali dan mengubah pola pikir negatif yang dapat memicu serangan panik.

Melalui CBT, pasien belajar teknik relaksasi dan strategi mengatasi stres yang bisa digunakan saat serangan terjadi. Obat-obatan seperti antidepresan dan benzodiazepin juga bisa diresepkan untuk membantu mengurangi frekuensi dan intensitas serangan.

Selain terapi profesional, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola serangan panik secara mandiri. Latihan pernapasan dalam dan teknik relaksasi, seperti meditasi dan yoga, dapat membantu menenangkan sistem saraf.

Menghindari stimulan seperti kafein dan nikotin, serta menjaga pola makan dan tidur yang sehat juga penting. Aktivitas fisik yang teratur diketahui dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi tingkat kecemasan secara keseluruhan.

Mengenali dan menerima bahwa Anda mengalami serangan panik adalah langkah pertama dalam mengelola kondisi ini. Berbicara dengan keluarga, teman, atau bergabung dengan kelompok dukungan dapat memberikan rasa dukungan emosional dan membantu mengurangi rasa terisolasi.

Penting untuk mencari bantuan profesional jika serangan panik mengganggu kualitas hidup Anda atau jika Anda merasa kesulitan mengelolanya sendiri. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai panic attack dan strategi yang tepat, seseorang dapat belajar mengendalikan gejala dan menjalani kehidupan yang lebih tenang dan terkelola.

Meskipun mungkin tidak selalu ada solusi cepat, kombinasi dari terapi, perubahan gaya hidup, dan dukungan sosial dapat memberikan hasil yang positif dan berkelanjutan bagi mereka yang mengalami serangan panik.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya