Liputan6.com, Jakarta - PT Freeport Indonesia telah menawarkan saham ke pemerintah Indonesia. Saham yang ditawarkan sebesar 10,64 persen dengan nilai US$ 1,7 miliar. Sejumlah pengamat menilai harga saham yang ditawarkan oleh PT Freeport Indonesia mahal. Namun hal berbeda diungkapkan oleh Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio.
Tito bercerita, saat ini banyak perusahaan telah melantai di bursa mempunyai kapitalisasi pasar yang lebih besar dari aset yang dimiliki. Menurut Tito, jika dihitung dari harga saham 10,64 persen yang dibanderol, maka kapitalisasi pasar Freeport sekitar US$ 17 miliar.
"Bursa tidak bisa bilang itu kemahalan atau kemurahan. Tapi saya pribadi kalau mendengar apa kata-kata pak Rizal Ramli, Freeport itu terbesar di dunia. Banyak perusahaan Indonesia yang kapitalisasi pasarnya lebih besar dari aset," ujarnya di Jakarta, Senin (18/1/2016).
Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menilai harga saham yang ditawarkan PT Freeport Indonesia sebesar 10,64 persen senilai US$ 1,7 miliar mahal.
Baca Juga
"Mesti hati-hati karena harga yang ditawarkan itu kemahalan. Seperti diketahui, harga saham Freeport Internasional induknya berapa tahun lalu pernah US$ 60 per saham, turun US$ 30 per lembar. Kemudian merosot jadi US$ 15 usai Freeport salah investasi di Teluk Meksiko," kata Rizal.
Sementara itu, Direktur Center for Indonesian Resources Strategic (CIRUS) Budi Santoso menuturkan, harga penawaran Freeport tersebut terlalu mahal jika dibandingkan dengan kinerja keuangan yang telah dicatatkan oleh Freeport dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan perhitungan Budi, jika laba bersih PT Freeport Indonesia dalam lima tahun ke depan sama dengan laba bersih yang dibukukan pada 2014 tercatat US$ 500 juta maka total laba mencapai US$ 2,5 miliar.
Bila didasarkan pada hitungan bersih tercatat US$ 784 juta pada 2013 maka akumulasi laba bersih perusahaan dalam lima tahun ke depan hanya US$ 3,92 miliar. Bila ditambahkan aset yang dimiliki Freeport US$ 9,1 miliar sehingga totalnya menjadi US$ 13 miliar. Sedangkan total nilai saham PT Freeport Indonesia secara keseluruhan US$ 16,2 miliar.
"Kalau ditambah US$ 13 miliar. Artinya US$ 16,2 miliar itu kebesaran," kata Budi saat dihubungi Liputan6.com.
Ia mengatakan, produksi PT Freeport Indonesia juga akan turun dalam lima tahun ke depan. Ditambah harga komoditas juga merosot. Ini juga perlu jadi pertimbangan untuk menilai berdasarkan valuasinya.
Budi mengingatkan pemerintah untuk bijak mengambil divestasi tersebut. Ia menuturkan, pemerintah juga dapat mempertimbangkan opsi untuk tidak memperpanjang kontrak usai 2021.
"Kalau tidak diperpanjang 100 persen punya pemerintah. Bila harus ganti aset pelabuhan, pabrik senilai US$ 5 miliar tetapi sudah 100 persen punya pemerintah, untuk apa mengeluarkan US$ 1,7 miliar," kata dia. (Dny/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6