Peneliti Sebut Peradaban Logam Ada di Bandung Sejak 3 Abad Lalu

Temuan atefak purbakala mengindikasikan adanya danau purba yang dikenal sebagai Danau Bandung, yang juga muncul dalam legenda Sunda "Sasakala Sangkuriang".

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 03 Agu 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 01:00 WIB
Stone Garden, Taman Bebatuan Purba Di Dekat Bandung
Para traveler sudah akrab dengan Tebing Keraton, atau tempat wisata lain di Bandung yang sudah banyak dikunjungi orang.

Liputan6.com, Bandung - Peradaban logam telah ada di wilayah Bandung sejak 3 abad lalu. Beberapa artefak yang menguatkan itu ditemukan di timur laur Bandung seperti serpihan batu obsidian, alat batu terpoles, dan tembikar.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar Emeritus Geologi Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral ITB, R.P Koesoemadinata.

“Temuan ini menegaskan bahwa leluhur Ki Sunda telah bekerja dalam industri logam dan perdagangan peralatan batu,” papar R.P Koesoemadinata dikutip lewat siaran Diskominfo Kota Bandung, (2/8/2024).

Menurutnya, serpihan obsidian ditemukan di bukit-bukit dengan ketinggian lebih dari 725 meter di atas permukaan laut.

Temuan ini mengindikasikan adanya danau purba yang dikenal sebagai Danau Bandung, yang juga muncul dalam legenda Sunda "Sasakala Sangkuriang".

Menurut penelitian Van Bemmelen (1934), kata Koesoemadinata, danau purba ini terbentuk akibat pembendungan Sungai Citarum Purba oleh aliran debu vulkanik dari letusan dahsyat Gunung Tangkuban Parahu setelah runtuhnya Gunung Sunda Purba.

Penelitian terbaru menunjukkan endapan danau tertua berusia 125 ribu tahun, dengan erupsi Plinian terjadi sekitar 105 dan 55-50 ribu tahun yang lalu.

Namun, hasil penelitian geologi modern dengan pentarikhan radiometri menunjukkan, kecil kemungkinan pemukim awal menyaksikan pembendungan danau atau lahirnya Gunung Tangkuban Parahu.

“Lebih masuk akal jika mereka menyaksikan letusan Plinian kedua sekitar 55-50 ribu tahun yang lalu,” tambahnya.

 

Penelitian Lanjutan

 

Ketua Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Unpad, Prof. Dr. Ganjar Kurnia menegaskan pentingnya penelitian arkeologi lanjutan dengan pentarikhan radiometri untuk memastikan sejak kapan leluhur Ki Sunda bermukim di sekitar Danau Bandung.

“Banyak situs yang kaya artefak kini berubah menjadi wilayah pemukiman modern, menekankan perlunya dukungan politik kuat untuk melanjutkan penelitian,” ungkap Ganjar Kurnia.

Menurutnya, sejarah Bandung telah dihuni sejak zaman Microlithicum atau Mesolithicum secara terus menerus hingga zaman Hindu.

Situs-situs di utara Bandung, khususnya Dago Pakar, menunjukkan bahwa kebudayaan masa lampau Ki Sunda mencakup industri logam.

Untuk melengkapi sejarah Ki Sunda secara ilmiah, perlu dilakukan penggalian dan pentarikhan radio-isotop pada situs-situs yang sudah ditemukan.

Ganjar menyimpulkan, hasil penelitian geologi dan pentarikhan radio-isotop telah memunculkan berbagai spekulasi tentang asal-usul Gunung Ki Sunda dan Danau Bandung.

“Spekulasi ini dapat dianggap sebagai hipotesis kerja untuk penelitian lebih lanjut, yang diharapkan dapat mengungkap lebih banyak tentang sejarah purba Ki Sunda dan Bandung,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya