33 Provinsi Cetak Inflasi di November 2024, Papua Tembus 1,41%

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara bulanan sebesar 0,30 persen pada November 2024. Secara sebaran wilayah, inflasi juga terjadi di 33 provinsi, dengan Papua sebagai yang tertinggi.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 02 Des 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 02 Des 2024, 12:30 WIB
BI Prediksi Inflasi Oktober Capai 0,05 Persen
Pedagang beraktivitas di salah satu pasar tradisional di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan dampak penyesuaian harga BBM terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah yang tidak sebesar prakiraan awal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara bulanan sebesar 0,30 persen pada November 2024. Secara sebaran wilayah, inflasi juga terjadi di 33 provinsi, dengan Papua sebagai yang tertinggi.

Plt Kepala BPS Amalai Adininggar Widyasanti mengatakan, di luar 33 provinsi tersebut, sebanyak 5 provinsi lainnya justru mengalami deflasi pada November 2024.

"Inflasi tertinggi terjadi di Papua, yaitu sebesar 1,41 persen. Sementara deflasi terdalam terjadi di Provinsi Sulawesi Barat, yang sebesar 0,17 persen," jelas Amalia, Senin (2/12/2024).

Lebih lanjut, Amalia menyebut 8 dari 10 komoditas utama penyumbang inflasi pada November 2024 berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Secara porsi, empat komoditas memberikan andil tertinggi terhadap inflasi, antara lain bawang merah, tomat, daging ayam ras, dan minyak goreng.

Harga Bawang Merah

Bawang merah dan tomat berkontribusi terhadap inflasi November 2024 sebesar 0,10 persen. Sementara daging ayam ras dan minyak goreng memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen.

Jika dilihat kenaikan harganya pada masing-masing komoditas, bawang merah dan tomat mengalami lonjakan di atas 10 persen pada November 2024 lalu.

"Pada November 2024, bawang merah mengalami inflasi sebesar 24,87 persen, tomat mengalami inflasi 58,88 persen, daging ayam ras mengalami inflasi 2,03 persen, dan minyak goreng mengalami inflasi 2,17 persen," terang Amalia.

Harga Beras Alami Deflasi 0,45% di November 2024

FOTO: Kenaikan Sejumlah Bahan Pokok Picu Laju Inflasi
Pembeli memilih sayuran saat berbelanja di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, harga beras mengalami penurunan atau deflasi sebesar 0,45 persen pada November 2024.

"Komoditas beras mengalami deflasi sebesar 0,45 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen pada November 2024," jelas Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Senin (2/12/2024).

Adapun deflasi harga beras ini terjadi serentak di 26 provinsi. Dengan penurunan terdalam terjadi di Papua Pegunungan, yang mengalami deflasi beras hingga sebesar 4,64 persen.

Sementara inflasi beras masih terjadi di 8 provinsi, dengan inflasi tertinggi berada di Jambi sebesar 1,17 persen.

Jika dilihat dalam tiga tahun terakhir, harga beras memasuki periode November memang kerap mengalami penurunan dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Namun, deflasi beras baru tercatat pada November 2024 ini. Sebelumnya, komoditas beras masih mengalami inflasi 0,37 persen pada November 2022, dan sebesar 0,43 persen di November 2023.

"Secara historis tekanan inflasi komoditas beras di bulan November menunjukan penurunan dibandingkan dengan kondisi Oktober. Hal ini terjadi pada 3 tahun terakhir, 2022-2024," turut Amalia.

 

Inflasi November 2024 Sentuh 0,30%, Ini Pendorongnya

Inflasi Ekonomi Indonesia
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan tren penurunan inflasi ini menunjukan stabilitas harga komoditas pangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya kenaikan inflasi November 2024 menjadi sebesar 0,30 persen secara bulanan. Angka itu lebih besar dibanding inflasi bulanan pada Oktober 2024 sebesar 0,26 persen. 

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, inflasi November 2024 terjadi karena adanya kenaikan indeks harga konsumen (IHK), dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 106,3 pada November 2024. 

"Secara year on year, terjadi inflasi sekitar 1,55 persen. Secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 1,12 persen," ujar Amalia, Senin (2/12/2024).

Meskipun inflasi bulanan pada November 2024 ini lebih tinggi dibandingkan Oktober 2024, tetapi masih lebih rendah secara tahunan (year on year) jika dibandingkan pada November 2023. 

Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar antara lain, makanan, minuman dan tembakau, dengan inflasi sebesar 0,78 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,22 persen. 

"Komoditas yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah bawang merah dan tomat, yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,10 persen," imbuh Amalia.

Sementara terdapat komoditas lain yang memberikan andil inflasi. Antara lain, emas perhiasan dengan andil 0,04 persen, dating ayan ras dan minyak goreng, dengan andil inflasi 0,03 persen. 

"Bawang putih, ikan segar, sigaret kretek mesin, tarif angkutan udara, dan kopi bubuk memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen," tutur Amalia. 

 

 

Inflasi November 2024 Diprediksi Naik karena Permintaan Musiman

Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi pada Senin pagi ini. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan tingkat inflasi tetap berada di bawah 2% hingga akhir 2024. Khusus untuk November 2024, inflasi bulanan diperkirakan 0,30% 

Josua meramal inflasi 2024 berkisar antara 1,7-2,0%, dibandingkan dengan 2,81% di tahun 2023, yang mencerminkan lingkungan inflasi yang lebih terkendali.

Angka inflasi yang lebih rendah ini dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk mempertimbangkan penurunan BI-Rate, terutama jika diselaraskan dengan potensi penurunan suku bunga The Fed.

“Kami memperkirakan inflasi akan tetap berada di bawah dua persen pada akhir 2024, dengan proyeksi kenaikan menjadi sekitar tiga persen pada tahun 2025,” kata Josua dikutip dari Antara, Senin (2/12/2024).

Prakiraan ini didasarkan pada adanya beberapa faktor. Faktor tekanan harga energi global, yang didorong oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan kawasan Euro menjadi salah satunya, dengan adanya kemungkinan bakal diimbangi oleh potensi penurunan permintaan global.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya