Tak Seirama dengan Wall Street, Bursa Asia Bergerak Mendatar

Indeks Nikkei Jepang turun ke 19.368,96. Sedangkan Indeks Kospi Korea Selatan hanya mampu menguat tipis 0,02 persen ke 2.102,55.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Feb 2017, 08:45 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2017, 08:45 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak mendatar pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Gerak bursa Asia ini tak seirama dengan Wall Street yang mampu mencetak rekor tertinggi.

Mengutip CNBC, Rabu (22/2/2017), Indeks Nikkei Jepang turun ke 19.368,96. Sedangkan Indeks Kospi Korea Selatan hanya mampu menguat tipis 0,02 persen ke 2.102,55. Di Australia, indeks acuan ASX 200 tertekan 10,15 persen.

Pelemahan bursa saham di Australia tersebut dipicu oleh pelemahan saham-saham industri keuangan terutama saham Commonwealth Bank of Australia yang jatuh 2,82 persen.

Selain itu, pelemahan bursa di Asutralia tersebut juga dipicu jatuhnya saham perusahaan pembuat multivitamin Blackmores juga turun 7,8 persen setelah perusahaan melaporkan bahwa laba bersih jatuh hingga 4 persen menjadi 28,5 juta dolar Australia.

Sesi pertama perdagangan bursa Asia ini tak seirama dengan bursa AS yang mampu menguat dipicu optimisme kebijakan Presiden AS Donald Trump. "Sebagai saudara tua, pasar saham AS seharusnya menjadi sentimen di Asia tetapi kali ini tidak," jelas analis CMC Markets, Ric Spooner.

Pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 118,95 poin atau 0,58 persen ke level 20.743. Indeks S&P 500 naik 14,22 poin atau 0,60 persen ke angka 2.365,38. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 27,37 poin atau 0,47 persen ke level 5.865,95.

Laporan keuangan Wal-Mart dan Home Depot menunjukkan hasil yang memuaskan dan di atas perkiraan pada analis. Pendapatan kedua emiten di sektor ritel tersebut cukup tinggi sehingga mendorong kepercayaan pelaku pasar dan membantu Wall Street untuk kembali mencetak rekor tertinggi.

Dalam beberapa pekan terakhir Wall Street memang terus mencetak rekor terdorong optimisme pelaku pasar akan ekonomi AS. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya