Saat Srikandi Muda jadi Kader Perempuan Penjaga Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Puluhan perempuan dari kalangan pelajar dan mahasiswi ikuti pelatihan konservasi alam di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

oleh Fira Syahrin diperbarui 04 Jun 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2024, 05:00 WIB
Puluhan pelajar dan mahasiswi saat praktek konservasi alam di TNGGP Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).
Puluhan pelajar dan mahasiswi saat praktek konservasi alam di TNGGP Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).

Liputan6.com, Sukabumi - Kurangnya kesadaran sebagian masyarakat dalam menjaga kelestarian alam, melatarbelakangi puluhan perempuan dari kalangan pelajar SMA dan mahasiswi mengadakan pelatihan dan pendidikan bertajuk tema ‘Perempuan dan Konservasi’.

Kegiatan itu berlangsung di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) Resort Selabintana Kabupaten Sukabumi. Sebanyak 70 siswi tingkat SMA dan mahasiswi pecinta alam mengikuti kaderisasi konservasi bagi perempuan, selama dua hari dari tanggal 1 hingga 2 Juni 2024. 

Ketua pelaksana, Wanda Nurrahmah (21) mengatakan, selama ini perempuan dianggap sebagai kelompok yang tidak banyak kontribusi dalam keberlangsungan alam atau konservasi alam di Sukabumi

"Jadi sebenarnya kita mau bikin forum khusus wanita di mana kita di situ tujuannya ingin menyampaikan ilmu-ilmu tambahan untuk para penggiat pecinta alam di bidang konservasi khususnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango," ujar Wanda. 

Oleh sebab itu, mereka berinisiatif membuat forum khusus wanita bagi pecinta alam. Wanda mengatakan, umumnya sebagian besar kegiatan yang memerlukan ketahanan fisik juga wawasan tak lepas dari peran laki-laki di dalamnya. 

Namun lewat kegiatan yang diinisiasi para perempuan ini, pihaknya berharap hal serupa juga bisa dilakukan secara mandiri. 

"Sebenarnya yang kami lihat perempuan itu harus selalu sama pria biasanya kalau misalkan dari kegiatan alam, naik gunung selalu harus ada cowok-cowok padahal perempuan juga bisa. Jadi kita juga harus belajar ilmunya, kalau sama penggiat alam gitu kita harus pakai ilmu juga, perempuan juga bisa tanpa bukan bermaksud apa-apa tapi kita juga harus bisa berdiri di kaki sendiri," imbuhnya. 

Selain berkemah, lanjut dia, kegiatan tersebut diisi dengan pemberian materi Botani Zoologi dan wawasan tentang konservasi alam. Materi itu kemudian dipraktekkan langsung di kaki Gunung Gede Pangrango.  

"Jadi ini adalah awal dari rencana kita supaya kedepannya kita juga dapat meneruskan, supaya berlangsung terus menerus dan kita juga bisa dapat kader-kader baru lebih banyak," jelasnya. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Perempuan Punya Peran Besar untuk Generasi Penerus

Puluhan pelajar dan mahasiswi saat praktek konservasi alam di TNGGP Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).
Puluhan pelajar dan mahasiswi saat praktek konservasi alam di TNGGP Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).

Pendiri Volunteer Panthera Gunung Gede Pangrango, Engyanto menambahkan, kegiatan konservasi ini perlu diedukasi bukan hanya bagi laki-laki saja, namun juga perempuan. Menurutnya, mereka memiliki peran besar di masa depan, khususnya di wilayah Sukabumi

"Ada satu nilai yang saat ini kita belum pernah berfikir bahwa hari ini mereka mahasiswi dan adik-adik Sispala (Siswi Pecinta Alam) tapi kelak mereka akan menjadi seorang ibu, melahirkan anak dan anak itu akan menerima proses pembelajaran, pendidikan dari ibunya. Ketika ibunya paham dengan azas dan nilai-nilai konservasi akan tersampaikan ke anak secara dini" ujar Engyanto. 

Dia mengatakan, kegiatan tersebut merupakan yang pertama dilakukan oleh forum perempuan. Sebab sejauh ini, minat terhadap pembelajaran konservasi ini sebagian besar datang dari gender laki-laki. 

"Kebetulan sampai saat ini belum pernah ada gerakan perempuan yang sangat care terhadap upaya-upaya konservasi di Sukabumi khususnya," kata dia. 

Dalam kegiatan tersebut mereka dikenalkan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, UU tentang konservasi, metodologi konservasi, analisa vegetasi hingga kegiatan herping di malam hari.

"Kegiatan barusan sebagai pilot project mereka mengaktualisasikan keilmuan kemarin dengan membuat konsep miniatur taman nasional sebagai kawasan konservasi dan mereka cukup memahami,” jelasnya. 

Dia menyampaikan, salah satu peran sederhana yang bisa dilakukan para srikandi muda ini yaitu mulai pilah pilih penggunaan sampah. Mereka diminta untuk terbiasa membawa kantong belanja sendiri saat membeli kebutuhan di pasar tradisional maupun modern. 

"Kalau semua gerakan ini berjalan secara masif, kita nggak ada plastik segala macam, baru perubahan akan terasa. Cara terkecilnya bagaimana satu keluarga mengolah sampah dengan bagus, limbah dengan baik, buat drainase dengan benar, itu menjadi budaya saja maka satu persoalan lingkungan selesai," tuturnya.  

Dengan adanya kegiatan ini, pihaknya berharap semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya menyelesaikan isu lingkungan. Termasuk dalam menciptakan kader bibit-bibit unggul para srikandi muda agar dapat menyebarkan keilmuan tentang konservasi.

"Harapan saya ada beberapa peserta, kita tarik, dan latih mereka, bagaimana menjadi seorang praktisi atau pengajar khususnya di bidang konservasi," sambung dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya