Transaksi Saham Rp 10 Triliun, IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik tipis 5,7 poin ke posisi 6.119 pada Jumat pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Des 2017, 16:18 WIB
Diterbitkan 15 Des 2017, 16:18 WIB
20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Pengunjung melintas di dekat monitor perkembangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin dibuka melemah sebesar 12,76 poin. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya belum berhenti cetak rekor baru lagi. Usai bergerak di zona merah, IHSG berbalik arah ke zona hijau.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (15/12/2017), IHSG naik tipis 5,7 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.119,41. Level IHSG itu tertinggi sepanjang masa. Indeks saham LQ45 melemah 0,26 persen ke posisi 1.030,10. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.

Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.119,41 dan terendah 6.075,88. Ada sebanyak 157 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 178 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 117 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 292.370 kali dengan volume perdagangan saham 21,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,2 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 666,34 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.567.

Secara sektoral sebagian besar menguat. Sektor saham barang konsumsi naik 0,92 persen dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi mendaki 0,71 persen dan sektor saham manufaktur mendaki 0,45 persen.

Transaksi saham capai Rp 10,2 triliun lantaran ada transaksi saham PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) mencapai Rp 1,5 triliun di pasar negosiasi. Demikian juga transaksi saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) mencapai Rp 1,5 triliun. Di pasar negosiasi, saham BSIM ditransaksikan sebanyak 9 kali dengan harga Rp 880 per saham dan saham SMMA sebanyak satu kali dengan harga Rp 8.000 per saham.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DWGL naik 24,68 persen ke posisi Rp 394 per saham, saham APLN melonjak 6,93 persen ke posisi Rp 216 per saham, dan saham SRIL melonjak 5,65 persen ke posisi Rp 374 per saham.

Sedangkan saham-saham catatkan penurunan menjelang akhir pekan antara lain saham BUMI tergelincir 5,15 persen ke posisi Rp 258, saham DOID susut 3,87 persen ke posisi Rp 745, dan saham JSMR merosot 3,53 persen ke posisi Rp 6.150 per saham.

Sebagian besar bursa Asia tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,09 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,62 persen, indeks saham Shanghai tergelincir 0,80 persen, indeks saham Singapura susut 0,48 persen, indeks saham Taiwan turun 0,44 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan naik 0,51 persen.

"Perjuangan IHSG meraih level tertinggi sepanjang masa ditambah window dressing," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, saham emiten unggulan juga mulai menguat lantaran genjot kinerja menjelang akhir tahun. Hal itu berdampak ke IHSG menjelang akhir pekan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

IHSG Melemah 28 Poin di Sesi Pertama

20151127-Penutupan-IHSG-Jakarta-AY
Pekerja saat melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 36,50 poin atau 0,8 persen ke 4.560,56. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada sesi pertama perdagangan saham menjelang akhir pekan ini. IHSG melemah usai berada di level tertinggi sepanjang masa.

Pada penutupan sesi pertama, Jumat 15 Desember 2017, IHSG turun 28,52 poin atau 0,47 persen ke posisi 6.085,12. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,72 persen ke posisi 1.025. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Ada sebanyak 171 saham melemah sehingga menekan IHSG. 141 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. 99 saham diam di tempat.

Pada jelang akhir pekan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.107,15 dan terendah 6.075,88. Total frekuensi perdagangan saham 152.210 kali dengan volume perdagangan saham 13,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.566. Investor asing melakukan aksi jual Rp 408,9 miliar di seluruh pasar.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham konstruksi naik 0,33 persen. Sektor saham infrastruktur melemah 1,04 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham industri merosot 0,78 persen dan sektor saham aneka industri merosot 0,67 persen.

Saham-saham catatkan top gainers pada sesi pertama antara lain saham DWGL naik 20,25 persen ke posisi Rp 380 per saham, saham APLN melonjak 7,92 persen ke posisi Rp 218 per saham, dan saham BCIP menguat 7,69 persen ke posisi Rp 140 per saham.

Saham-saham yang tertekan antara lain saham FINN melemah 4,72 persen ke posisi Rp 121 per saham, saham INKP turun 3,37 persen ke posisi Rp 5.025 per saham, dan saham BRMS merosot 2,9 persen ke posisi Rp 67.

Bursa Asia sebagian besar tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,07 persen, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,13 persen, indeks saham Shanghai tergelincir 0,55 persen, indeks saham Singapura merosot 0,47 persen, dan indeks saham Taiwan susut 0,69 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,60 persen.

IHSG melemah ini di tengah rilis data ekonomi neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada November 2017 surplus sebesar US$ 130 juta. Sedangkan secara kumulatif sepanjang Januari-November 2017 mencetak surplus US$ 12,02 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada bulan kesebelas ini tercatat sebesar US$ 15,28 miliar atau naik 0,26 persen dibanding realisasi Oktober 2017.

Dibanding November 2016 yang sebesar US$ 13,50 miliar, nilai ekspor di November 2017 ini naik 13,18‎ persen.

Angka ini lebih tinggi dibanding realisasi impor yang sebesar US$ 15,15 miliar atau naik 6,42 persen dibanding realisasi bulan sebelumnya.

Dibanding realisasi November tahun lalu yang sebesar US$ 12,67 miliar, nilai impor di bulan kesebelas ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 19,62 persen.

"Jadi neraca perdagangan di November surplus US$ 130 juta. Surplusnya tipis sekali," ujar Kecuk saat Rilis Neraca Perdagangan November di kantornya, Jakarta, Jumat pekan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya