Liputan6.com, Sydney - Saham-saham di kawasan Asia (bursa Asia) bergerak ragu-ragu pada awal perdagangan Rabu pekan ini. Penyebabnya adalah kekhawatiran pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS).
Mengutip Reuters, Rabu (2/12/2015), Indeks Nikkei Jepang melemah 0,2 persen. Indeks Saham Australia turun 0,5 persen. Hal yang sama juga terjadi dengan Indeks Kospi Korea Selatan yang jatuh 0,3 persen. Sedangkan Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang tak banyak bergerak.
Baca Juga
Data manufaktur yang dikeluarkan oleh otoritas di AS menunjukkan bahwa sektor tersebut mengalami kontraksi pada November lalu dan merupakan level terlemah sejak Juni 2009. Realisasi data manufaktur untuk November kemarin tercatat di 48,6, sedangkan ekspektasi analis dan pelaku pasar di level 50,5.
Sementara data belanja kontruksi di AS mengalami kenaikan pada Oktober kemarin dan berada di level tertinggi sejak Desember 2007.
Data yang beragam tersebut membuat pelaku pasar bertanya-tanya mengenai realisasi pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat yang akan berdampak kepada rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.
"Penurunan data manufaktur tersebut terkait langsung dengan penguatan dolar AS yang cukup tinggi dalam beberapa pekan terakhir. Hal tersebut membuat investor bertanya-tanya mengenai rencana the Fed ke depan," jelas Managing Director of FX Strategy BKX Asset Management, Kathy Lien.
Ia melanjutkan, saat ini pelaku pasar hanya bisa menanti keputusan dari Bank Sentral AS dan kemungkinan besar nilai tukar dolar AS akan terus menguat.
Ke depan, selain keputusan dari the Fed, rencana kebijakan moneter dari beberapa bank sentral juga akan menarik perhatian dari pelaku pasar.Â