Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meneribitkan analisa soal gerakan tanah Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, terjadi pada tanggal 9 Agustus 2024.
Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hadi Wijaya, hujan deras yang mengguyur Kota Balikpapan dari pukul 03.00-08.30 Wita itu berakibat longsoran dan juga menyebabkan banjir yang merendam sejumlah kelurahan di beberapa Kecamatan di Kota Balikpapan.
Advertisement
Baca Juga
"Secara umum lokasi bencana berada pada daerah dengan kontur yang relatif datar elevasi 0-50 meter di atas permukaan laut (mdpl). Namun demikian lokasi longsor yang terjadi terletak diperkirakan terletak pada lereng lokal dengan kemiringan yang cukup terjal," terang Hadi, Bandung, Jumat (9/8/2024).
Berdasarkan Peta Geologi Balikpapan (Pusat Survei Geologi), daerah bencana berada pada Formasi Kampung Baru (Tpkb) yang berumur tersier dan Endapan Aluvium.
Formasi Kampung Baru tersusun oleh litologi batupasir kuarsa lepas dengan sisipan batulempung, batulanau, sepi, dan batubara muda ( lignite).
"Sedangkan Endapan Aluvium tersusun oleh endapan aluvial sungai," jelas Hadi.
Berdasarkan Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah Badan Geologi, PVMBG bulan Agustus 2024 di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, lokasi bencana termasuk dalam potensi terjadi gerakan tanah rendah.
Artinya daerah ini mempunyai potensi rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
"Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah atau longsor diperkirakan karena sifat tanah pelapukan yang sarang dan mudah luruh jika terkena air, kemiringan lereng yang terjal, pemotongan lereng yang buruk, drainase yang buruk serta dipicu curah hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan lama sebelum terjadinya bencana," tutur Hadi.
Hadi mengingatkan curah hujan yang masih tinggi maka sebagai langkah antisipasi potensi longsoran susulan maka 9 rekomendasikan diterbitkan.
Hadi mengimbau masyarakat terdampak bencana segera dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Sedangkan, masyarakat dan pengguna jalan serta petugas yang beraktifitas membersihkan material longsor agar meningkatkan kewaspadaan terutama ketika turun hujan dan setelahnya untuk mengantisipasi terjadinya gerakan tanah susulan.
"Direkomendasikan memasang rambu peringatan rawan gerakan tanah untuk meningkatkan kewaspadaan bagi pengguna jalan," ucap Hadi.
Msyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng yang tidak sesuai kaidah geologi teknik, dan tidak melakukan penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan.
Hadi menerangkan jika muncul retakan di sekitar lereng tersebut agar segera ditutup dengan tanah dan dipadatkan untuk mengurangi peresapan air ke dalam tanah serta mengarahkan aliran air menjauh dari retakan.
"Harus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah. Masyarakat juga agar selalu mengikuti arahan dari aparat pemerintah setempat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)," ungkap Hadi.
Simak Video Pilihan Ini:
Dampak Longsor Balikpapan
PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menerima informasi dampak bencana gerakan tanah di Kota Balikpapan dari BPBD setempat berakibat 1 rumah rusak di Kelurahan Klandasan Ulu, 1 rumah rusak di Kelurahan Sepingggan serta 1 orang luka dan 1 orang tertimbun di Kecamatan Balikpapan Tengah.
Gerakan tanah terjadi di beberapa Kelurahan di Kota Balikpapan yaitu di Kecamatan Balikpapan Kota menimpa di Kelurahan Prapatan dan Kelurahan Klandasan Ulu.
Sementara di Kecamatan Balikpapan Tengah berdampak di Kelurahan Gunung Sari Ulu dan Kecamatan Balikpapan Selatan di Keluharan Sepinggan.
Gerakan tanah itu terjadi pada tanggal 9 Agustus 2024 yang dipicu oleh hujan deras yang mengguyur Kota Balikpapan dari pukul 03.00- 08.30 Wita.
4 Langkah Antisipasi Potensi Tanah Longsor
Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, memasuki musim penghujan menyebabkan adanya potensi terjadinya bencana tanah longsor akibat kemiringan tanah yang cukup curam dan terjal di beberapa titik daerah di Indonesia.
Tanah longsor sendiri merupakan fenomena perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Secara sederhana, Longsor dapat terjadi jika terdapat air dengan volume yang besar meresap ke dalam tanah, sehingga berperan sebagai bidang gelincir, kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Berangkat dari pengertian diatas, maka fenomena bencana tanah longsor rawan terjadi di musim hujan seperti saat ini.
Untuk itu, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dapat segera melakukan langkah antisipasi guna mengurangi risiko terjadinya tanah longsor, seperti :
1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah di bawah lereng yang rawan terjadi tanah longsor.
2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan lereng.
3. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya diseling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.
4. Menjaga drainase lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng.
Dengan adanya langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya potensi tanah longsor dan kerugian materil maupun korban jiwa.
Apabila terdapat anggota keluarga maupun tetangga sekitar yang sakit dan mengalami luka akibat longsor yang melanda, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang baik dan tepat.
Advertisement