Liputan6.com, Jakarta - PT Henan Putihrai Sekuritas bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meluncurkan Program Shadaqah dan Zakat Saham Nasabah (Sazadah) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (13/11/2017).
Dengan program ini, investor baik syariah dan konvensional dapat investasi sekaligus berbagi melalui sedekah dan zakat saham. Direktur Henan Putihrai Sekuritas Ferry Sudjono mengatakan, program ini untuk memperkenalkan variasi donasi. Serta, sebagai langkah untuk mendukung pasar modal syariah.
"Peluncuran program ini merupakan kelanjutan dari komitmen Henan Putihrai Sekuritas dalam memperkenalkan variasi sarana donasi, meningkatkan kesadaran berinvestasi dan berbagi serta tak kalah penting mendukung program pasar modal syariah," kata dia di BEI Jakarta, Senin (13/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dia menuturkan, setiap investor bisa berpartisipasi program ini. Syaratnya, investor terdaftar sebagai nasabah Henan Putihrai Sekuritas.
"Siapapun dapat berpartisipasi dalam program Sazadah, investor retail, lembaga institusi, organisasi kemasyarakatan, selama mereka terdaftar sebagai nasabah pemegang rekening Henan Putihrai Sekuritas dan bertransaksi dalam bentuk saham melalui Henan Putihrai Sekuritas," jelas dia.
Sementara itu, Ketua Baznas Bambang Sudibyo mengatakan, sedekah atau zakat yang diserahkan dalam program ini berupa saham itu sendiri.
"Ya mereka menyerahkan sahamnya ke Baznas, yang dikoordinir Henan Putihrai," kata dia.
Dia berharap, program ini dapat menopang penghimpunan zakat dan sedekah. Meski begitu, pihaknya belum bisa memproyeksi jumlah dana yang dihimpun. "Ya harapannya begitu, zakat, saham termasuk kekayaan yang menjadi objek zakat," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bursa Efek Syariah Akan Berlokasi di Kota Ini
Sebelumnya Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji pendirian bursa efek syariah di Indonesia. Bukan di Jakarta, Pasar Saham Syariah ini rencananya berdiri di Surabaya, Jawa Timur.
Direktur BEI Tito Sulistio mengatakan, selama ini 70 persen broker saham berada di Jakarta. "Padahal di wilayah lain juga besar market-nya. Jadi dengan wilayah beda investor bisa bertambah," ujar dia di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu 29 Oktober 2017.
Tito mengaku selama ini berbagai hal seperti sarana sudah terbentuk, bila pasar saham ini beroperasi di Surabaya. Seperti diketahui, beberapa tahun lalu Bursa Efek Surabaya pernah berdiri di Jawa Timur sebelum melebur dengan BEI. Sebab itu Tito mengatakan hanya akan menyempurnakan sarana yang sudah ada.
Dia mengaku, meski tak memasang target khusus namun diharapkan bursa syariah ini bisa segera beroperasi. "Secara teori, sembilan bulan juga bisa jalan," cetus dia.
Tito mengaku, pendirian bursa syariah ini merupakan usulan pengusaha yang disampaikan Ketua Kadin Rosan P Roeslani. "RI bisa jadi hub syariah, hub produk halal dunia, dan kami ingin promotori syariah stock exchange di Indonesia," ujar dia.
Dia berharap, dengan keberadaan pasar modal syariah, maka hambatan dalam pengembangan industri keuangan syariah bisa lebih mudah, terutama dalam proses yang saat ini belum 100 persen syariah.
"Kita selalu bicara produk, masalahnya sebenarnya bukan itu. Tapi prosesnya (yang jadi masalah). Kita punya produk syariah, tapi prosesnya belum syariah," tutur dia.
Dia mengaku sudah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak tapi yang terutama dari market atau pasar sebagai penentu berjalannya bursa syariah.
Untuk mendukung rencana ini, BEI menggandeng Dubai Financial Market (DFM). Sebagai sesama negara Muslim, kerja sama antar negara dinilai bisa menjadi peluang untuk memperbesar pasar keuangan syariah di dunia.
Advertisement