Liputan6.com, Bandung - Baru-baru ini di media sosial muncul sebuah tren baru yang dikenal dengan sebutan “YONO” atau “You Only Need One”. Tren tersebut dikenal sebagai kebalikan dari tren YOLO atau You Only Live Once.
Melansir dari beberapa sumber tren YONO mengajak orang-orang untuk menjalani hidup dengan berpikir lebih kritis dan bijak terutama dalam membeli sesuatu harus benar-benar diperlukan.
Advertisement
Adapun tren YONO viral di antara kalangan Generasi Z atau Gen Z pada awal tahun ini dan jadi populer dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya faktor ekonomi hingga meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan.
Advertisement
Kemudian tren ini juga populer karena masyarakat mulai memperhatikan situasi dan kebutuhan saat ini setelah melalui pasang surutnya kehidupan sebelumnya terutama setelah masa pandemi COVID-19.
Kondisi ekonomi global yang tidak menentu juga jadi alasan tren YONO semakin jadi pilihan. Pasalnya ketika terjadi kenaikan harga khususnya untuk kebutuhan pokok menjadi sebuah tekanan finansial.
Maka dari itu, banyak orang memutuskan untuk mencari cara menjalani hidup lebih baik dengan memperhatikan pengeluaran yang mereka miliki. Tren ini mengajarkan sebuah prinsip untuk lebih baik memiliki satu barang saja dan tidak berlebihan.
Selain itu, fokus utama tren ini mengajarkan masyarakat untuk menjalani hidup dengan memperhatikan kebutuhan utama mereka sehingga bisa mencapai stabilitas keuangan dan mengurangi stres akibat finansial.
Lantas Apa Itu YONO dan Perbedaannya dengan YOLO?
YONO atau You Only Need One menjadi sebuah filosofi untuk menjalani kehidupan dengan fokus terhadap apa yang benar-benar dibutuhkan dalam hidup. Konsep ini tidak hanya memfokuskan terhadap gaya hidup tetapi juga berbagai aspek lainnya.
Aspek tersebut bisa berupa konsumsi sehari-hari, keuangan, hiburan, hingga pengelolaan waktu. Gaya hidup YONO mengajarkan seseorang untuk bisa bijak dan selektif dalam memilih sesuatu termasuk barang dan pengalaman mereka.
Kemudian mengajak seseorang bisa mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan yang akan mereka lakukan baik untuk diri sendiri dan lingkungan. Menerapkan konsep berpikir YONO membantu seseorang untuk tidak terjebak dari gaya hidup berlebihan.
Adapun konsep YONO dan YOLO memiliki filosofi yang sangat bertentangan mengingat konsep YOLO mengajarkan seseorang untuk menikmati hidup sepenuhnya tanpa terlalu memikirkan masa depan.
Konsep YOLO sering kali digambarkan dengan tindakan yang impulsif seperti membeli sesuatu tanpa memikirkan kebutuhannya.
Advertisement
Tren yang Mendunia
Tren YONO sendiri memiliki asal usul yang ternyata berasal dari sejumlah konsep gaya hidup lainnya. Di antaranya dari konsep minimalisme dari Jepang seperti filosofi Danshari oleh Hideko Yamashita.
Filosofi Danshari mengajarkan tentang pentingnya membuang barang yang tidak dibutuhkan untuk mencapai ketenangan batin dan ada juga metode spark joy dari Marie Kondo yang mengajarkan pentingnya memilah barang berdasarkan kebahagiaan yang diberikan.
Sementara itu, di Korea Selatan filosofi YONO juga diterapkan dalam sebuah tantangan populer bertajuk “10.000 Won Challenge” yang mengajak seseorang hanya menggunakan anggaran terbatas untuk hidup sehari-hari.
Kemudian pada momen pergantian tahun di media sosial Indonesia juga viral tentang “No Buy Challenge” sebuah tren yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi berlebihan dan mengajak masyarakat untuk tidak membeli barang non-esensial sepanjang tahun 2025.
Cara Menerapkan Konsep YONO
Menerapkan konsep YONO untuk menjalani gaya hidup bisa dilakukan dengan memahami kebutuhan utama diri sendiri. Pasalnya dengan memahami kebutuhan utama kita bisa melihat perbedaannya dengan keinginan.
Kemudian setelah bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan kita dapat memilih dengan bijak ketika memutuskan sesuatu. Misalnya ketika memberi barang atau jasa untuk mengetahui apakah hal tersebut benar-benar penting atau tidak.
Adapun konsep YONO bisa diterapkan dengan baik jika kita menerapkan pola pikir minimalis. Melalui pola pikir tersebut kita bisa memilih sesuatu berdasarkan kebutuhan, fungsi, dan kualitasnya.
Membeli sesuatu dengan kualitas tinggi bisa membuat barangnya lebih tahan lama. Kehidupan dengan konsep ini juga bisa dilakukan dengan memaksimalkan barang yang sudah dimiliki alih-alih membeli barang baru.
Advertisement