Liputan6.com, Jakarta - Desi Selviana, seorang pustakawan berprestasi dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, telah menunjukkan inovasi luar biasa dalam upayanya meningkatkan minat baca dan pengetahuan di kalangan anak-anak, termasuk Gen Z. Melalui berbagai program interaktif dan edukatif, Desi telah membawa perpustakaan menjadi pusat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Sebagai peserta Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional 2024, Desi tidak hanya dikenal karena dedikasinya tetapi juga karena inovasi yang ia terapkan untuk mendukung pelayanan perpustakaan kepada masyarakat.
Salah satu inovasi utama yang dilakukan oleh Desi adalah pengembangan perpustakaan interaktif dengan berbagai alat peraga sains dan teknologi. Dengan adanya alat peraga ini, anak-anak yang berkunjung ke perpustakaan tidak hanya membaca buku tetapi juga dapat belajar sains dan teknologi secara langsung melalui pengalaman interaktif.
Advertisement
"Kami menerima beberapa alat peraga dari Kemenristek dan Universitas Negeri Makassar. Alat-alat ini termasuk halilintar, listrik tegangan tinggi, katrol, panel surya, dan alat peraga lainnya yang membuat anak-anak bisa belajar tentang sains dan teknologi secara langsung," ujarnya dalam wawancara.
Dengan alat-alat peraga ini, konsep-konsep abstrak yang biasanya hanya ditemukan di buku kurikulum menjadi lebih nyata dan mudah dipahami oleh anak-anak. Misalnya, melalui demonstrasi energi surya yang diubah menjadi energi listrik, anak-anak dapat memahami prinsip dasar dari teknologi energi terbarukan.
Promosi Budaya Lokal Melalui Layanan Deposit
Selain fokus pada sains dan teknologi, Desi juga sangat peduli dengan pelestarian dan promosi budaya lokal Sulawesi Selatan. Ia telah mengembangkan layanan deposit yang menyimpan koleksi tentang sejarah, budaya, adat istiadat, kepercayaan, dan makanan tradisional Sulawesi Selatan.
Koleksi ini disajikan dalam bentuk sinopsis yang menarik sehingga generasi milenial dapat lebih mudah mengenal dan mencintai budaya lokal mereka.
"Kami menggaungkan tentang adat istiadat, budaya, asal usul kerajaan, hingga makanan khas Sulawesi Selatan yang tidak akan kita jumpai di toko buku atau perpustakaan lain. Ini adalah upaya kami untuk menjaga dan mempromosikan kekayaan budaya lokal kepada generasi muda," kata dia.
Perpustakaan yang dikelola oleh Desi juga memiliki layanan pusat peraga ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana anak-anak dapat belajar tentang sains dengan cara yang menarik dan interaktif. Di sini, mereka bisa melihat berbagai demonstrasi ilmiah dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan edukatif.
Desi juga mengadakan berbagai kegiatan edukatif dan kompetisi untuk menarik minat anak-anak dan masyarakat terhadap perpustakaan. Salah satu kegiatan yang populer adalah lomba mewarnai di kipas dengan menulis lontara, tulisan tradisional Sulawesi. Kegiatan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga mendidik anak-anak tentang budaya dan sejarah lokal.
Desi mengakui bahwa tantangan terbesar adalah menghadapi perkembangan teknologi yang cepat dan adaptasi terhadap kecerdasan buatan (AI). Namun, ia yakin bahwa dengan inovasi yang terus dilakukan, seperti mempromosikan koleksi lokal yang unik, perpustakaan tetap dapat menjadi sumber pengetahuan yang dicintai.
Desi berpesan kepada seluruh pustakawan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. "Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru dan terus belajar. Dengan kerja keras dan dedikasi, kita bisa membuat perpustakaan menjadi tempat yang menyenangkan dan bermanfaat bagi semua orang," kata Desi.
Desi Selviana (46) lahir di Parepare dan saat ini tinggal di Makassar. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya dengan gelar S2 di Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi dari Universitas Hasanuddin Makassar.
Penghargaan yang pernah diraihnya antara lain Piagam Tanda Kehormatan Presiden RI Tanda Satyalancana Karya Satya X Tahun 2020, sebagai bentuk apresiasi atas pengabdiannya yang luar biasa.
Kecintaan pada Buku
Ketertarikan Desi memilih profesi pustakawan berawal dari kecintaannya pada buku. Bersama dengan buku, Desi menikmati menikmati waktu sehari-hari.
"Aku sangat menyukai buku, karena aku senang membaca," ucapnya.
Ketika harus memilih jurusan kuliah, Desi memutuskan untuk masuk ke jurusan Ilmu Komunikasi. Menurutnya, penjurusan kuliah yang diambil dengan profesi yang dijalani saat ini memiliki kesinamnungan.
"Karena memiliki latar belakang pendidikan ilmu komunikasi yang sejalan dengan profesi saat ini, yakni sebagai komunikator untuk menyampaikan berbagai jasa dan layanan perpustakaan baik secara tatap muka maupun melalui media interaktif (online) secara profesional," jelasnya.
Ketertarikan dengan profesi ini mendapat dorongan dari berbagai pihak, sehingga lebih memotivasi Desi dalam meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan keahlian (life skill) untuk sampai pada pustakawan utama.
Sementara, untuk mencapai pustakawan yang profesional, Desi memandang harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang mencakup kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi.
"Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan professonal di profesi ini tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga perpustakaa. Tetapi juga menjadi tanggung jawab pribaadi. Komptensi yang dimiliki tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan dan diuji," tuturnya.
Dalam waktu dekat, Desi berencana menyelenggarakan Science Film Festival Indonesia 2024 dengan tema Nol Emisi dan Ekonomi Sirkular pada 15 Oktober-10 Desember 2024. Kegiatan utamanya adalah penayangan film diikuti berbagai eksperimen sains sederhana dengan menggunakan alat peraga interakti koleksi layanan Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan.
"Tujuan dari kegiatan ini untuk memperkenalkan peran penting konsep nol emisi dan ekonomi sirkular untuk menghadapi beragam tantangan akibat krisis iklim," ujarnya.
Advertisement