Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini. Tekanan bursa saham regional berimbas ke IHSG.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (2/5/2016), IHSG melemah 34,81 poin atau 0,72 persen ke level 4.803,77. Indeks saham LQ45 susut 0,85 persen ke level 825,39. Seluruh indeks saham acuan tertekan pada Senin pekan ini.
Baca Juga
Ada sebanyak 179 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 109 saham menghijau sehingga menahan pelemahan IHSG dan 76 saham lainnya diam di tempat.
Advertisement
Â
Baca Juga
Pada sesi pertama di awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 4.835,52 dan terendah 4.770,55. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 110.644 kali dengan volume perdagangan saham 2,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,3 triliun.
Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.150. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 268 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 200 miliar.
Secara sektoral, 10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham infrastruktur melemah 2,28 persen, dan membukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar susut 1,7 persen dan sektor saham tambang melemah 1,04 persen.
Saham-saham yang menggerakkan indeks saham dan mencatatkan penguatan antara lain saham MCOR naik 7,69 persen ke level harga Rp 280 per saham, saham TELE mendaki 4,38 persen ke level Rp 715 per saham, dan saham ASGR menguat 1,01 persen ke level Rp 2.000 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham SMRA melemah 4,79 persen ke level Rp 1.490 per saham, saham TBLA susut 1,6 persen ke level Rp 615 per saham, dan saham TRIL melemah 5,66 persen ke level Rp 50 per saham.
Bursa saham Asia juga cenderung tertekan. Indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,72 persen ke level 1.979,84, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 3,3 persen ke level 16.109. Sedangkan bursa saham Hong Kong, Shanghai, Singapura dan Taiwan libur.
Selain itu, rilis deflasi April juga belum mampu mendongkrak IHSG. BPS mencatat deflasi Aprik sekitar 0,45 persen.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto menuturkan tekanan IHSG terjadi lantaran ada aksi jual di saham kapitalisasi besar. Selain itu juga ada tekanan dari bursa saham regional. Kalau ada perubahan fraksi harga saham belum terlalu mempengaruhi pasar saham. "Ini belum karena masih hari pertama," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/Ndw)