Ritual Khusus Santri sebelum Tanding Sepak Bola Api, Tradisi Pesantren di Garut pada Puncak Perayaan HUT RI

Selain menjaga tradisi khas pesantren, kegiatan sepakbola api diharapkan memupuk kecintaan santri dalam menjaga tradisi negeri, disamping menjaga persatuan dan kesatuan di antara mereka.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 20 Agu 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2024, 00:00 WIB
Menggunakan format 1x10 menit tiap babak dengan 5 orang setiap tim, para santri menjajal kemampuan mengolah sei kulitbundar dalam tradisi sepakbola api yang terbuat dari buah kepala penuh tapas tersebut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Menggunakan format 1x10 menit tiap babak dengan 5 orang setiap tim, para santri menjajal kemampuan mengolah sei kulitbundar dalam tradisi sepakbola api yang terbuat dari buah kepala penuh tapas tersebut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Puncak perayaan ke-79 kemerdekaan RI di Pesantren As-Sa’adah, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, digelar secara meriah dengan menggelar sepak bola api antar-santri.

“Tradisi sepak bola api ini sudah berjalan tahun ke tiga di pesantren kami yang digelar setiap HUT RI, ini salah satu tradisi unik di pesantren kami,” ujar Agus Moehammad Mabrur, salah satu pengajar Pesantren As-Sa’adah, saat dikonfirmasi, Ahad malam (18/8/2024).

Menggunakan bola api yang terbuat dari buah kelapa dengan tampas sempurna, gelaran sepak bola api para santri sengaja digelar selepas isya, atau setelah pengajian usai di lingkungan pesantren As Sa'adah Garut itu.

Di tengah ancaman jilatan api menyala yang berasal dari bola, para santri dengan menggunakan kostum sarungan khas pesantren, terlihat cekatan menggunakan skill dalam mengolah si kulit bundar. “Ayo ayo ayo,” ujar sahutan para santri yang menyaksikan pertandingan di lantai 2 pesantren.

Menurut Agus, gelaran sepak bola api merupakan tradisi khas pesantren secara turun temurun, yang kembali dihidupkan dalam tiga tahun terakhir.

“Dulu memang sering digelar, namun sempat lama menghilang, hingga dalam tiga tahun terakhir kembali dihidupkan,” ujar dia menegaskan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ritual Khusus

Menggunakan format 1x10 menit tiap babak dengan 5 orang setiap tim, para santri menjajal kemampuan mengolah sei kulitbundar dalam tradisi sepakbola api yang terbuat dari buah kepala penuh tapas tersebut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Menggunakan format 1x10 menit tiap babak dengan 5 orang setiap tim, para santri menjajal kemampuan mengolah sei kulitbundar dalam tradisi sepakbola api yang terbuat dari buah kepala penuh tapas tersebut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Sebelum pertandingan digelar, para santri yang akan mengikuti pertandingan diminta menggelar doa bersama untuk selamatan bangsa dalam rangka HUT Kemerdekaan RI, termasuk keselamatan mereka selama pertandingan sepakbola api.

“Pertandingannya kami menggunakan waktu 1x 10 menit setiap babak, dengan jumlah 5 orang santri tiap tim,” papar dia.

Akhirnya setelah pertandingan usai, selain sorak sorai kegembiran para santri yang menyaksikan pertandingan, pihak pesantren merasa terhibur dengan semangat juang dan kedekatan mereka.

“Pertandingan santri As Sa’adah dan Santri SMA As Sa’dah berjalan cukup menghibur, dan para santri terlihat ceria dengan penuh gelak tawa,” kata dia.

Agus menambahkan, selain menjaga tradisi khas pesantren, kegiatan sepakbola api diharapkan memupuk kecintaan santri dalam menjaga tradisi negeri di HUT ke-79 RI, juga mampu menjaga persatuan dan kesatuan di antara mereka.

“Sepakbola api itu bukan tradisi baru tapi sudah lama, sehingga momen HUT RI sangat dinanti buat kami untuk melestarikan tradisi itu,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya