Kino Indonesia Siap Melantai di Bursa

Dalam laporan keuangan Kino Indonesia 30 Juni 2015 tercatat aset perseroan Rp 2,2 triliun.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 11 Des 2015, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Des 2015, 08:00 WIB
20151117-Pasar-Modal-Jakarta-AY
Peserta memantau monitor bursa saham pasar modal di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Hal ini sejalan dengan salah satu inisiatif pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni menambah jumlah investor pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kino Indonesia Tbk, produsen barang-barang konsumsi terintegrasi siap menjadi emiten ke-18 pada tahun ini. Perseroan dicatatkan pada papan pengembangan dengan kode saham KINO.

Mengutip keterbukaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (11/12/2015), perseroan akan melepas saham perdana atau initial public offering (IPO) sebanyak 228,5 juta saham. Saham pendiri yang dicatatkan sebanyak 1,2 miliar saham. Jadi, total saham yang tercatat sebanyak 1,4 miliar saham.

Harga penawaran saham sebesar Rp 3.800 per saham dengan nominal Rp 100. Dari aksi korporasi tersebut, perseroan meraup dana segar sekitar Rp 868,5 miliar. Sementara, kapitalisasi pasar yang tercipta mencapai Rp 5,4 triliun.

Dana hasil IPO rencanya akan digunakan sebanyak 27 persen untuk akuisisi merek dan atau pembelian aset. Kemudian sebanyak 50 persen untuk belanja modal mendukung pertumbuhan organik. Sisanya 23 persen untuk modal kerja perusahaan atau anak perusahaan.


Dalam laporan keuangan Kino Indonesia 30 Juni 2015 tercatat aset perseroan Rp 2,2 triliun. Total liabilitas mencapai Rp 1,3 triliun dan ekuitas sebesar Rp 827,8 miliar. Perseroan mencatatkan pendapatan sebanyak Rp 1,7 triliun. Kemudian pendapatan kotor sebanyak Rp 734 miliar.

Porsi kepemilikan Kino Indonesia setelah IPO dan Employe Stock Allocation (ESA) menjadi PT Kino Investindo sebanyak 73,5 persen; Harry Sanusi 10,5 persen; publik 16 persen; dan ESA 0,002 persen.

Kemarin, dua perusahaan juga mencatatkan saham perdana di bursa Indonesia. Perusahaan tersebut adalah PT Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk (AMIN) dan PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (IDPR).

Ateliers Mecaniques D'Indonesie bergerak di manufaktur dan asembel. Perusahaan tersebut menawarkan sekitar 240 juta saham dengan nilai nominal Rp 100. Jumlah saham pendiri yang dicatatkan mencapai 840 juta saham sehingga total saham yang dicatatkan 1,08 miliar saham.

Harga penawaran saham perdana Rp 128 per saham. Pada debut perdananya, saham perseroan berada pada level 147 per saham atau naik 19 poin.

Dengan aksi korporasi ini, perseroan meraup dana sekitar Rp 30,72 miliar. Dana hasil IPO rencananya digunakan untuk pembayaran utang mencapai 68 persen dan modal kerja sebanyak 32 persen.

Sementara Indonesia Pondasi Raya bergerak di bidang konstruksi dengan saham yang dilepas 303 juta saham ke publik dengan nilai nominal Rp 100. Total saham yang dicatatkan mencapai 2 miliar saham dengan saham IPO sebesar 303 juta saham dan perusahaan pendiri 1,7 miliar saham.

Harga saham perdana yang ditawarkan sebesar Rp 1.280 per saham. Di debut perdananya, saham perseroan berada pada level 1.650 per saham atau naik 370 poin.

Total dana yang diraup dari aksi tersebut sekitar Rp 387,84 miliar. Hasil dana penawaran saham perdana antara lain untuk pembelian aset mencapai 40,5 persen, investasi sebesar 10,8 persen, pembelian lahan sebesar 23,8 persen dan modal kerja sebesar 24,9 persen.

Pemegang saham perseroan usai dan employee stock allocation (ESA) antara lain Manuel Djunako sebear 83,17 persen, Hanah Tandean sebesar 1,7 persen, publik 15,07 persen, dan ESA sebesar 0,05 persen. (Amd/Gdn)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya