Indeks Saham Jepang Nikkei Cetak Kenaikan Terbesar Sejak 2008

Kenaikan indeks saham Nikkei ditopang dari persepsi pasar terhadap ekonomi China membaik.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Sep 2015, 18:45 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2015, 18:45 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang3
Beberapa orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks pasar saham terbesar di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/2015). Meskipun Nikkei mengalami kenaikan pada Jumat pagi, tetapi tertutupi oleh penurunan tajam di Fast Retailing Co. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Jepang dengan indeks saham Nikkei mencatatkan lonjakan tajam sejak kebangkrutan Lehman Brothers pada 2008. Kenaikan ini di tengah terjadi spekulasi aksi jual.

Indeks saham Jepang Nikkei naik 7,7 persen menjadi 18.770,51 pada penutupan perdagangan saham Rabu pekan ini. Angka itu terbesar sejak Oktober 2008. Indeks saham Topix menguat 6,4 persen menjadi 1.507,37, dan terbesar sejak Maret 2011.

Sebelumnya bursa saham Jepang sempat tertekan seiring China sengaja melemahkan mata uangnya Yuan pada bulan lalu. Bursa saham Shanghai pun mengalami tekanan.

"Aksi jual di bursa saham Jepang telah berlebihan di tengah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi China. Reli bursa saham terjadi hari ini dapat dipertahankan setelah persepsi pasar terhadap ekonomi China membaik, " ujar Khiem Do, Kepala Strategi Baring Asset Management seperti dikutip dari laman Bloomberg, Rabu (9/9/2015).

Berdasarkan indeks Topix, sekitar 33 industri menguat dengan sektor saham produsen obat dan asuransi memimpin penguatan. Dari sekitar 1.887 perusahaan yang tercatat, hanya ada 14 saham melemah. Angka ini paling sedikit sedikit sejak Januari 1999. Sementara itu, Yen diperdagangkan di level US$ 120,44, dengan kecenderungan melemah.

Sementara itu, Yoshihisa Okamoto, Kepala Riset Mizuho Asset Management mengatakan, bursa saham Jepang mendapatkan dorongan positif setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berjanji menurunkan tarif pajak penghasilan badan setidaknya 3,3 persen pada tahun depan. (Ahm/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya