BI Diminta Tahan Suku Bunga Acuan di 6%, Simak Alasannya

Ekonom menyarankan agar Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 6,00% pada November 2024.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Nov 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2024, 10:30 WIB
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu, 20 November 2024. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu, 20 November 2024. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

Liputan6.com, Jakarta Teuku Riefky, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, menyarankan agar Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,00% pada November 2024. Saran tersebut didasarkan pada depresiasi Rupiah belakangan ini dan tidak adanya risiko inflasi yang mendesak.

"Kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan BI Rate pada level 6,00% pada pertemuan mendatang untuk memastikan bahwa penyesuaian di masa mendatang dilakukan secara strategis dan tepat waktu guna mengatasi inflasi dan menjaga stabilitas harga," ujar Teuku Riefky dalam laporan Analisis Makroekonomi Rapat Dewan Gubernur BI November 2024, Rabu (20/11/2024).

Inflasi dan Dinamika Kebijakan Domestik

Teuku menjelaskan bahwa pemotongan suku bunga saat ini belum mendesak. Menahan suku bunga di level sekarang akan memberikan ruang lebih untuk menurunkan suku bunga di masa mendatang jika diperlukan.

Inflasi umum tercatat turun menjadi 1,71% yoy pada Oktober 2024, level terendah sejak November 2021. Penurunan ini sebagian besar dipengaruhi oleh:

  • Kelompok harga yang diatur pemerintah.Harga pangan bergejolak, yang mencerminkan dampak langkah kebijakan pemerintah seperti distribusi pangan, penyesuaian harga bahan bakar, dan transportasi udara.
  • Naiknya pasokan pangan serta musim rendah permintaan transportasi yang menekan tarif angkutan.
  • Kelompok makanan, minuman, dan tembakau melanjutkan tren penurunan harga sejak Maret 2024, mencapai 2,35% yoy pada Oktober 2024, dibandingkan 2,57% yoy pada September 2024.

Sektor transportasi mencatat sedikit deflasi sebesar 0,08% yoy di Oktober 2024, pertama kalinya sejak Januari 2021, turun dari 0,92% yoy pada September 2024. Sektor informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tetap pada tingkat deflasi 0,28% yoy untuk Oktober dan September 2024.

 

Tekanan Eksternal dan Stabilitas Rupiah

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)

Rupiah melemah menjadi Rp15.770 per USD pada pertengahan November 2024 akibat arus modal keluar, yang dipicu oleh ketegangan geopolitik dan ketidakpastian terkait Pemilu AS.

Teuku menambahkan bahwa perekonomian November dipengaruhi oleh kombinasi faktor domestik dan global. Di dalam negeri, inflasi tetap dalam kisaran target Bank Indonesia, meskipun terdapat tren deflasi pada beberapa komponen. Dinamika perdagangan juga menunjukkan ketahanan meskipun surplus perdagangan menyempit.

Di sisi global, ketidakpastian akibat Pemilu AS dan meningkatnya tensi geopolitik terus memberikan tekanan pada arus modal, memengaruhi stabilitas nilai tukar Rupiah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya