Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat selama sepekan. Bahkan IHSG sempat sentuh rekor tertinggi baru.
Mengutip laporan PT Ashmore Asset Management Indonesia, Sabtu (16/12/2017), IHSG naik 1,4 persen dari posisi 6.040 pada 8 Desember 2017 menjadi 6.119 pada 15 Desember 2017. Level 6.119 merupakan level tertinggu baru sepanjang masa.
Penguatan IHSG tersebut didorong kenaikan saham unggulan yang masuk indeks LQ45. Saham unggulan naik 1,21 persen secara mingguan. Akan tetapi, penguatan itu dinilai lebih rendah dari IHSG. Penguatan didorong sektor saham bank hanya naik 0,2 persen. Investor asing pun masih melakukan aksi jual mencapai US$ 124 juta di pasar saham.
Advertisement
Baca Juga
Di pasar obligasi atau surat utang, indeks obligasi naik 0,3 persen secara mingguan. Imbal hasil surat utang negara bertenor 10 tahun berada di kisaran 6,49 persen. Investor asing masih melakukan aksi beli di surat utang US$ 4,5 juta.
Ada sejumlah faktor pengaruhi pergerakan pasar keuangan termasuk IHSG selama sepekan. Pertama, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akhirnya menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) dari 1,25 persen menjadi 1,5 persen.
Kenaikan itu juga menunjukkan bank sentral yakin terhadap pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan tingkat pengangguran berada di level rendah, dan diharapkan berlanjut pada 2018. Kenaikan suku bunga acuan itu tidak mengejutkan pasar.
Bank sentral AS diperkirakan kembali menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi naik menjadi 2,5 persen.
Kedua, kongres dan senat juga sepakat terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) reformasi pajak. Senat dan kongres sepakat pajak korporasi turun dari 35 persen menjadi 21 persen.
Ketiga, setelah bank sentral AS mengetatkan kebijakan moneternya, Bank Sentral China juga meningkatkan suku bunga untuk fasilitas pinjaman satu tahun sekitar lima basis poin. Bank sentral China juga mendongkrak bunga reverse repurchase agreement untuk lima hari dan 28 hari. Keempat, penerimaan pajak mencapai Rp 988 triliun hingga November 2017. Sementara itu, pendapatan non pajak mencapai Rp 244,3 triliun.
Kelima, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau 7 day reverse repo rate di posisi 4,25 persen. BI juga perkirakan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen pada 2017. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,1 persen-5,5 persen pada 2018. BI menekankan kalau pemulihan konsumsi rumah tangga masih terbatas. Adapun pertumbuhan ekonomi itu didorong ekonomi global, penguatan harga komoditas dan belanja infrastruktur.
Lalu apa yang disorot sepanjang 2017?
Ashmore melihat pasar saham Indonesia dan obligasi cukup baik sepanjang 2017. Kinerja saham mencapai 15,5 persen secara year to date (Ytd) dan obligasi imbal hasilnya tumbuh 16,4 persen.
Apa saja yang sudah dicapai pada 2017? Ashmore menekankan kalau tim nya perkirakan target IHSG 6.100 pada awal 2017, dan akhirnya itu tercapai. Pertumbuhan IHSG itu berdasarkan earning per share atau laba per saham 14,7 persen.
Kedua, lembaga pemeringkat internasional S&P 500 akhirnya menaikkan peringkat investasi Indonesia menjadi layak investasi pada Mei 2017. Ketiga, BI pun menurunkan suku bunga pada Agustus 2017.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Lagi
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya belum berhenti cetak rekor baru lagi. Usai bergerak di zona merah, IHSG berbalik arah ke zona hijau.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat 15 Desember 2017, IHSG naik tipis 5,7 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.119,41. Level IHSG itu tertinggi sepanjang masa. Indeks saham LQ45 melemah 0,26 persen ke posisi 1.030,10. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.
Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.119,41 dan terendah 6.075,88. Ada sebanyak 157 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 178 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 117 saham lainnya diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham 292.370 kali dengan volume perdagangan saham 21,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,2 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 666,34 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.567.
Secara sektoral sebagian besar menguat. Sektor saham barang konsumsi naik 0,92 persen dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi mendaki 0,71 persen dan sektor saham manufaktur mendaki 0,45 persen.
Transaksi saham capai Rp 10,2 triliun lantaran ada transaksi saham PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) mencapai Rp 1,5 triliun di pasar negosiasi. Demikian juga transaksi saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) mencapai Rp 1,5 triliun. Di pasar negosiasi, saham BSIM ditransaksikan sebanyak 9 kali dengan harga Rp 880 per saham dan saham SMMA sebanyak satu kali dengan harga Rp 8.000 per saham.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DWGL naik 24,68 persen ke posisi Rp 394 per saham, saham APLN melonjak 6,93 persen ke posisi Rp 216 per saham, dan saham SRIL melonjak 5,65 persen ke posisi Rp 374 per saham.
Sedangkan saham-saham catatkan penurunan menjelang akhir pekan antara lain saham BUMI tergelincir 5,15 persen ke posisi Rp 258, saham DOID susut 3,87 persen ke posisi Rp 745, dan saham JSMR merosot 3,53 persen ke posisi Rp 6.150 per saham.
Sebagian besar bursa Asia tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,09 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,62 persen, indeks saham Shanghai tergelincir 0,80 persen, indeks saham Singapura susut 0,48 persen, indeks saham Taiwan turun 0,44 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan naik 0,51 persen.
"Perjuangan IHSG meraih level tertinggi sepanjang masa ditambah window dressing," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, saham emiten unggulan juga mulai menguat lantaran genjot kinerja menjelang akhir tahun. Hal itu berdampak ke IHSG menjelang akhir pekan ini.
Advertisement