Bursa Saham New York Jadi Pasar IPO Terbesar pada 2017

Bursa saham New York mampu menarik lebih banyak pendanaan lewat penawaran saham perdana atau IPO dengan perolehan dana US$ 33 miliar.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Jan 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2018, 14:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham New York mampu menarik lebih banyak pendanaan lewat penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) ketimbang bursa saham lainnya pada 2017.

IPO di wall street mampu menarik dana US$ 33,4 miliar atau sekitar Rp 448,67 triliun (asumsi kurs Rp 13.433 per dolar Amerika Serikat) pada 2017. Hal itu berdasarkan data Dealogic.

Sebelumnya bursa saham Hong Kong meraih pendanaan lebih besar dari IPO pada 2015 dan 2016. Akan tetapi posisinya turun digeser oleh bursa saham New York. Demikian mengutip laman CNN Money, Kamis (4/1/2018).

Perusahaan induk usaha Snapchat yaitu Snap dan Altice menjadi perusahaan catatkan perolehan dana terbesar pada 2017 di bursa saham New York. Kapitalisasi pasar saham Amerika Serikat pun meningkat menjadi US$ 49 miliar dari periode 2016 sebesar US$ 24 miliar.

Snap meraih dana sekitar US$ 3,9 miliar, dan menjadi IPO terbesar di sektor teknologi dan bursa saham AS. Sebelumnya perolehan dana IPO terbesar dipegang oleh Alibaba pada 2014. Saham Snap sempat naik 73 persen pada awal perdagangan. Akan tetapi, saham Snap turun di bawah harga IPO sekarang.

Ke depan, IPO akan tergantung pasar saham dapat mempertahankan momentum yang baik. CEO lebih memilih mencatatkan sahamnya saat pasar saham sedang baik.

Pada saat ini, ada perusahaan besar yang akan catatkan saham dengan perolehan dana besar antara lain Saudi Aramco dan Uber. Perusahaan minyak milik negara pemerintah Arab Saudi tersebut mengharapkan dapat perolehan dana IPO US$ 2 triliun.

Kepada CNN Money, CEO Saudi Aramco Amin Nasser menuturkan, pihaknya masih berada di jalur yang sesuai untuk melaksanakan IPO. Akan tetapi, pihaknya belum memutuskan di mana untuk mencatatkan saham.

"Kami melihat berbagai tempat yaitu New York, London, Hong Kong dan Tokyo," ujar dia.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump berkampanye agar Aramco catatkan saham di bursa saham New York. Ia berkicau di twitter kalau IPO Saudi Aramco penting bagi AS.

Sedangkan Uber diperkirakan lepas saham ke publik pada 2019. CEO Uber Dara Khosrowshahi konfirmasi hal tersebut. Sebelumnya, pendiri Uber Travis Kalanick mencoba untuk menunda IPO.

Sebelumnya, Softbank baru-baru ini mencapai kesepakatan untuk membeli 15 persen saham di Uber.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Wall Street Menguat

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street dengan indeks saham S&P 500 berada di atas posisi 2.700 untuk pertama kali. Penguatan sektor saham teknologi mendorong kenaikan indeks saham acuan.

Hal itu mengindikasikan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan global. Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 48,67 poin atau 0,2 persen ke posisi 24.872,68.

Indeks saham S&P 500 menguat 13,73 poin atau 0,51 persen ke posisi 2.709,54. Indeks saham Nasdaq bertambah 52,86 poin atau 0,75 persen ke posisi 7.059,75.

Rilis hasil rapat the Federal Reserve atau bank sentral AS mempengaruhi laju wall street. Hasil rapat bank sentral AS menunjukkan kekhawatiran pejabat bank sentral AS terhadap inflasi rendah dan melihat reformasi pajak AS akan mendorong ekonomi AS.

"Ini menekankan kalau mereka (bank sentral AS) akan tergantung data dan mereka ingin coba menormalisasikan kebijakan kecuali ekonomi melambat dan inflasi tak sesuai diharapkan," ujar Sameer Samana, Global Equity dan Technical Strategist Wells Fargo Investment Institute, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 4 Januari 2018.

Pada awal sesi perdagangan di wall street, ada laporan data ekonomi yang menunjukkan aktivitas pabrik di AS meningkat pada Desember. Ini menunjukkan momentum ekonomi menguat pada akhir 2017. Sementara itu, survei manufaktur juga menekankan ekonomi Eropa mulai menguat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya